5G, Tulang Punggung Transformasi Digital Indonesia

INDONESIA berada di ambang revolusi digital. Dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dan populasi yang muda dan melek teknologi, negara ini sedang mengalami pertumbuhan transformatif di bidang e-commerce, fintech, dan kecerdasan buatan (AI).
Namun, untuk sepenuhnya mewujudkan Ambisi Digital Indonesia 2045, masih ada satu elemen kritis yang masih belum terpenuhi, yaitu jaringan 5G yang aman, andal, dan tersebar luas.
Menurut laporan berjudul “Mobile Economy Asia Pacific 2025” yang dipublikasikan Juli 2025 oleh Asosiasi GSM (GSMA), teknologi dan layanan seluler menyumbang 5,6 persen dari produk domestik bruto (PDB) Asia-Pasifik pada 2024. Kontribusi ini diperkirakan akan meningkat menjadi 6,6 persen atau sekitar 1,4 triliun dollar AS pada 2030.
Sebagai generasi berikutnya dari teknologi seluler, jaringan 5G akan menjadi kunci pertumbuhan tersebut. Dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi, latensi ultra-rendah, dan kemampuan untuk menangani data dalam jumlah yang jauh lebih besar, 5G memungkinkan penggunaan AI yang lebih canggih, komputasi awan, dan internet of things (IoT). Ketiganya merupakan fondasi masyarakat digital.
Momentum global ini tidak dapat dimungkiri. Ericsson Mobility Report Juni 2025 memperkirakan bahwa pada akhir tahun ini, 2,9 miliar orang atau hampir sepertiga dari semua pengguna seluler akan terhubung ke jaringan 5G. Teknologi ini berkembang lebih cepat daripada teknologi seluler mana pun sebelumnya.
Namun, adopsi 5G di Indonesia masih terbatas dan tidak merata. Saat ini, hanya sekitar 5 persen penduduk yang memiliki akses ke 5G dan sebagian besar di pusat-pusat perkotaan.Kondisi implementasi 5G saat ini berisiko melemahkan daya saing digital Indonesia dalam jangka panjang.
Indonesia memiliki populasi yang mengutamakan penggunaan perangkat mobile dengan tingkat penetrasi smartphone mencapai 91 persen. Sebanyak 85 persen rumah tangga mengandalkan perangkat mobile sebagai sumber internet utama mereka.
Untuk memenuhi kebutuhan konektivitas populasi muda yang melek teknologi dan mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, Indonesia harus memprioritaskan penyebaran jaringan 5G Standalone (SA) yang aman dan tangguh secara nasional, bukan sekadar peningkatan bertahap pada infrastruktur yang sudah ada.
Belajar dari pemimpin regional
negara lain di Asia Tenggara telah menyadari nilai strategis dari adopsi 5G yang luas. Malaysia dan Vietnam, misalnya, telah memastikan akses yang tepat waktu dan terjangkau terhadap spektrum untuk implementasi 5G dengan memprioritaskan pengembangan ekonomi jangka panjang dan daya saing nasional ketimbang pendapatan spektrum jangka pendek.
Jika saya mengambil contoh Vietnam, sesuai dengan Program Transformasi Digital Nasional yang menargetkan kontribusi ekonomi digital sebesar 30 persen terhadap PDB pada 2030, pemerintah negara tersebut mempercepat alokasi spektrum pada awal 2024. Dengan demikian, layanan 5G bisa diluncurkan hanya dalam hitungan bulan.
Indonesia telah mencapai waktu yang paling sesuai untuk menciptakan prasyarat yang tepat untuk 5G. Menurut GSMA, lalu lintas data seluler di Indonesia diperkirakan akan meningkat sebesar 156 persen antara 2025 dan 2030. Pertumbuhan ini akan membebani jaringan 4G yang ada dan membatasi kemampuan negara untuk mendukung layanan dan pengalaman digital baru.
Pemindahan lalu lintas data ke 5G tidak hanya akan meningkatkan kinerja jaringan dan pengalaman pengguna, tetapi juga mengurangi biaya per gigabita bagi operator. Hal ini dapat membuat layanan digital lebih terjangkau di seluruh negeri.
Indonesia saat ini memiliki lebih dari 66 juta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di seluruh negeri. Teknologi 5G akan memampukan UMKM dan perusahaan untuk mendigitalisasi operasional mereka serta tetap kompetitif di pasar yang terus berubah dengan cepat. Hal terlebih penting lagi, dapat berkontribusi pada perkembangan sosial-ekonomi Indonesia.
Kerja sama adalah kunci
Tidak ada satu entitas pun yang dapat membangun masa depan digital Indonesia sendirian. Kerja sama yang terkoordinasi antara pemerintah, industri, dan akademisi sangatlah penting.
Pemerintah dapat memimpin pelepasan spektrum secara tepat waktu, menyederhanakan proses regulasi, dan memberikan insentif bagi investasi sektor swasta dalam infrastruktur 5G.
Sementara itu, para pelaku industri harus fokus pada inovasi bersama, pengembangan kasus penggunaan lokal, dan pelatihan keterampilan digital untuk membangun tenaga kerja yang siap menghadapi masa depan.
Di Ericsson, kami berkomitmen untuk berperan aktif. Kami merupakan perusahaan pertama yang mendemonstrasikan teknologi 5G di Indonesia dan sejak awal telah menjalin kerja sama erat dengan pemerintah, operator, serta mitra lokal untuk menghadirkan inovasi 5G global ke tanah air.
Pusat Inovasi 5G kami, yang didirikan pada 2023, mempromosikan manufaktur cerdas yang didukung oleh Generative AI dan 5G. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi canggih dapat meningkatkan produktivitas dan menciptakan peluang ekonomi baru.
Dorongan untuk bertindak
Visi Indonesia untuk menjadi negara digital yang tangguh dapat terwujud. Akan tetapi, hal ini hanya dapat dicapai jika didukung oleh infrastruktur yang memadai.
Saat ini, percepatan implementasi teknologi 5G sangat dibutuhkan. Dengan menjadikan 5G sebagai pilar utama infrastruktur nasional akan secara signifikan meningkatkan kemampuan Indonesia untuk bersaing, berinovasi, dan berkembang di era digital.
Sebagai pemangku kepentingan dalam perjalanan ini, pemerintah, industri, akademisi, dan wirausaha, kita harus bertindak sekarang. Mari berkolaborasi dalam membangun infrastruktur 5G yang aman dan mencakup seluruh negeri. Bersama-sama, kita dapat mewujudkan visi Indonesia Digital yang sesungguhnya.