Indonesia Dilanda Suhu Dingin, Waspadai 5 Dampaknya pada Kesehatan

Fenomena suhu dingin atau bediding kembali melanda sejumlah wilayah di Indonesia pada Agustus 2025.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, udara dingin ini dirasakan masyarakat di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, terutama pada pagi dan malam hari.
Menurut BMKG, fenomena ini dipicu oleh angin timuran dari Australia yang bersifat kering dan dingin akibat aktifnya monsun dingin Australia pada Juni hingga Agustus.
Langit cerah tanpa awan juga mempercepat hilangnya radiasi panas di malam hari, sehingga permukaan Bumi mendingin lebih cepat.
“Kondisi ini diperkirakan berlangsung hingga awal September 2025, terutama di wilayah selatan Indonesia, sebagaimana biasanya terjadi saat puncak musim kemarau,” kata Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani, dilansir laporan Kompas.com sebelumnya, Sabtu (16/8/2025).
Selain membuat udara terasa menusuk, suhu dingin ini dapat berdampak pada kesehatan. Berikut beberapa dampak yang perlu diwaspadai.
Waspadai 5 dampak suhu dingin pada kesehatan
1. Melemahkan sistem imun
Meski udara dingin tidak secara langsung menyebabkan seseorang sakit, suhu rendah dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Tubuh akan bekerja lebih keras untuk menjaga suhu inti tetap stabil, sehingga daya tahan tubuh menurun.
Kondisi ini membuat seseorang lebih rentan terserang penyakit pernapasan seperti pilek, flu, asma, pneumonia, hingga bronkitis.
“Udara dingin, khususnya yang kering, dapat menyebabkan saluran pernapasan menyempit dan iritasi. Sebaiknya menutup hidung dan mulut untuk menghangatkan udara yang masuk ke paru-paru,” kata dr. Chidinma Nwakanma, dokter darurat dari Penn Medicine, dikutip CBS News.
2. Mengganggu fungsi hidung
Menyadur dari Best Life, Kepala Stanford Sinus Center, Peter Hwang, MD mengungkap hidung memerlukan lapisan lendir yang terhidrasi dengan baik untuk menjadi penghalang alami masuknya virus dan bakteri.
Penelitian pada 2023 menunjukkan bahwa penurunan suhu di rongga hidung hanya 9 derajat Fahrenheit dapat mengurangi produksi vesikel ekstraseluler, mikroskopis yang membunuh bakteri, hingga lebih dari 40 persen.
Penurunan ini bisa berdampak pada kemampuan tubuh melawan infeksi pernapasan menurun.
3. Meningkatkan risiko masalah jantung
Udara dingin tak hanya memengaruhi pernapasan, tetapi juga sistem kardiovaskular. Saat suhu turun, pembuluh darah akan menyempit (vasokonstriksi) untuk mempertahankan panas tubuh.
Mekanisme ini menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah, sehingga tekanan darah cenderung meningkat.
Kondisi ini dapat menjadi pemicu serangan jantung atau angina (nyeri dada akibat suplai darah ke jantung berkurang), terutama pada orang yang sudah memiliki riwayat penyakit jantung atau hipertensi.
“Pada suhu rendah, tubuh berada di bawah tekanan ganda: mempertahankan panas sekaligus memenuhi kebutuhan oksigen otot. Pada orang dengan penyakit jantung, beban ini bisa memicu gejala serius,” jelas Asisten Direktur Medis di Departemen Gawat Darurat Cleveland Clinic, Steve Dorsey, MD.
4. Menyebabkan kulit kering dan pecah-pecah
Kelembapan udara yang rendah saat bediding membuat kulit kehilangan kelembapan alami.
Akibatnya, kulit menjadi kering, bersisik, dan pada beberapa kasus bisa pecah-pecah atau iritasi, terutama di area tangan, bibir, dan wajah.
Untuk menghindarinya, kamu bisa gunakan produk perawatan kulit yang melembabkan dan mengaplikasikannya kembali setiap 2-3 jam.
5. Risiko lebih tinggi pada anak dan lansia
Anak-anak kehilangan panas tubuh lebih cepat karena ukuran tubuh yang kecil, sedangkan lansia kesulitan mengatur suhu tubuh akibat kulit lebih tipis, berkurangnya massa otot, dan efek obat tertentu.
“Kelompok ini harus lebih waspada dan berpakaian hangat, termasuk menutup telinga, tangan, dan menjaga kaki tetap hangat,” kata Nwakanma.
Fenomena bediding mungkin terasa sejuk bagi sebagian orang, namun penting untuk memahami risikonya terhadap kesehatan.
Menutup tubuh dengan pakaian hangat, menjaga asupan nutrisi, dan membatasi paparan udara dingin dalam waktu lama dapat membantu mengurangi dampak buruknya.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!