Mengapa Jet Tempur Modern Lebih Lambat dari Era Perang Dingin? Ini Alasannya

VIVA Militer: Jet tempur militer India menembakkan rudal presisi
VIVA Militer: Jet tempur militer India menembakkan rudal presisi

 Pada masa Perang Dingin, dunia menyaksikan lahirnya jet tempur super cepat seperti MiG-25 yang mampu melesat di atas Mach 2,8. Bandingkan dengan pesawat tempur mutakhir saat ini, misalnya F-35 Lightning II, yang kecepatan maksimumnya hanya sekitar Mach 1,6. 

Sekilas, hal ini terasa janggal, mengapa teknologi yang lebih baru justru menghasilkan pesawat yang lebih lambat daripada desain setengah abad lalu?

Jawabannya bukan soal kelemahan, melainkan perubahan prioritas dalam strategi pertempuran udara. Dulu, kecepatan mentah menjadi senjata utama. Kini, pesawat tempur modern lebih mengutamakan kemampuan siluman, jangkauan tempur, efisiensi bahan bakar, dan kecanggihan sensor. 

Menurut laporan Wionews, data operasional selama puluhan tahun menunjukkan bahwa kemenangan udara tidak lagi ditentukan oleh kecepatan murni, melainkan kemampuan bertahan hidup, sulit dideteksi, serta mampu menyerang sebelum lawan sempat bereaksi.

Dari Kecepatan ke Rudal

Pada era awal jet tempur, kecepatan adalah segalanya. Pesawat seperti F-104 Starfighter (Mach 2) atau MiG-23 (Mach 2.2) dirancang agar bisa menyalip musuh dan menghindari tembakan dari darat.

Namun sejak Perang Vietnam, paradigma itu berubah. Pertempuran udara semakin mengandalkan rudal yang mampu melesat lebih cepat dari Mach 3, membuat kecepatan tertinggi pesawat tidak lagi menjadi faktor penentu.

Siluman Lebih Penting dari Kecepatan

Pesawat generasi kelima seperti F-22 Raptor membuktikan bahwa siluman lebih berharga daripada sekadar terbang cepat. Bentuk tubuh yang mengurangi pantulan radar dan lapisan penyerap gelombang radar membuat pesawat lebih sulit dideteksi. 

VIVA Militer: Pesawat Jet Tempur F-22 Raptor

VIVA Militer: Pesawat Jet Tempur F-22 Raptor

Namun, desain ini tidak cocok untuk mendukung intake udara besar atau tepi tajam yang dibutuhkan untuk kecepatan ekstrem. Selain itu, terbang supersonik justru meningkatkan jejak inframerah, sehingga musuh lebih mudah mengunci target.

Efisiensi Bahan Bakar dan Supercruise

Jet tempur lama mengandalkan afterburner untuk mencapai kecepatan puncak. Masalahnya, afterburner menghabiskan bahan bakar dalam waktu singkat, membatasi jangkauan tempur. 

Sebaliknya, pesawat modern lebih memilih supercruise: kemampuan terbang supersonik tanpa afterburner. Misalnya, Dassault Rafale mampu melaju Mach 1,4 secara efisien, sehingga memperpanjang waktu patroli dan daya tempur. Dalam misi nyata, keunggulan semacam ini jauh lebih berharga daripada sekadar rekor kecepatan.

Manuver Jadi Kunci

Pertempuran udara jarang berlangsung di kecepatan maksimal. Yang lebih penting adalah kemampuan bermanuver. Jet modern dilengkapi kontrol penerbangan canggih dan rasio dorong-terhadap-berat tinggi.

F-22, misalnya, memiliki rasio lebih dari 1:1, memungkinkan pendakian vertikal dan perubahan arah secara instan. Dalam duel udara jarak dekat, kemampuan manuver semacam ini jauh lebih menentukan ketimbang kecepatan Mach 2,5.

Rudal Mengubah Segalanya

Pengalaman Perang Teluk memberi pelajaran penting. Pesawat tempur AS yang sanggup terbang Mach 2 nyatanya jarang melampaui Mach 1 dalam misi tempur. Sebab, pertempuran modern berlangsung dalam format BVR (Beyond Visual Range), yakni menembakkan rudal berpemandu radar dari jarak jauh. Artinya, kecepatan pesawat tidak lagi menjadi faktor utama, karena rudal yang ditembakkan mampu melaju jauh lebih cepat untuk mengejar musuh.

Desain untuk Medan Perang Nyata

Jet modern membawa beban tempur lebih kompleks: radar AESA, sistem peperangan elektronik, hingga senjata presisi. Fokus utama bukan lagi beradu cepat, tetapi bertahan melawan sistem pertahanan udara canggih sekaligus menjaga dominasi udara. 

VIVA Militer: Jet tempur F-35 Angkatan Udara Israel (IAF)

VIVA Militer: Jet tempur F-35 Angkatan Udara Israel (IAF)

Inilah alasan mengapa pesawat generasi ketiga seperti F-4 Phantom memang rata-rata lebih cepat, namun desain generasi kelima seperti F-35 lebih unggul dalam hal stealth, situational awareness, dan efektivitas misi.