Sakit Punggung Bisa Jadi Tanda Diabetes Diam-Diam Rusak Tulang Belakangmu!

Ikustrasi Bangun Tidur badan Pegal dan Lesu, Kerusakan pembuluh darah kecil, Gula yang membuat tulang belakang kaku, Degenerasi diskus dan peradangan saraf, Risiko infeksi lebih tinggi, Tanda peringatan yang tidak boleh diabaikan & cara pencegahannya
Ikustrasi Bangun Tidur badan Pegal dan Lesu

Sakit punggung sering dianggap sekadar faktor usia atau gaya hidup, padahal bisa saja hal itu ada kaitannya dengan diabetes. Bedah Saraf, AIMS New Delhi, Dr. Arun L. Naik, MCh sempat mengunggah postingan di akun Instagram pribadinya, bahwa tulang belakang bisa mengalami serangan diam-diam jika seseorang hidup dengan diabetes.

”Apakah Anda punya diabetes dan sering merasakan sakit punggung? Itu bukan kebetulan,” kata Ajun dikutip dari akun Instagramnya.

Lebih lanjut diketahui bahwa dalam sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa kadar gula darah tinggi secara perlahan melemahkan struktur tulang belakang, mempercepat kerusakan, dan membuat pasien lebih rentan terhadap infeksi.

Hubungan antara diabetes dan kesehatan tulang belakang ternyata jauh lebih erat dari yang banyak orang kira. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai tulang belakang dan diabetes seperti dilansir dari laman Times of India.

Kerusakan pembuluh darah kecil

Salah satu dampak pertama dari gula darah yang tidak terkontrol adalah rusaknya pembuluh darah terkecil dalam tubuh. Sama seperti diabetes yang bisa merusak pembuluh darah di mata dan ginjal, hal sama juga terjadi pada aliran darah ke tulang belakang. Kerusakan mikro-vaskular ini menghambat pasokan nutrisi yang dibutuhkan bantalan (diskus) dan tulang belakang untuk tetap kuat.

Seiring waktu, bantalan tulang belakang melemah dan kehilangan fungsi peredam alami, membuat tulang belakang lebih rapuh. Sebuah studi yang dipublikasikan di Frontiers in Endocrinology mengonfirmasi bahwa sirkulasi darah yang buruk pada pasien diabetes mempercepat kerusakan diskus dan meningkatkan risiko nyeri kronis.

Gula yang membuat tulang belakang kaku

Faktor tersembunyi lain datang dari senyawa yang disebut advanced glycation end-products (AGEs). Senyawa ini terbentuk ketika kelebihan gula menempel pada protein, membuat jaringan tubuh menjadi keras dan kurang lentur.

Di tulang belakang, AGEs menyusup ke kolagen dalam diskus, mengubah bantalan elastis yang seharusnya fleksibel menjadi struktur yang kaku dan rapuh. Para peneliti menyamakan efek ini dengan penuaan dini pada tulang belakang. Menurut laporan Healthgrades, diskus penderita diabetes lebih cepat kaku, mengurangi kelenturan, dan meningkatkan risiko cedera.

Degenerasi diskus dan peradangan saraf

Ketika degenerasi diskus terjadi, bantalan tulang belakang aus lebih cepat dari normal. Pada pasien diabetes, ini berarti bantalan lebih cepat kolaps, jarak antar ruas tulang menyempit, dan tekanan pada akar saraf semakin besar.

Selain itu, gula darah tinggi kronis juga memicu peradangan yang mengiritasi saraf di tulang belakang hingga menjalar ke kaki. Sebuah studi besar di Korea yang diterbitkan di Scientific Reports menunjukkan bahwa pasien diabetes tipe 2 jauh lebih berisiko mengalami gangguan tulang belakang lumbar yang membutuhkan perawatan medis bahkan operasi. Dengan kata lain, diabetes tidak hanya mempercepat kerusakan diskus, tetapi juga membuka jalan bagi nyeri saraf kronis.

Risiko infeksi lebih tinggi

Diabetes juga melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga pasien lebih mudah terkena infeksi, termasuk yang menyerang tulang belakang. Kondisi seperti discitis (infeksi bantalan tulang belakang) atau osteomielitis vertebra lebih sering dialami pasien diabetes, biasanya ditandai dengan sakit punggung yang tak kunjung sembuh. Tidak seperti nyeri otot biasa, infeksi ini berkembang secara diam-diam hingga menjadi parah.

Tanda peringatan yang tidak boleh diabaikan & cara pencegahannya

Mengenali tanda-tanda awal bisa membuat perbedaan besar. Beberapa gejala yang patut diwaspadai:

  • Nyeri punggung menetap meski sudah istirahat.
  • Mati rasa atau sensasi terbakar di kaki.
  • Kekakuan pagi hari yang membatasi gerak tubuh.

Riwayat diabetes lebih dari lima tahun atau sering mengalami infeksi juga menjadi alasan untuk lebih waspada. Jika dibiarkan, nyeri yang awalnya sesekali bisa berubah menjadi kerusakan permanen.

Kabar baiknya, langkah pencegahan bisa mengurangi risiko secara signifikan:

  • Menjaga gula darah tetap terkontrol (HbA1c idealnya di bawah 6,5) memperlambat kerusakan pembuluh darah dan bantalan tulang.
  • Melatih kekuatan otot inti (core) membantu menjaga postur tulang belakang.
  • Jalan kaki setiap hari meningkatkan sensitivitas insulin sekaligus menjaga kelenturan tulang belakang.

Hal terpenting, penderita diabetes tidak boleh mengabaikan sakit punggung, terutama setelah usia 50 tahun, dan sebaiknya mempertimbangkan pemeriksaan rutin tulang belakang.