Riset Sebut Generasi Produktif RI Belum Siap Hadapi Darurat Finansial

Indonesia tengah menikmati bonus demografi dengan dominasi usia produktif yang diproyeksikan mencapai 68 persen dari total populasi pada periode 2020–2030. Situasi ini membawa peluang besar dalam pembangunan ekonomi, namun juga menimbulkan pertanyaan mengenai kesiapan masyarakat dalam menghadapi risiko keuangan yang semakin kompleks.
Menurut data Global Asia Insurance Partnership, kesenjangan perlindungan di Asia Pasifik telah mencapai US$886 miliar, naik 38 persen dalam lima tahun terakhir. Indonesia menyumbang hampir separuh dari angka tersebut.
Kondisi ini menunjukkan masih banyak keluarga yang belum terlindungi secara finansial, sehingga rentan menghadapi krisis bila terjadi keadaan darurat.
Sementara itu, Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat kelompok usia 18–35 tahun memiliki tingkat literasi tertinggi dibanding kelompok usia lain. Skor literasi kelompok usia 18–25 tahun berada di angka 74,05 persen, sedangkan kelompok usia 26–35 tahun mencapai 89,96 persen.
Meski demikian, hasil ini belum sepenuhnya mencerminkan kesiapan generasi produktif dalam mempersiapkan masa depan finansial yang berkelanjutan. Temuan serupa ditunjukkan dalam laporan Sun Life Asia Financial Resilience Index 2025 bertajuk “Balancing Today’s Need and Tomorrow’s Goal”.
Berdasarkan laporan tersebut, hanya separuh masyarakat Indonesia yang merasa siap menghadapi darurat finansial. Banyak di antaranya masih lebih memprioritaskan kebutuhan jangka pendek, tanpa rencana pensiun maupun warisan yang terstruktur.
Albertus Wiroyo, Presiden Direktur Sun Life Indonesia, menilai fenomena ini perlu diantisipasi. “Kami memahami bahwa generasi produktif saat ini menghadapi berbagai tantangan finansial, biaya hidup yang terus meningkat, ketidakpastian masa depan, hingga kebutuhan akan warisan yang terencana," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers, Selasa, 26 Agustus 2025.
Terkait itu, Sun Life Indonesia menghadirkan Sun Proteksi Heritage 100, dirancang sebagai solusi yang dapat diakses lebih mudah, terjangkau, memberikan manfaat lebih, dan relevan untuk semua kalangan yang ingin mulai merencanakan warisan dengan bijak.
“Kami percaya bahwa akses terhadap perlindungan berkualitas tidak boleh terbatas pada segmen tertentu. Dengan premi yang terjangkau dan fitur-fitur unggulan, kami ingin menjadikan perencanaan warisan sebagai sesuatu yang dapat dilakukan oleh lebih banyak lagi keluarga di Indonesia dan generasi produktif masa kini, tanpa harus menunda,” jelasnya.
Produk asuransi Sun Proteksi Heritage 100 yang baru diluncurkan Sun Life Indonesia hadir dengan beberapa fitur, di antaranya perlindungan hingga usia 100 tahun, manfaat pengembalian premi saat tertanggung mencapai usia 75 tahun, serta pembebasan premi jika pemilik polis terdiagnosis penyakit kritis.
Preminya sendiri mulai dari Rp300 ribu per bulan dan mempunyai masa pembayaran fleksibel, sehingga produk ini ditujukan sebagai salah satu opsi yang dapat mendukung perencanaan finansial jangka panjang bagi masyarakat.
Peluncuran ini, menurut Sun Life, merupakan bagian dari upaya memperluas akses proteksi keuangan di berbagai lapisan masyarakat. Namun, tantangan utama tetap ada pada peningkatan kesadaran generasi produktif Indonesia agar tidak hanya berfokus pada kebutuhan saat ini, tetapi juga lebih siap menghadapi risiko darurat finansial di masa depan.