Latimeria menadoensis, Ikan Purba dari Manado yang Diduga Telah Punah 66 Juta Tahun

Manado, ikan purba, Latimeria menadoensis, manado, ikan purba di indonesia, ikan purba coelacanth, ikan purba di manado, penemuan ikan purba di manado, Latimeria menadoensis, Ikan Purba dari Manado yang Diduga Telah Punah 66 Juta Tahun

Penemuan mengejutkan terjadi pada tahun 1997 di perairan Manado, Sulawesi Utara, ketika seekor ikan purba yang diduga telah punah jutaan tahun lalu ditemukan masih hidup.

Ikan tersebut adalah Latimeria menadoensis, spesies ikan coelacanth yang selama ini hanya diketahui hidup di perairan Afrika.

Temuan langka ini mengubah pandangan dunia tentang sejarah evolusi laut dalam.

Ikan coelacanth sendiri sempat dianggap punah sejak 66 juta tahun lalu, sebelum spesimen pertama yang bernama Latimeria chalumnae ditemukan di Afrika Selatan pada tahun 1938.

Penemuan di Indonesia bermula dari pengamatan ahli biologi Mark Erdmann, yang melihat seekor ikan aneh dijual di pasar ikan Manado Tua pada tahun 1997.

“Mark Erdmann segera menyadari kemiripan ikan tersebut dengan coelacanth Afrika, meskipun memiliki warna tubuh yang berbeda. Sayangnya, sebelum sempat diteliti lebih lanjut, ikan itu telah dijual,” ujar Tri Eko Wahjono, Ketua Tim Fungsi Layanan Koleksi Ilmiah, Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah (DPKI) BRIN pada Senin (17/3/2025), dikutip dari BRIN. 

Baru pada tahun 1998, seorang nelayan lokal berhasil menangkap spesimen kedua yang kemudian dikonfirmasi sebagai spesies baru, yaitu Latimeria menadoensis, menjadikannya satu dari sedikit fosil hidup yang masih bertahan hingga kini.

Karakteristik Latimeria menadoensis

Tri Eko menjelaskan bahwa Latimeria menadoensis memiliki sejumlah perbedaan mencolok dibanding spesies Afrika, Latimeria chalumnae.

“Ciri khas utamanya adalah warna tubuh yang cokelat keemasan, berbeda dengan biru keabu-abuan pada spesies Afrika. Selain itu, Latimeria menadoensis hidup di perairan dalam sekitar 150–200 meter dan biasa bersembunyi di gua-gua bawah laut,” terangnya.

Selain perbedaan fisik, perbedaan genetik juga ditemukan. Penelitian oleh Inoue et al. (2005) menunjukkan bahwa struktur DNA dari kedua spesies tersebut mengalami divergensi sekitar 30–40 juta tahun yang lalu.

Hal ini mengindikasikan bahwa mereka telah berevolusi secara terpisah dalam jangka waktu yang sangat panjang.

Studi lanjutan oleh Kadarusman et al. (2020) bahkan menemukan bahwa dua garis keturunan coelacanth di Indonesia telah terpisah selama 13 juta tahun.

“Itu berarti kemungkinan masih ada lebih banyak spesies coelacanth di perairan Indonesia yang belum ditemukan,” jelas Eko.

Penemuan Latimeria menadoensis menjadi bukti nyata bahwa laut Indonesia menyimpan keanekaragaman hayati laut dalam yang luar biasa.

“Keberadaan ikan purba coelacanth ini menunjukkan bahwa laut Indonesia masih menyimpan banyak misteri. Sayangnya, habitat mereka kini terancam oleh aktivitas manusia,” ungkap Eko.

Ikan coelacanth kini termasuk dalam kategori spesies terancam punah dan membutuhkan perhatian khusus dalam upaya konservasi.

Ancaman utama datang dari kerusakan habitat laut dalam, terutama akibat praktik penangkapan ikan dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

Latimeria menadoensis adalah salah satu penemuan paling spektakuler dalam dunia biologi kelautan. Sebagai makhluk yang telah bertahan sejak zaman dinosaurus, spesies ini menawarkan wawasan penting tentang evolusi dan ekologi laut dalam,” kata Eko.

Eko menekankan pentingnya kolaborasi antara ilmuwan dan masyarakat lokal dalam pelestarian spesies langka ini.

“Penelitian lanjutan sangat penting, tidak hanya untuk pelestarian, tetapi juga untuk memahami potensi adaptasi genetik ikan ini terhadap perubahan lingkungan. Hal ini bisa sangat berguna dalam studi evolusi dan bioteknologi kelautan,” tegasnya.

Spesimen Latimeria menadoensis saat ini tersimpan dan terpelihara dengan baik di Museum Zoologicum Bogoriense milik BRIN. Koleksi ini menjadi aset penting bagi dunia ilmu pengetahuan, sekaligus pengingat bahwa masih banyak kehidupan laut dalam yang belum tersentuh oleh manusia.

Dengan semangat penelitian, konservasi, dan kolaborasi, Indonesia berpeluang menjadi pusat studi global bagi spesies laut purba, termasuk ikan coelacanth, yang hingga kini tetap menjadi simbol dari fosil hidup yang menentang kepunahan.