CEO Perplexity AI: Dua Pekerjaan Ini Bisa Digantikan AI dalam 6 Bulan

Perplexity AI, recruiter, assistant, browser, Comet, ChatGPT, prompt, kerja kantoran, claude, Assistant, chatGPT, GPT-4, Prompt, Perplexity, CEO Perplexity AI: Dua Pekerjaan Ini Bisa Digantikan AI dalam 6 Bulan

Perkembangan kecerdasan buatan (AI) terus melaju pesat, dan kini diprediksi bakal menggantikan pekerjaan kantoran. Prediksi ini datang dari CEO Perplexity AI, Aravind Srinivas dalam sebuah wawancara di podcast Decoder milik The Verge, belum lama ini.

Srinivas meramalkan pekerjaan dengan tugas seperti perekrut tenaga kerja (recruiter) dan asisten (assistant) bisa digantikan AI dalam waktu 6 hingga 12 bulan ke depan.

Prediksi ini bersumber dari visi Preplexity AI untuk menghadirkan peramban (browser) berbasis AI baru bernama "Comet".

Comet dirangcang bukan sekadar sebagai alat pencarian seperti Google atau ChatGPT, melainkan sebuah AI agent.

Jadi, Comet dapat menjalankan tugas-tugas kompleks secara otomatis, mulai dari instruksi awal hingga menyelesaikan pekerjaan, hanya dari satu perintah atau prompt.

Srinivas menyadari bahwa kemampuan itu belum sepenuhnya bisa dilakukan Comet saat ini. Namun, ia yakin perubahan besar akan terjadi sangat cepat.

“Saya tidak berpikir Comet bisa melakukan ini sepenuhnya hari ini. Ia bisa menyelesaikan beberapa bagian, jadi kamu masih harus menjadi orkestra (pengatur/pengawas AI) yang menyatukan semuanya,” kata Srinivas dikutip dari podcast Decoder milik The Verge.

“Tapi saya cukup yakin, enam bulan sampai setahun dari sekarang, AI bisa menyelesaikan semuanya,” lanjutnya.

Perplexity AI, recruiter, assistant, browser, Comet, ChatGPT, prompt, kerja kantoran, claude, Assistant, chatGPT, GPT-4, Prompt, Perplexity, CEO Perplexity AI: Dua Pekerjaan Ini Bisa Digantikan AI dalam 6 Bulan

CEO Perplexity, Aravind Srinivas, mengatakan peramban AI miliknya, Comet, dapat mengotomatiskan perekrut dan asisten.

Srinivas memberikan skenario bagaimana AI bisa menggantikan kerja seorang perekrut. Misalnya, browser Comet bisa diminta untuk:
  • Mencari engineer yang lulusan Stanford dan pernah bekerja di Anthropic,
  • Menyusun datanya di Google Sheets, lengkap dengan tautan LinkedIn,
  • Mencari kontak mereka,
  • Menulis dan mengirim e-mail yang dipersonalisasi satu per satu untuk mengajak bertemu.

Kemudian sebagai asisten, AI bisa membaca e-mail dari Gmail, mengatur jadwal rapat di Google Calendar, mencocokkan waktu, menghindari bentrokan jadwal, hingga menyiapkan catatan ringkasan sebelum pertemuan.

Semua langkah itu biasanya dilakukan manual oleh seorang perekrut selama berhari-hari. Namun, dengan Comet, pekerjaan tersebut bisa selesai dalam waktu singkat dan nyaris tanpa campur tangan manusia.

“Pekerjaan satu minggu seorang recruiter itu bisa jadi hanya satu prompt, yakni sourcing dan reach outs,” kata Srinivas.

Meski saat ini kemampuan itu belum bisa dijalankan sepenuhnya tanpa bantuan manusia, Srinivas sangat yakin bahwa titik baliknya sudah dekat.

Ia percaya model AI generasi berikutnya akan menjadi pendorong utama dalam mewujudkan otomatisasi penuh.

“Saya bertaruh pada kemajuan model reasoning (penalaran) untuk membawa kita ke sana,” kata dia.

“Mungkin GPT-5, mungkin Claude 4.5, saya tidak tahu. Tapi di lingkungan browser yang tepat dengan akses ke tab dan alat-alat ini, model reasoning yang cukup baik bisa membuat semua hal itu tiba-tiba jadi mungkin,” kata bos di perusahaan mesin pencari berbasis AI ini.

Srinivas merujuk pada keberhasilan sebelumnya, ketika Perplexity bisa mengatasi masalah “halusinasi” dalam jawaban AI berkat model seperti GPT-4 dan Claude 3.5.

Perplexity AI, recruiter, assistant, browser, Comet, ChatGPT, prompt, kerja kantoran, claude, Assistant, chatGPT, GPT-4, Prompt, Perplexity, CEO Perplexity AI: Dua Pekerjaan Ini Bisa Digantikan AI dalam 6 Bulan

Ilustrasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Dengan optimisme serupa, ia yakin dalam enam bulan hingga setahun ke depan, AI akan mampu menjalankan seluruh proses kerja yang rumit tanpa bantuan manusia.

Menurut Srinivas, tren ini akan mengubah cara manusia bekerja. Peran manusia akan bergeser dari melakukan pekerjaan, menjadi hanya memberi arahan dan memantau hasil.

Ia bahkan membayangkan browser Comet akan menjadi semacam sistem operasi (OS) baru yang selalu aktif menjalankan tugas-tugas AI di latar belakang. Pengguna hanya perlu meluncurkan tugas (mengetik prompt), lalu bisa fokus ke hal lain.

Kehadiran AI seperti ini terdengar efisien dan mengagumkan. Srinivas bahkan menyebut bahwa otomatisasi ini bisa membebaskan waktu manusia untuk hal-hal lain, termasuk hiburan dan waktu luang.

Namun, di sisi lain, muncul pertanyaan besar, "apa yang akan terjadi pada jutaan pekerja yang saat ini menggantungkan hidupnya pada tugas-tugas yang akan diambil alih oleh AI?".

Sebagian mungkin akan “naik kelas” menjadi AI orchestrator atau pengatur/pengawas kerja AI. Namun tak sedikit yang bisa jadi kehilangan pekerjaan sepenuhnya.

Dalam pandangan Srinivas, pekerjaan manusia mungkin akan lebih banyak berpindah ke “mengawasi” dan “mengelola hasil”, bukan melakukan tugas itu sendiri.

Visi dari CEO Perplexity AI ini menyiratkan bahwa transformasi dunia kerja sudah di depan mata. 

Pekerjaan seperti recruiter dan asisten yang selama ini dianggap “aman” karena butuh sentuhan manusia, ternyata menjadi target paling awal dari otomatisasi AI.

Ini bisa menjadi trigger untuk para pekerja untuk mulai belajar beradaptasi dan meningkatkan keterampilan baru, agar tetap relevan di era otomatisasi, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Gizmodo, Senin (21/7/2025).