Pria Ini Keracunan Setelah Minta Saran Medis dari ChatGPT

natrium klorida, saran chatgpt, bertanya kepada chatgpt, Pria Ini Keracunan Setelah Minta Saran Medis dari ChatGPT

Bertanya kepada AI tentang cara membuat surat yang rapi atau minta rekomendasi restoran memang sah-sah saja. Tapi, jangan jadikan AI sebagai sumber saran medis.

Contoh kasus, seorang pria di Amerika Serikat berakhir di rumah sakit setelah mengalami keracunan langka setelah ia mengikuti saran chatbot ChatGPT.

Kisah ini bermula ketika pria tersebut memutuskan untuk mengurangi asupan garam atau natrium klorida dari pola makannya. Untuk menemukan penggantinya, ia melakukan apa yang dilakukan banyak orang saat ini: bertanya kepada ChatGPT.

Ia pun menuruti saran dari ChatGPT dan membeli natrium bromida secara online untuk dikonsumsi.

Memang benar natrium bromida bisa menjadi pengganti natrium klorida, tetapi biasanya itu digunakan jika kita ingin membersihkan noda di bak mandi agar kembali kinclong, Namun, AI tersebut lalai menyebutkan konteks krusial ini.

Tiga bulan kemudian, pasien datang ke unit gawat darurat dengan delusi paranoid, meyakini bahwa tetangganya mencoba meracuninya.

Dalam 24 jam pertama setelah dirawat, ia menunjukkan peningkatan paranoia dan halusinasi pendengaran serta penglihatan. Pasien bahkan mencoba kabur sehingga dokter melakukan penahanan psikiatrik untuk disabilitas berat.

Setelah diobati dengan obat antipsikosis, pria tersebut cukup tenang dan bisa menjelaskan pola makannya yang terinspirasi oleh AI. 

Informasi ini, beserta hasil tes lab yang dilakukan dokter, memungkinkan staf medis mendiagnosisnya dengan bromisme, akumulasi bromida yang beracun.

Kadar bromida biasanya kurang dari sekitar 10 mg/L pada sebagian besar individu sehat; kadar pasien ini diukur pada 1.700 mg/L.

Bromisme merupakan kondisi yang relatif umum di awal abad ke-20, dan diperkirakan pernah menjadi penyebab hingga 8 persen rawat inap di rumah sakit jiwa. Namun, kasus ini menurun drastis pada tahun 1970-an dan 1980-an, setelah obat-obatan yang mengandung bromida mulai dihentikan.

Setelah diagnosis, pasien dirawat selama tiga minggu dan dipulangkan tanpa masalah kesehatan berarti.

Kekhawatiran utama dalam studi kasus ini bukanlah kembalinya penyakit bromisme yang langka, melainkan bahwa teknologi AI yang sedang berkembang masih belum mampu menggantikan keahlian manusia dalam hal penting.

"Penting untuk dipertimbangkan bahwa ChatGPT dan sistem AI lainnya dapat menghasilkan ketidakakuratan ilmiah, tidak memiliki kemampuan untuk membahas hasil secara kritis, dan pada akhirnya memicu penyebaran misinformasi," tulis para penulis.

Tentunya sangat tidak mungkin dokter akan menyebutkan natrium bromida ketika pasien berkonsultasi mencari pengganti natrium klorida.

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Annals of Internal Medicine: Clinical Cases.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!