Kelas Menengah Wajib Waspada! Ini 9 Tanda Anda Terjebak Middle-Class Trap

Istilah middle-class trap atau jebakan kelas menengah semakin sering dibahas dalam konteks ekonomi global. Kelompok masyarakat yang masuk kelas menengah sering dianggap sudah mapan, karena mampu memiliki rumah, kendaraan, dan akses pendidikan yang lebih baik.
Namun di balik itu, banyak dari mereka justru terjebak dalam pola hidup yang membuat sulit naik kelas secara ekonomi.
Menurut laporan OECD, kelas menengah di berbagai negara menghadapi tekanan berat akibat stagnasi pendapatan, kenaikan harga rumah, dan meningkatnya biaya pendidikan maupun kesehatan. Kondisi ini membuat banyak keluarga kelas menengah merasa aman di permukaan, tetapi rapuh secara finansial.
Untuk lebih memahami fenomena ini, berikut adalah tanda-tanda seseorang atau keluarga terjebak dalam middle-class trap menurut studi dan analisis internasional.
1. Hidup Paycheck to Paycheck
Salah satu tanda utama middle-class trap adalah hidup dari gaji ke gaji tanpa tabungan darurat. Meski berpenghasilan cukup besar, sebagian besar habis untuk cicilan rumah, kendaraan, hingga biaya konsumsi.
MarketWatch menyebutkan banyak profesional kelas menengah di Amerika tetap rapuh karena tidak punya buffer keuangan.
2. Tidak Memiliki Strategi Keuangan Jangka Panjang
Kelas menengah sering kali fokus menjaga gaya hidup saat ini, tanpa perencanaan keuangan jangka panjang. Banyak orang gagal menyiapkan tabungan pensiun, investasi, atau rencana masa depan sehingga sulit berkembang secara finansial.
3. Takut Mengambil Risiko
Salah satu ciri lain adalah menghindari peluang yang berisiko, baik dalam karier maupun investasi. Ketakutan kehilangan apa yang sudah dimiliki membuat kelas menengah sulit meningkatkan level kesejahteraan mereka.
4. Puas dengan Mediokritas
Banyak keluarga kelas menengah yang merasa cukup dengan stabilitas pekerjaan saat ini. Meski aman, sikap ini sering membuat mereka stagnan dan tidak mencari peluang baru untuk pertumbuhan karier maupun pendapatan.
5. Mengukur Kesuksesan dengan Materi
Kesuksesan sering diukur dari kepemilikan barang seperti rumah besar, mobil baru, atau liburan mewah. Sayangnya, gaya hidup konsumtif ini kerap dibiayai dengan utang, yang pada akhirnya mengurangi peluang untuk membangun kekayaan jangka panjang.
6. Bergantung pada Satu Sumber Pendapatan
Banyak orang kelas menengah hanya mengandalkan gaji sebagai sumber utama penghasilan. Kondisi ini membuat mereka rentan jika terjadi pemutusan hubungan kerja atau krisis ekonomi. Sebab itu, penting memiliki diversifikasi sumber pendapatan agar lebih tahan terhadap guncangan finansial.
7. Tidak Mengembangkan Keterampilan Baru
Studi dari Infogulp menyoroti bahwa banyak pekerja kelas menengah hanya fokus pada pekerjaan saat ini tanpa membangun skill tambahan. Akibatnya, peluang kenaikan gaji dan mobilitas karier menjadi terbatas.
8. Kerja Keras Tanpa Leverage
Kerja keras memang penting, tetapi tanpa leverage seperti investasi, teknologi, atau sumber penghasilan pasif, pendapatan cenderung stagnan. Pola ini membuat seseorang tetap berada di jalur aman, tanpa pertumbuhan signifikan.
9. Terjebak dalam “House Poor”
Memiliki rumah adalah impian banyak orang kelas menengah. Namun, jika sebagian besar pendapatan hanya habis untuk membayar cicilan rumah, kondisi ini disebut sebagai house poor. Hal ini membuat individu atau keluarga tidak memiliki ruang finansial untuk kebutuhan penting lainnya.
Middle-class trap adalah kondisi di mana keluarga atau individu tampak stabil secara finansial, tetapi sebenarnya rapuh karena penghasilan sebagian besar habis untuk konsumsi, cicilan, dan gaya hidup.
Tanda-tandanya antara lain hidup dari gaji ke gaji, takut mengambil risiko, mengukur kesuksesan dari materi, hingga bergantung pada satu sumber pendapatan.
Dengan memahami tanda-tanda middle-class trap, Anda bisa lebih waspada dalam mengelola keuangan. Kunci untuk keluar dari jebakan ini adalah membangun strategi keuangan jangka panjang, diversifikasi sumber penghasilan, mengembangkan keterampilan, serta berani mengambil risiko yang terukur.