Mengapa Stres Bisa Bikin Gatal pada Kulit? Ini Alasannya

Rasa gatal pada kulit sering kali dikaitkan dengan alergi, gigitan serangga, atau kulit kering. Namun, penelitian terbaru mengungkap penyebab lain yang kerap terabaikan yakni stres.
Kondisi psikologis ini ternyata mampu memengaruhi sistem imun tubuh dan memicu reaksi berlebihan di kulit.
Apakah stres bisa bikin gatal?
Stres tak hanya memengaruhi pikiran, tapi juga bisa memicu rasa gatal di kulit. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Simak penjelasannya.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology menemukan bahwa stres psikologis dapat memperburuk reaksi alergi pada kulit.
Eksperimen dilakukan pada tikus yang dipaparkan stres sebelum diberikan pemicu alergi.
Hasilnya, kelompok tikus yang stres menunjukkan peradangan kulit lebih parah dibandingkan kelompok yang tenang.
“Temuan kami menunjukkan bahwa dampak stres psikologis pada sel imun bersifat jangka panjang dan bahkan dapat memengaruhi sel-sel yang berkembang kemudian,” ujar Dr. Soichiro Yoshikawa, profesor di Juntendo University, dilansir dari Best Life, Jumat (22/8/2025).
Ia menyebut fenomena ini sebagai stress memory atau ingatan stres, yang meninggalkan jejak pada sel imun sehingga lebih rentan memicu penyakit kulit.
Bagaimana stres menyebabkan gatal?
Stres tak hanya memengaruhi pikiran, tapi juga bisa memicu rasa gatal di kulit. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Simak penjelasannya.
Secara medis, stres dapat memengaruhi produksi antibodi immunoglobulin E (IgE) yang berperan penting dalam reaksi alergi.
IgE biasanya diproduksi tubuh ketika terpapar debu, serbuk sari, atau alergen lain. Antibodi ini kemudian mengirim sinyal ke sel untuk melepaskan histamin, zat kimia yang menimbulkan gejala gatal, kemerahan, dan bengkak.
Pada kondisi stres, keseimbangan sel imun terganggu. Penelitian menemukan penurunan jumlah makrofag PD-L2 positif, sel darah putih yang seharusnya meredakan peradangan.
Sebaliknya, penelitian tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan eosinofil saat stres yaitu sel darah putih yang justru memperparah reaksi alergi.
Bukti lain yang menguatkan
Stres tak hanya memengaruhi pikiran, tapi juga bisa memicu rasa gatal di kulit. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Simak penjelasannya.
Kaitan stres dan rasa gatal bukanlah hal baru. Sebuah penelitian pada 2015 menunjukkan, pasien dengan kondisi gatal kronis (chronic itch) melaporkan rasa gatal semakin parah ketika diperlihatkan gambar pemicu stres.
Bahkan beberapa merasa seperti orang yang hampir digigit ular atau terjebak dalam kebakaran.
Selain itu, terapi pengelolaan stres seperti meditasi, teknik pernapasan, dan penggunaan obat antiansietas terbukti membantu mengurangi gejala gatal pada sebagian pasien.
Hal ini memperkuat dugaan bahwa pikiran dan kondisi emosional berperan besar terhadap kesehatan kulit.
Potensi penanganan ke depan
Stres tak hanya memengaruhi pikiran, tapi juga bisa memicu rasa gatal di kulit. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Simak penjelasannya.
Tak hanya melakukan analisis hubungan stres dan gatal, penelitian terbaru juga menawarkan harapan baru.
Para ilmuwan menemukan bahwa penggunaan caspase-1 inhibitor dapat mengurangi pembengkakan pada telinga tikus yang mengalami reaksi alergi akibat stres.
“Ini adalah pendekatan yang menjanjikan dalam pengobatan alergi kulit yang dipicu stres,” kata Yoshikawa.
Namun, ia menekankan penelitian masih dalam tahap awal dan perlu uji klinis lebih lanjut pada manusia.
Bagaimana jika gatal karena stres?
Meski terapi medis masih dikembangkan, langkah sederhana bisa membantu mengurangi risiko gatal akibat stres.
Yoshikawa menyarankan untuk mengelola stres dengan meditasi, yoga, atau olahraga ringan; tidur yang cukup; hindari kebiasaan menggaruk berlebihan yang bisa melukai kulit' dan berkonsultasi dengan dokter.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!