Apa Itu Spoofing? Kenali Modus Penipuan Digital yang Sering Tak Disadari

spoofing, spoofing adalah, Apa Itu Spoofing? Kenali Modus Penipuan Digital yang Sering Tak Disadari, Apa itu spoofing dan ciri-cirinya, Cara kerja spoofing, Jenis-jenis Spoofing, 7 cara umum mencegah Spoofing

Di era serba digital, penipuan online tidak lagi hanya mengandalkan pesan mencurigakan atau tautan berbahaya yang mudah dikenali.

Salah satu modus yang semakin marak adalah spoofing, teknik penyamaran digital yang membuat pelaku terlihat seperti pihak terpercaya. Dengan cara ini, korban kerap terkecoh karena mengira pesan, panggilan, atau situs web yang mereka akses berasal dari sumber resmi.

Spoofing bisa terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari e-mail, nomor telepon, alamat IP, hingga situs web palsu yang menyerupai aslinya. 

Tujuannya beragam mulai dari mencuri data pribadi, mengelabui sistem keamanan, hingga melancarkan serangan siber yang lebih besar.

Bahayanya, modus ini sering kali tidak disadari korban hingga kerugian terjadi. Lantas apa yang dimaksud Spoofing lebih detail dan cara menghindarinya? Selengkapnya berikut ini KompasTekno menguraikannya. 

Apa itu spoofing dan ciri-cirinya

Dilansir dari laman Kaspersky, spoofing adalah teknik penipuan di mana pelaku menyamar sebagai pihak lain yang tampak terpercaya. Tujuannya bisa beragam, mulai dari mencuri data, mengakses sistem, mengambil uang, hingga menyebarkan malware.

Setiap kali penipu online memalsukan identitasnya agar terlihat seperti pihak atau perangkat yang sah, itulah yang disebut spoofing. Serangan spoofing sering memanfaatkan rekayasa sosial (social engineering), yaitu manipulasi psikologis terhadap korban. 

Pelaku biasanya memanfaatkan rasa takut, keserakahan, atau minimnya pengetahuan teknis korban untuk mendorong mereka melakukan tindakan tertentu yang menguntungkan pelaku, tetapi merugikan korban.

Cara kerja spoofing

Serangan spoofing biasanya memiliki dua elemen:

  • Penyamaran – misalnya email, situs web, atau alamat yang dipalsukan.
  • Manipulasi korban – membujuk korban agar melakukan tindakan tertentu.

Contohnya, pelaku mengirim e-mail seolah-olah dari atasan atau rekan kerja senior yang meminta transfer uang dengan alasan meyakinkan. Korban yang percaya bisa saja melakukan transfer tanpa curiga.

Dampak serangan ini bisa serius, seperti pencurian data pribadi/perusahaan, peretasan akun, penyebaran malware, atau pelanggaran data besar-besaran.

Jenis-jenis Spoofing

Email Spoofing

Pengirim memalsukan alamat email sehingga terlihat berasal dari sumber terpercaya. Biasanya digunakan untuk meminta transfer uang, akses sistem, atau mengirim lampiran berisi malware.

Pencegahan: Gunakan penyedia e-mail aman, aktifkan filter spam, periksa header email, dan gunakan kata sandi kuat.

IP Spoofing

Pelaku memalsukan alamat IP untuk terlihat seperti bagian dari jaringan terpercaya, sering digunakan dalam serangan DDoS. Pencegahan: Gunakan firewall, sistem deteksi paket mencurigakan, dan autentikasi IP.

Website Spoofing (URL Spoofing)

Pelaku membuat situs tiruan yang mirip aslinya untuk mencuri kredensial atau memasang malware. Pencegahan: Periksa URL (pastikan https dan ada ikon gembok), cek tata bahasa dan desain situs, gunakan password manager.

Caller ID/Phone Spoofing

Nomor penelepon dipalsukan agar terlihat lokal atau terpercaya. Pencegahan: Gunakan layanan penyaring panggilan dari operator atau aplikasi pihak ketiga, dan hindari menjawab nomor tak dikenal.

SMS Spoofing

Pengirim memalsukan identitas pengirim SMS untuk terlihat resmi. Biasanya berisi link phishing atau malware. Pencegahan: Jangan klik link dari SMS mencurigakan, terutama yang menawarkan hadiah atau meminta reset password.

ARP Spoofing

Pelaku mengirim data ARP palsu di jaringan lokal untuk mengalihkan lalu lintas internet ke perangkat mereka. Pencegahan: Gunakan VPN, enkripsi (HTTPS, SSH), dan packet filter.

DNS Spoofing

Catatan DNS diubah untuk mengarahkan korban ke situs palsu. Pencegahan: Gunakan VPN, flush DNS cache, dan aktifkan DNS Security Extensions.

GPS Spoofing

Memalsukan lokasi GPS sehingga perangkat mengira berada di tempat lain. Pencegahan: Gunakan mode hemat baterai untuk menonaktifkan GPS, atau anti-GPS spoofing (lebih umum di sistem besar seperti kapal).

Facial Spoofing

Menyalahgunakan data biometrik wajah untuk membobol sistem pengenalan wajah. Pencegahan: Gunakan metode Liveness Detection, seperti deteksi kedipan atau perintah gerakan wajah.

7 cara umum mencegah Spoofing

Jangan klik tautan atau lampiran mencurigakan

Tautan atau file dari sumber tak dikenal bisa mengandung malware atau mengarahkan ke situs phishing. Pastikan sumbernya benar-benar terpercaya sebelum membuka.

Hindari membalas e-mail atau panggilan dari nomor/pengirim tak dikenal

Merespons penipu justru memberi sinyal bahwa nomor atau alamat email Anda aktif, sehingga berpotensi memicu serangan lanjutan.

Gunakan Autentikasi Dua Faktor (2FA)

Lapisan keamanan tambahan ini membuat akun lebih sulit dibobol, meskipun kata sandi Anda diketahui peretas.

Pakai kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun

Gabungkan huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol. Hindari menggunakan kata sandi yang sama di beberapa platform.

Perbarui perangkat lunak dan sistem keamanan secara rutin

Update biasanya membawa perbaikan celah keamanan yang bisa dimanfaatkan penipu untuk spoofing.

Batasi informasi pribadi di media sosial

Semakin sedikit data pribadi yang dibagikan, semakin sulit bagi penipu memanfaatkan informasi tersebut untuk meyakinkan korban.

Gunakan antivirus dan Firewall terpercaya

Perangkat lunak keamanan dapat memblokir upaya spoofing, memindai malware, dan memberi peringatan dini jika ada aktivitas mencurigakan.

Dapatkan update berita teknologi dan gadget pilihan setiap hari. Mari bergabung di Kanal WhatsApp KompasTekno.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!