Anak Batuk Pilek, Kapan Harus Minum Obat?

Batuk pilek, batuk pilek, Dokter spesialis anak, batuk pilek anak, anak-anak, dokter spesialis anak, kapan anak bapil minum obat, anak batuk pilek minum obat, batuk pilek kapan harus minum obat, Anak Batuk Pilek, Kapan Harus Minum Obat?

Batuk pilek adalah penyakit langganan pada anak, apalagi di musim hujan dan pancaroba.

Banyak orangtua yang langsung memberi obat setiap kali anak bersin atau mulai pilek. Padahal, menurut dokter anak, tidak semua batuk pilek pada anak perlu langsung diobati. 

Dokter spesialis anak, dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A, berkata bahwa obat tidak selalu jadi solusi pertama ketika anak baru menunjukkan gejala batuk pilek. Obat diberikan, bila gejala sudah sampai mengganggu aktivitas dan istirahat anak, misalnya batuk yang membuat sulit tidur. 

Ia menjelaskan, sebagian besar batuk pilek pada anak disebabkan oleh infeksi virus yang dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu sekitar 7 hingga 10 hari. 

Kapan harus minum obat?

Menurut dr. Kanya, obat diberikan ketika gejala sudah sangat mengganggu kenyamanan anak, misalnya batuk yang membuat anak tidak bisa tidur atau hidung tersumbat parah, sehingga anak sulit bernapas.

"Kalau keluhannya mengganggu, mungkin masih aktif, pecicilan, tapi sudah meler, kemudian tidurnya sudah mulai gelisah karena hidungnya mampet. Sebenarnya sudah boleh dibantu untuk memberikan obat-obatan yang melegakan keluhannya," jelas dr. Kanya dalam acara peluncuran produk Combiphar, di Hotel Mulia, Jakarta, pada Selasa (29/7/2025). 

Ia juga menekankan pentingnya menyesuaikan obat dengan usia anak dan gejala yang muncul. Jika anak hanya pilek ringan tanpa demam atau batuk berat, maka cukup diberikan perawatan rumahan tanpa obat.

Beberapa tanda yang menurut dr. Kanya bisa menjadi pertimbangan untuk mulai memberi obat, antara lain, batuk atau pilek yang membuat anak rewel dan sulit tidur, hidung tersumbat berat hingga mengganggu asupan makan dan minum, serta demam tinggi disertai rasa tidak nyaman

Namun, sebelum memberikan obat apapun, orangtua perlu memahami bahwa tubuh anak punya kemampuan sendiri untuk melawan virus.

Lebih lanjut, yang terpenting adalah memberi waktu tubuh anak untuk beristirahat, mencukupi nutrisi, serta menjaga hidrasi dan kenyamanannya. 

Sebaliknya, jika batuk pilek disertai gejala berat seperti demam, napas cepat sesak, atau anak tampak lemas bahkan tidak mau makan, orangtua sebaiknya segera membawa ke dokter.

Daripada buru-buru memberikan obat, dr. Kanya menyarankan pendekatan untuk mengurangi gejala ringan. Misalnya, cuci hidung dengan cairan infus menggunakan NaCl.

"Fungsi dari mencuci hidung ini sangat banyak, mencuci lendir-lendir, virus-virus yang nempel, bersihin sinus, lalu kumannya keluar, juga lendirnya. Anak nafasnya jadi lebih lega, dan virus yang bercokol di mukosa saluran hidung kebuang," tambahnya.

Jangan sembarang membeli obat tanpa resep

Kanya juga mengingatkan, agar orangtua tidak tergesa-gesa membeli obat batuk pilek bebas tanpa resep dokter apalagi untuk anak usia di bawah dua tahun. 

"Orangtuanya harus tahu dulu, gejalanya apa. Jangan sampai jadi overtreatment, yang seharusnya belum perlu diterapi secara berlebihan, jadi sudah masuk terapi dulu. Atau salah, yang tanpa demam, lalu dipilihnya yang dengan demam," tegasnya.

Selain itu, yang tak kalah penting adalah menjaga rutinitas harian anak agar tetap makan dengan baik, tidur cukup, dan tidak terlalu lelah. Nutrisi dan istirahat masih menjadi pilar utama pemulihan. 

"Kita lihat dulu seberapa mengganggu gejalanya. Kalau anak masih aktif, bisa makan, bisa tidur, kita observasi dulu aja," katanya.

Melalui pendekatan ini, orangtua bisa lebih bijak dalam memberikan obat dan menghindari penggunaan yang tidak perlu.

Ingat, tidak semua batuk pilek harus diobati dengan obat, tapi semua batuk pilek anak harus ditangani dengan perhatian dan kenyamanan yang cukup.