Bank Digital Bidik 30 Juta UMKM yang Belum Terhubung Perbankan

Ilustrasi pedagang UMKM
Ilustrasi pedagang UMKM

 Memasuki peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia, perkembangan sektor finansial nasional kian terasa dengan pesatnya transformasi digital. Inovasi di bidang fintech, layanan perbankan digital, dan meningkatnya inklusi keuangan menjadi dorongan signifikan bagi pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian. 

Meski begitu, masih terdapat kesenjangan akses yang cukup besar. Data Komdigi 2025 menunjukkan bahwa dari total 64 juta UMKM, baru 26 persen yang memanfaatkan platform digital, sementara lebih dari 30 juta pelaku usaha belum terhubung dengan layanan perbankan.

Situasi ini tergambar jelas dari pengalaman Bu Efa, salah satu mitra GrabMerchant di Jakarta yang mengelola usaha rumahan Mie Aceh. Kisahnya disampaikan oleh Chief Financial Officer Superbank, Melisa Hendrawati, dalam keynote di AWS Summit Jakarta 2025 pada 7 Agustus lalu. 

“Data ini relevan dengan pengalaman Bu Efa, salah satu mitra GrabMerchant dari Jakarta yang mengelola usaha rumahan Mie Aceh. Usahanya makin dikenal, permintaan meningkat, tapi ia kesulitan berkembang karena tidak bisa mengakses pinjaman bank, tidak ada jaminan, tidak ada riwayat kredit. Yang ia punya hanya semangat dan kerja keras setiap hari,” ujarnya, seperti dikutip dari siaran pers, Kamis, 14 Agustus 2025.

Melisa menegaskan bahwa Efa hanyalah satu dari jutaan pelaku UMKM di Indonesia yang belum terjangkau layanan perbankan secara penuh. “Mereka adalah potensi besar yang selama ini terlewatkan. Untuk merekalah kami membangun Superbank, bank dengan layanan digital yang dirancang untuk memperluas akses keuangan dan pembiayaan yang inklusif melalui teknologi,” tambahnya.

Berkat kemajuan teknologi, bank dengan layanan digital kini dapat menghadirkan beragam inovasi yang memudahkan UMKM mengakses layanan keuangan. Salah satunya adalah pembukaan rekening tabungan secara praktis di platform yang sudah digunakan sehari-hari. 

Superbank, misalnya, mengintegrasikan layanan pembukaan rekening langsung di aplikasi Grab dan OVO melalui OVO Nabung by Superbank. Dengan cara ini, pengguna tak perlu mengunduh aplikasi tambahan, dan bisa langsung menabung atau menerima pencairan dana. 

Pendekatan ini disebut selaras dengan prinsip “meet customers where they are” dan berhasil menjangkau lebih dari 4 juta nasabah hanya dalam setahun sejak peluncuran aplikasi pada Juni 2024.

Pengelolaan arus kas juga menjadi perhatian. Superbank menghadirkan fitur Saku, yang memungkinkan nasabah membuat hingga delapan rekening terpisah dengan bunga hingga 5 persen per tahun. 

Seluruh transaksi tercatat secara real time sehingga memudahkan pemantauan keuangan. Integrasi dengan platform seperti Grab juga memungkinkan pencairan dana dua kali sehari, disertai akses ke berbagai pelatihan literasi keuangan.

Untuk kebutuhan pembiayaan, bank digital seperti Superbank menawarkan solusi pinjaman yang mudah diakses tanpa syarat jaminan atau riwayat kredit. Produk Pinjaman Atur Sendiri (PAS) memberikan limit hingga Rp30 juta, tenor fleksibel, bebas biaya administrasi, dan pencairan dana yang cepat, sehingga UMKM dapat memperoleh modal produktif dengan lebih mudah dan aman.

Tak hanya itu, bank dengan layanan digital juga bersaing menawarkan bunga simpanan yang kompetitif. Superbank memberikan bunga 5 persen per tahun untuk tabungan utama, hingga 10 persen untuk tabungan harian otomatis Celengan by Superbank, dan bunga 7,5 persen per tahun untuk produk deposito dengan tenor mulai satu bulan.

Dengan rangkaian layanan ini, bank digital diharapkan dapat menjadi mitra strategis bagi UMKM untuk mencapai kemandirian finansial. Ke depan, perluasan akses perbankan dan peningkatan literasi keuangan akan menjadi kunci agar lebih banyak pelaku usaha kecil mampu berkembang di tengah persaingan ekonomi digital yang semakin dinamis.