Top 10+ Jet Tempur Canggih yang Gagal Mengudara, Padahal Teknologinya Gila-Gilaan

Northrop F-20 Tigershark
Northrop F-20 Tigershark

 Dalam sejarah penerbangan militer, jet tempur selalu menjadi simbol puncak teknologi dan kekuatan suatu negara. Mereka dirancang bukan hanya untuk terbang cepat dan membawa persenjataan canggih, tetapi juga sebagai unjuk dominasi dalam percaturan global.

Namun, tidak semua proyek besar mencapai garis akhir. Banyak jet dengan desain revolusioner—mulai dari siluman generasi awal, sayap unik, hingga kecepatan supersonik—justru berakhir di tahap prototipe. Alasan klasik seperti biaya membengkak, perubahan strategi pertahanan, hingga tarik ulur politik, sering kali lebih menentukan nasib mereka dibanding kemampuan teknis.

Dilansir VIVA dari Aviationa2z, berikut daftar 10 jet tempur paling berbahaya yang tidak pernah beroperasi, meski sebagian besar dianggap luar biasa di masanya.

10. Dassault Mirage 4000 (Prancis)

Dirancang untuk menyaingi F-15 Eagle Amerika dan Su-27 Soviet, Mirage 4000 adalah proyek ambisius Prancis pada akhir Perang Dingin.

Dibekali radar modern, jangkauan luas, dan mesin ganda, jet ini menjanjikan dominasi udara dengan performa impresif. Sayangnya, biaya tinggi membuat pemerintah Prancis memilih Mirage 2000 yang lebih murah dan efisien.

Kini, satu-satunya prototipe Mirage 4000 tersisa di museum, menjadi simbol ambisi yang kandas bukan karena kelemahan teknis, melainkan pilihan politik dan anggaran.

9. IAI Lavi (Israel)

Pada 1980-an, Israel mengembangkan IAI Lavi sebagai pesawat tempur multiperan dengan teknologi canggih: fly-by-wire, avionik modern, hingga sayap delta canard.

Pesawat ini bahkan sempat dipuji setara dengan F-16. Namun, biaya pengembangan melonjak, sementara AS khawatir Lavi akan menjadi pesaing di pasar global.

Di bawah tekanan Washington dan keterbatasan dana, proyek ini dibatalkan pada 1987. Meski begitu, inovasi Lavi tetap meninggalkan jejak pada teknologi pertahanan Israel modern.

8. Hawker Siddeley P.1154 (Inggris)

Inggris sempat bermimpi menciptakan pesawat V/STOL (lepas landas dan mendarat vertikal) supersonik pertama di dunia. Proyek P.1154 dirancang sebagai penerus Harrier dengan kemampuan Mach 2, fleksibel untuk RAF maupun Angkatan Laut. 

Namun, perbedaan kebutuhan antar matra, konflik politik, serta biaya yang membengkak membuat program dihentikan. Visi ini memang tak terwujud, tetapi konsepnya menjadi dasar pengembangan teknologi V/STOL di masa depan.

7. Mitsubishi X-2 Shinshin (Jepang)

X-2 “Shinshin” adalah langkah awal Jepang menuju jet tempur generasi kelima. Penerbangan perdananya pada 2016 membuktikan kemampuan negara itu dalam teknologi siluman, mesin vektor dorong, hingga radar AESA.

Namun, sejak awal pesawat ini hanya dimaksudkan sebagai demonstrator teknologi, bukan produksi massal. Proyek ini kemudian mengarah pada program Global Combat Air Programme (GCAP) bersama Inggris dan Italia.

6. Sukhoi Su-47 Berkut (Rusia)

Dengan sayap menyapu ke depan yang unik, Su-47 Berkut menjadi salah satu prototipe paling ikonik Rusia. Uji coba pada 1997 menunjukkan kelincahan ekstrem di udara, berkat aerodinamika revolusioner.

Meski menjanjikan, tantangan teknis dan biaya besar, ditambah krisis ekonomi pasca runtuhnya Uni Soviet, membuat proyek ini kandas. Teknologi dari Su-47 tidak sia-sia, karena ikut memengaruhi pengembangan jet generasi kelima Rusia, Su-57.

5. Mikoyan MiG 1.44 Flatpack (Rusia)

Dijuluki “Flatpack,” MiG 1.44 dirancang untuk menandingi F-22 Raptor. Dengan desain delta-canard, vektor dorong, dan fitur siluman, pesawat ini diharapkan menjadi tulang punggung baru Angkatan Udara Rusia.

Sayangnya, keterbatasan dana membuat proyek molor. Saat akhirnya terbang pada tahun 2000, desainnya sudah tertinggal dibanding pesawat Barat. Hanya satu penerbangan resmi dilakukan sebelum fokus dialihkan ke Sukhoi PAK FA (Su-57).

4. Northrop F-20 Tigershark (AS)

F-20 adalah upgrade dari F-5 yang sukses, dengan mesin lebih bertenaga, radar modern, dan kemampuan rudal jarak jauh.

Murah, andal, dan mudah dirawat, Tigershark seharusnya menjadi pilihan ideal bagi sekutu AS. Namun, pemerintah AS lebih mendorong penjualan F-16 yang disubsidi, membuat F-20 kehilangan pasar. Alhasil, pesawat tangguh ini batal diproduksi massal—korban dari strategi pasar dan politik.

3. McDonnell Douglas A-12 Avenger II (AS)

Dijuluki “Flying Dorito” karena bentuknya segitiga, A-12 Avenger II dirancang sebagai pesawat siluman berbasis kapal induk, pengganti A-6 Intruder.

Dengan ruang senjata internal dan teknologi siluman mutakhir, A-12 seharusnya jadi pionir sebelum F-35C. Namun, biaya membengkak drastis dan masalah teknis membuat program dihentikan pada 1991. Kegagalannya menjadikannya salah satu pemborosan terbesar dalam sejarah militer AS.

2. Northrop YF-23 Black Widow II (AS)

Dalam kompetisi melawan YF-22 (cikal bakal F-22 Raptor), YF-23 menawarkan kecepatan lebih tinggi, jangkauan lebih jauh, dan desain siluman yang lebih baik. Namun, karena kalah dalam hal manuver dan dukungan politik, YF-23 ditinggalkan.

Meski kalah, YF-23 tetap dipandang sebagai salah satu jet paling futuristis yang pernah dibuat. Banyak analis percaya pesawat ini terlalu maju untuk masanya.

1. Lockheed YF-12 (AS)

Dibangun dari program SR-71 Blackbird, YF-12 adalah jet pencegat tercepat dengan kecepatan Mach 3. Dilengkapi rudal jarak jauh AIM-47, pesawat ini dimaksudkan untuk menghentikan bomber Soviet.

Pertama terbang pada 1963, performanya luar biasa. Namun, biaya tinggi dan perubahan strategi AS ke arah jet multiperan membuat proyek dibatalkan setelah hanya tiga prototipe dibuat.

Meski tak beroperasi, YF-12 meninggalkan warisan penting dalam pengembangan teknologi SR-71 dan konsep pencegat canggih.