Pulau Galang, Bekas Kamp Pengungsi Vietnam yang Akan Digunakan Pengobatan Warga Gaza

Batam, Kepulauan Riau, Gaza, Pulau Galang, Pulau Galang di Batam, Pulau Galang ada di mana?, warga Gaza, Sejarah Pulau Galang, sejarah pulau galang batam, Kampung Vietnam Batam, Pengungsi Vietnam di Indonesia, Pulau Galang pusat pengobatan Gaza, Pulau Galang legenda, Pulau Galang, Bekas Kamp Pengungsi Vietnam yang Akan Digunakan Pengobatan Warga Gaza

Rencana pemerintah Indonesia menjadikan Pulau Galang di Kota Batam, Kepulauan Riau, sebagai pusat pengobatan bagi warga Gaza, Palestina, menarik perhatian publik.

Di balik rencana kemanusiaan ini, Pulau Galang menyimpan sejarah panjang sebagai saksi bisu tragedi kemanusiaan global, khususnya saat menampung ribuan pengungsi Vietnam pada era 1980-an.

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO), Hasan Nasbi, menegaskan bahwa rencana tersebut bukanlah upaya evakuasi massal warga Gaza, melainkan misi kemanusiaan yang fokus pada perawatan medis.

“Dan ini memang bukan evakuasi ya, ini untuk pengobatan,” kata Hasan saat ditemui di Jakarta, Kamis (7/8/2025).

Ia menambahkan bahwa warga Gaza yang telah menjalani pengobatan akan dipulangkan kembali ke tanah air mereka.

“Setelah selesai pengobatan, mereka tentu akan kembali lagi ke Gaza. Jadi, bukan memindahkan warga, tapi kita semacam operasi kemanusiaan untuk membantu sebanyak yang kita bisa,” tegasnya.

Mengapa Pulau Galang?

Pemilihan Pulau Galang bukan tanpa alasan. Hasan menyebut pulau ini sudah memiliki infrastruktur kesehatan, termasuk rumah sakit dan fasilitas pendukung, seperti yang pernah digunakan saat pandemi Covid-19.

Selain itu, lokasinya cukup jauh dari permukiman warga lokal, membuatnya dinilai aman dan strategis.

“Dulu pernah (jadi) tempat pengungsian, tapi juga pernah untuk pusat penanganan Covid-19 waktu itu di sana. Jadi, sebenarnya kalau dalam sisi keamanan dan kenyamanan warga, itu bisa manageable, sangat manageable kalau di sana,” ujar Hasan.

Jejak Sejarah Pengungsi Vietnam di Pulau Galang

Batam, Kepulauan Riau, Gaza, Pulau Galang, Pulau Galang di Batam, Pulau Galang ada di mana?, warga Gaza, Sejarah Pulau Galang, sejarah pulau galang batam, Kampung Vietnam Batam, Pengungsi Vietnam di Indonesia, Pulau Galang pusat pengobatan Gaza, Pulau Galang legenda, Pulau Galang, Bekas Kamp Pengungsi Vietnam yang Akan Digunakan Pengobatan Warga Gaza

Kondisi eks kamp pengungsi Vietnam di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Rabu (4/3/2020).

Pulau Galang memiliki nilai historis yang sangat kuat.

Pada tahun 1979, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UNHCR, menjadikan pulau ini sebagai lokasi penampungan bagi para pengungsi Vietnam yang dikenal sebagai “manusia perahu” (boat people).

Perang saudara di Vietnam memuncak setelah jatuhnya Saigon pada April 1975.

Ribuan warga Vietnam melarikan diri dari rezim Komunis menggunakan perahu kecil, menempuh perjalanan panjang dan berbahaya di Laut China Selatan. Sebagian dari mereka mendarat di wilayah Indonesia seperti Natuna, Anambas, hingga Tanjungpinang, sebelum akhirnya dipusatkan di Pulau Galang.

Presiden Soeharto saat itu menerbitkan Keputusan Presiden No. 10 Tahun 1979 yang membentuk Komando Operasi Pengungsi Asing (KOPAS).

Sebuah lahan seluas 80 hektar di Pulau Galang disiapkan untuk menampung sekitar 250 ribu pengungsi dari tahun 1979 hingga kamp ditutup pada 1996.

Selama masa itu, pengungsi Vietnam di Pulau Galang mendapatkan fasilitas pendidikan, layanan kesehatan, hingga tempat ibadah seperti gereja, vihara, dan mushala.

Jejak peninggalan mereka masih bisa ditemui hingga kini: bangkai perahu, rumah sakit, hingga patung kemanusiaan yang dibangun mengenang tragedi pemerkosaan dan bunuh diri seorang gadis pengungsi bernama Tinh Nhan Loai pada 1985.

Objek Wisata Sejarah dan Budaya

Kini, Kampung Vietnam di Pulau Galang telah menjadi objek wisata sejarah yang menarik. Pengunjung bisa melihat langsung peninggalan kamp pengungsi, museum, vihara Quan Am Tu, gereja-gereja tua, hingga Ngha Trang Grave yakni kompleks pemakaman pengungsi dengan lebih dari 500 nisan.

Selain nilai sejarahnya, Pulau Galang juga menawarkan keindahan alam dan budaya. Pantai Melur di bagian barat pulau menjadi destinasi favorit wisatawan lokal maupun mancanegara.

Letaknya yang hanya 60 km atau sekitar 1,5 jam perjalanan dari pusat Kota Batam menjadikan Pulau Galang sebagai lokasi wisata strategis, apalagi ditunjang infrastruktur jalan dan jembatan Barelang yang dibangun pada 1992–1998 atas inisiatif BJ Habibie.

Menurut cerita rakyat, nama “Galang” berasal dari kata “galangan” atau landasan.

Legenda setempat menyebut, pada abad ke-16, Sultan Malaka memerintahkan pembangunan bahtera raja di sebuah pulau yang kaya pohon seraya.

Namun, agar kapal itu dapat turun ke laut, dibutuhkan tujuh perempuan hamil sebagai "landasan" secara simbolis. Sejak saat itu, pulau tersebut dikenal sebagai Pulau Galang.

Pada 2020, saat pandemi Covid-19 melanda dunia, Pulau Galang kembali difungsikan sebagai fasilitas darurat.

Pemerintah membangun Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) di area bekas kamp pengungsi untuk merawat pasien positif Covid-19, terutama para Pekerja Migran Indonesia dari Singapura dan Malaysia.

Pulau Galang juga sempat diwacanakan sebagai tempat penampungan pengungsi Rohingya pada 2023.

Namun, wacana tersebut menuai penolakan dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Gubernur Kepulauan Riau menyatakan bahwa pulau tersebut telah memiliki rencana pembangunan berbeda dan dihuni oleh warga tetap yang hak-haknya harus dilindungi.

Dari pengungsi Vietnam, pasien Covid-19, hingga wacana pusat pengobatan untuk warga Gaza, Pulau Galang telah berulang kali menjadi panggung aksi kemanusiaan Indonesia.

Sejarah panjang dan peran strategisnya menjadikan pulau ini sebagai simbol solidaritas dan kemanusiaan lintas generasi dan bangsa.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!