Waspada, Perut Buncit pada Anak Bisa Jadi Tanda Penumpukan Lemak Visceral

Perut buncit pada anak kerap dianggap lucu oleh sebagian orang tua, padahal kondisi tersebut bisa menandakan adanya penumpukan lemak viseral (visceral fat), lemak yang tersimpan di dalam organ tubuh.

Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PP PDGKI), dr. Erwin Christianto, Sp.GK, M.Gizi mengatakan, lemak di tubuh manusia umumnya terbagi menjadi dua yakni lemak di bawah kulit dan lemak viseral.

Namun, penumpukan lemak viseral bisa berdampak buruk pada kesehatan anak jika dibiarkan.

“Kondisi ini juga bisa dialami oleh anak-anak, apalagi sekarang banyak anak-anak yang perutnya buncit dan gemuk karena dianggap lebih lucu oleh masyarakat,” kata Erwin dalam diskusi media bersama Novo Nordisk di Jakarta Pusat, Sabtu (23/8/2025).

Apa itu lemak viseral atau visceral fat?

Perut buncit pada anak jangan dianggap sepele. Kondisi ini bisa menandakan adanya penumpukan lemak viseral atau visceral fat yang berbahaya.

Lemak viseral adalah lemak yang menumpuk di sekitar organ dalam, seperti hati, pankreas, dan usus. 

Berbeda dengan lemak bawah kulit, keberadaan lemak viseral tidak terlihat jelas dari luar.

“Cara membedakannya, misalnya di area perut, kalau bisa dicubit itu artinya lemak bawah kulit. Tapi kalau lemaknya tidak bisa dicubit dan membuncit, itu artinya lemak di dalam perut,” jelas Erwin.

Menurut dia, lemak viseral jauh lebih berbahaya dibandingkan lemak yang berada di bawah kulit. Penumpukan lemak jenis ini dapat memicu berbagai penyakit serius.

“Lemak viseral itu lebih jahat dibandingkan lemak di bawah kulit. Semakin banyak lemak viseral, maka dia akan menyebabkan resistensi insulin yang berujung pada diabetes, gula, atau penyakit lainnya,” jelasnya. 

Pola makan jadi pemicu penumpukan lemak viseral

Perut buncit pada anak jangan dianggap sepele. Kondisi ini bisa menandakan adanya penumpukan lemak viseral atau visceral fat yang berbahaya.

Erwin menambahkan, pola makan anak menjadi salah satu faktor besar penyebab penumpukan lemak viseral. 

Saat ini, banyak anak terbiasa mengonsumsi makanan tinggi kalori, terutama dari produk kemasan dan gorengan.

“Anak-anak bisa mengalami ini karena banyak makanan yang tinggi kalori. Selain itu, anak-anak kadang tidak memperhatikan porsi saat mengonsumsi camilan,” ucapnya.

Ia mencontohkan kebiasaan anak yang langsung menghabiskan satu bungkus camilan ringan seperti keripik atau ciki. Tak hanya itu, anak-anak juga cenderung sulit berhenti ketika mengonsumsi camilan ringan.

“Misalnya saat makan ciki, pasti makannya satu bungkus bukan dalam porsi mangkuk kecil, akhirnya susah berhenti,” tambahnya.

Waktu jeda makan dan camilan sering diabaikan

Perut buncit pada anak jangan dianggap sepele. Kondisi ini bisa menandakan adanya penumpukan lemak viseral atau visceral fat yang berbahaya.

Selain porsi, waktu jeda antara makan utama dengan camilan juga kerap diabaikan. 

Jika jeda terlalu dekat, kalori yang masuk ke tubuh bisa menumpuk dan berujung menjadi lemak viseral.

“Kemudian, waktu jeda setelah makan dan mengonsumsi camilan juga tidak diperhatikan. Jeda waktu antara makan dan snack time yang terlalu dekat bisa menyebabkan penumpukan lemak viseral,” kata Erwin.

Untuk mencegahnya, ia menyarankan agar jeda waktu antara makan utama dan camilan sekitar dua sampai tiga jam. 

Selain itu, jenis camilan dan porsinya juga perlu diperhatikan agar tidak menambah asupan kalori berlebih.

Risiko jangka panjang kelebihan lemak visceral

Perut buncit pada anak jangan dianggap sepele. Kondisi ini bisa menandakan adanya penumpukan lemak viseral atau visceral fat yang berbahaya.

Kelebihan lemak viseral bukan hanya berdampak pada penampilan fisik, tetapi juga dapat memicu penyakit kronis sejak usia muda. 

Penumpukan lemak berlebih di sekitar organ dalam bisa memicu obesitas, diabetes, serta penyakit membahayakan lainnya. Kondisi ini bisa terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.

Lebih lanjut, anak dengan perut buncit akibat lemak viseral lebih berisiko mengalami sindrom metabolik, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular ketika dewasa.

Maka dari itu, orang tua perlu lebih waspada terhadap pola makan anak. Bukan hanya soal seberapa banyak mereka makan, tetapi juga jenis makanan, frekuensi, dan waktu konsumsinya.

Perut buncit pada anak lebih dari sekadar persoalan estetika karena bisa menandakan adanya penumpukan lemak viseral yang berbahaya bagi kesehatan jangka panjang.

Erwin mengimbau agar edukasi tentang pola makan sehat, porsi camilan yang wajar, dan jeda waktu yang tepat antara makan utama dan snack dapat diterapkan sejak dini. 

Hal ini tujuannya untuk menekan risiko obesitas dan penyakit metabolik pada anak.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!