Apa Itu Bali Belly yang Sering Dialami Turis?

Pernah mendengar apa itu Bali Belly? Bali Belly ini sebutan untuk penyakit perut atau diare yang sering diidap turis-turis mancanegara ketika mengunjungi Bali atau destinasi negara Asia Tenggara lainnya. Sering juga problem pencernaan ini disebut sebagai traveler’s diarrhea karena perut mencoba beradaptasi dengan bakteri, virus, atau parasit dalam makanan atau minuman di tempat liburan.
Saat berlibur ke destinasi wisata terkenal seperti Bali, tentu gak lengkap kalau belum mencicipi kuliner lokal dan tradisional. Akan tetapi, beberapa turis mancanegara sering mengeluhkan masalah pencernaan selepas menikmati ragam kuliner lokal tersebut. Gejala yang sering dikeluhkan umumnya perut mulas, rasa melilit, hingga diare.
Yuk simak apa itu Bali Belly beserta cara mencegah dan mengatasinya!
Penyebab Bali Belly yang Sering Teradi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya tentang apa itu Bali Belly, jadi gejala ini memang merupakan istilah untuk diare para turis (traveler’s diarrhea). Dilansir dari Alodokter, pemicunya pun hampir sama dengan diare pada umumnya, yaitu akibat kontaminasi bakteri seperti E. coli atau Salmonella maupun virus seperti Norovirus atau Rotavirus, atau bisa juga parasit seperti Giardia dan Cyclospora. Kontaminasi tersebut termuat dalam jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Bakteri, virus, maupun parasit ini sering dijumpai dalam makanan mentah, sajian yang kurang higienis, air minum, hingga makanan pinggir jalan yang sering menarik perhatian turis. Oleh karena itu, gejala Bali Belly ini sering diidap turis mancanegara yang jenis makanan dan proses penyajiannya berbeda dengan standar yang ada di Bali atau Asia Tenggara umumnya. Tapi bukan berarti semua turis akan merasakan hal yang sama, karena kembali lagi ke daya tahan dan kadar toleransi sistem pencernaan masing-masing orang.
Bentuk respon sistem pencernaan terhadap mikroorganisme asing yang masuk ke sistem pencernaan inilah yang diduga sebagai penyebab munculnya Bali belly. Wajar saja kalau turis dari negara maju yang tingkat kebersihannya dan higienitasnya cukup tinggi lebih berisiko mengalaminya. Gejala ini sering diderita saat berkunjung ke negara dengan tingkat standar kebersihan yang rendah, seperti di negara-negara berkembang.
Gejalanya bisa dirasakan 6-24 jam pasca menyantap makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi mikroorganisme tersebut. Seperti umumnya penyakit keracunan makanan, Bali Belly sering berupa rasa kram perut, mulas, kembung, mual, muntah, dan diare. Terkadang ada yang sampai demam dan harus istirahat, membuatnya terganggunya rencana berlibur dari turis tersebut.
Cara Mencegah Bali Belly
Sebelum terjangkit gejala Bali Belly, diharapkan para turis mancanegara bisa melakukan beberapa pencegahan. Salah satu yang tidak boleh dilupakan adalah rutin mencuci tangan sebelum makan atau selalu sedia hand sanitizer. Kuliner lokal dan tradisional memang umum disantap memakai tangan secara langsung, jadi pastikan tangan sudah bersih terlebih dahulu.
Selanjutnya jangan minum air kran, karena air kran di negara-negara berkembang tidak didesain untuk langsung diminum alias masih mentah. Pilihlah air mineral kemasan yang kiranya sudah terjamin keamanan konsumsinya. Lalu pilihlah seduhan air hangat untuk teh, kopi, dan minuman lain untuk memastikan bakteri di dalamnya sudah mati di suhu tinggi.
Jika ragu dengan kualitas higienitas makanan, bisa hindari kuliner street food untuk sementara, dan pilih restoran yang sudah terpercaya. Pastikan olahan makanannya sudah matang secara sempurna baik itu seafood, daging, sayuran, atau buah-buahan. Dalam konteks Bali, kamu bisa pilih makanan matang sempurna seperti Betutu, hindari sejenak lawar, lalap, dan urap yang seringkali masih mentah. Meskipun kuliner lokal Bali atau Asia Tenggara umumnya kaya akan bumbu rempah yang medok, tapi jika pencernaanmu kurang sanggup bisa hindari dulu makanan yang terlalu pedas.
Cara Mengatasi Bali Belly
Setelah mengetahui apa itu Bali Belly beserta cara pencegahannya, sekarang bagaimana jika sudah terlanjut terjangkit. Kelepasan memakan aneka kuliner lokal tanpa terlebih dahulu menakar kekuatan pencernaan sendiri memang kerap terjadi, sehingga ketika berwisata terlanjur diare karena salah makan. Nah sebetulnya tidak perlu terlalu panik, meskipun cukup mengganggu jadwal wisata, tapi gejala sakit pencernaan ini sebetulnya bisa hilang 2-3 hari kok. Ibaratnya gejala ini hanyalah respon adaptasi saluran pencernaan dari jenis mikroorganisme baru yang masuk ke tubuh.
Jika sudah terlanjur diare hebat, kamu bisa membeli obat-obatan resep dokter di apotek yang memang ampuh menyetop diare. Bisa juga atasi dengan resep oralit, campuran air panas gula dan garam, bisa juga dengan air kelapa hijau untuk mencegah terjadinya dehidrasi dari cairan yang terbuang.
Tunggu sampai lebih dari 3 hari, jika gejala berlanjut segera hubungi dokter atau pihak rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lanjutan. Hindari dulu minuman beralkohol, makanan pedas, dan rutin mengikuti resep dokter agar segera pulih sesuai rencana tanpa mengganggu kegiatan berwisata.