Israel Hantam Jantung Ibu Kota Suriah, Klaim Lindungi Warga Druze

Militer Israel, Suriah, Druze, suriah, militer Israel, Israel Hantam Jantung Ibu Kota Suriah, Klaim Lindungi Warga Druze

Militer Israel mengklaim bahwa serangannya pada Rabu (16/7/2025) ke wilayah sekitar Istana Presiden Suriah di Damaskus menargetkan fasilitas militer.

Pernyataan resmi dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebutkan bahwa "target militer di area Istana Presiden rezim Suriah di Damaskus telah diserang."

Klaim ini menyusul laporan bahwa Israel juga telah menghantam markas besar militer di ibu kota Suriah.

Menurut laporan AFP, ledakan keras terdengar di kawasan istana, sebuah kompleks yang dikenal memiliki tingkat pengamanan tinggi dan biasanya digunakan oleh Presiden Transisi Suriah, Ahmed Al Sharaa, untuk menerima tamu resmi.

"Saya sedang berada di balkon, mencoba melihat sisa-sisa serangan dekat markas militer. Tiba-tiba saya mendengar ledakan dan melihat asap mengepul di dekat istana presiden," kata seorang warga Damaskus berusia 51 tahun, yang tak ingin disebutkan namanya, menyampaikan kepada AFP.

Mengapa Israel Menyerang Wilayah Istana Presiden?

Serangan ke jantung pemerintahan Suriah menandai eskalasi signifikan dalam dinamika konflik regional.

Dalam beberapa tahun terakhir, Israel secara rutin melancarkan serangan udara ke Suriah dengan dalih menargetkan fasilitas militer yang berkaitan dengan Iran dan Hizbullah.

Namun, kali ini serangan diarahkan ke lokasi yang sangat simbolis, yakni kawasan Istana Presiden.

Jurnalis Al Jazeera, Zeina Khodr, melaporkan dari Damaskus bahwa dua ledakan besar terdengar sekitar pukul 15.00 waktu setempat.

"Pesawat-pesawat tempur Israel terlihat berputar-putar di atas ibu kota. Warga panik," ujarnya.

Selain Damaskus, serangan juga terjadi di Sweida, kota di selatan Suriah yang mayoritas penduduknya merupakan komunitas Druze, serta di sejumlah wilayah dekat perbatasan Yordania.

Apa Alasan Israel Menyerang Sweida dan Dukungan terhadap Druze?

Ketegangan di Sweida meningkat dalam beberapa hari terakhir setelah bentrokan antara milisi Druze dan suku Badui, yang dipicu oleh aksi penculikan dan serangan balasan.

Ketika militer Suriah turun tangan, bentrokan justru meluas dan menyebabkan korban dari kalangan sipil.

Israel menyatakan bahwa operasi militernya bertujuan untuk melindungi komunitas Druze, yang dianggap sebagai sekutu potensial.

"Ini adalah eskalasi yang signifikan. Pesan dari kepemimpinan Israel sangat jelas; mereka akan terus meningkatkan serangan jika pasukan pemerintah Suriah tidak mundur dari wilayah selatan," kata Zeina Khodr.

Menurut pernyataan militer Israel, markas besar militer Suriah yang digunakan untuk mengoordinasikan operasi terhadap kelompok Druze juga menjadi target serangan. 

Bagaimana Respons Pemerintah Suriah?

Pemerintah Suriah mengecam keras serangan Israel dan menyebutnya sebagai "eskalasi berbahaya".

Kementerian Luar Negeri Suriah menyatakan bahwa Israel "mengejar kebijakan yang sengaja memanaskan situasi, menyebarkan kekacauan, dan melemahkan keamanan Suriah."

Pemerintah menegaskan bahwa mereka tidak akan tinggal diam menghadapi pelanggaran terhadap kedaulatan negaranya.

Ammar Kahf, Direktur Eksekutif Omran Center for Strategic Studies di Damaskus, menyebut serangan ini sebagai upaya Israel untuk memaksakan pengaruh terhadap pemerintahan baru di Suriah.

"Israel tidak akan membiarkan pemerintah Suriah memperluas otoritasnya ke seluruh wilayah," ujarnya.

"Kita masih di tahap awal pemerintahan baru, dan ini saatnya semua warga Suriah bersatu. Kehadiran pihak asing yang menghancurkan properti publik dan rasa aman sungguh tak bisa diterima," imbuhnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di dengan judul "Israel Serang Area Istana Presiden Suriah, Klaim Sasarannya Target Militer".