Sering Curhat dengan ChatGPT? Hati-hati, Ini Kata Sam Altman

ChatGPT, OpenAI, Sam Altman, chatGPT, sam altman, Curhat dengan ChatGPT, ChatGPT halu, Sering Curhat dengan ChatGPT? Hati-hati, Ini Kata Sam Altman

 Pengguna yang sering memakai ChatGPT untuk “curhat” sebaiknya perlu berhati-hati. Sebagai chatbot Artificial Intelligence (AI), ChatGPT dibekali kemampuan untuk merespons berbagai pertanyaan dan perintah pengguna.

ChatGPT bisa menjawab pertanyaan pengguna dengan baik, mulai dari masalah bahasa, pemrograman, matematika, pekerjaan, ekonomi, dan masih banyak lagi. Kemampuan ini membuat ChatGPT menjadi alat yang dapat diandalkan.

Bahkan, banyak pengguna dari kalangan Gen Z (kelahiran 1997 ke atas) sudah sangat mempercayai jawaban ChatGPT. Bos OpenAI, Sam Altman mengatakan Gen Z sudah sampai di titik menjadikan ChatGPT sebagai “penasihat hidup”.

Di ChatGPT, Gen Z sering “curhat” soal berbagai masalah kehidupan, seperti menentukkan apakah harus putus dari pacar, merencanakan langkah karir di masa depan, dan pertanyaan lainnya.

Mereka meminta ChatGPT untuk memberi saran dalam mengambil keputusan. Mempercayakan jawaban sepenuhnya pada ChatGPT seperti ini relatif berbahaya. Pasalnya, jawaban ChatGPT tidak valid sepenuhnya.

ChatGPT sering halu

Dalam siniar perdana (podcast) resmi OpenAI, bertajuk "Sam Altman on AGI, GPT-5, and what’s next — the OpenAI Podcast Ep. 1", Altman mengatakan terkejut pada orang-orang yang sangat mempercayai ChatGPT.

Pasalnya, dia menegaskan, ChatGPT sering halu (halusinasi atau hallucination) dengan menghasilkan informasi yang tidak akurat. Maksud halu adalah ChatGPT masih bisa menyajikan jawaban atau informasi yang salah, meski tampak meyakinkan.

Altman menyarankan agar pengguna selalu memverifikasi informasi yang diberikan oleh ChatGPT, terutama jika digunakan untuk hal penting seperti pendidikan, pekerjaan, riset, kesehatan, atau keuangan.

Altman menjelaskan bahwa ChatGPT bekerja dengan memprediksi kata berikutnya dalam sebuah kalimat, berdasarkan pola bahasa dari data yang digunakan saat pelatihan. Artinya, chatbot ini tidak benar-benar “mengerti” topik yang sedang dibahas.

ChatGPT hanya meniru pola bahasa yang sering muncul dari berbagai data, seperti internet, buku, dan dokumen lainnya. Jadi, meski hasilnya sering terasa benar, tetap ada kemungkinan jawaban yang diberikan tidak akurat, keliru, atau bahkan sepenuhnya salah.

Oleh karena itu, Altman menyarankan sebaiknya ChatGPT diposisikan hanya sebagai alat bantu, bukan dipercayai sepenuhnya. ChatGPT dipakai seperti kita menggunakan alat bantu lainnya seperti kalkulator atau kamus.

ChatGPT jangan dipakai sebagai satu-satunya sumber informasi. ChatGPT sangat berguna untuk membantu menulis, merangkum, menjawab pertanyaan, hingga belajar sesuatu yang baru, tapi hasilnya tetap harus dicek dan dikonfirmasi kembali.

Jika digunakan dengan bijak, ChatGPT bisa sangat membantu. Sebaliknya, jika digunakan tanpa berpikir kritis, bisa jadi justru menyesatkan. Maka, daru itu, pengguna tetap harus melakukan cek ulang, dan jangan percaya buta pada jawaban chatbot AI.