Langkah Cepat Pertolongan Hipotermia di Gunung, Menurut Ketua APGI

Hipotermia adalah kondisi darurat yang bisa terjadi kapan saja selama pendakian, terutama saat tubuh kehilangan panas secara drastis dalam suhu ekstrem.
Saat gejalanya muncul, waktu menjadi sangat krusial. Penanganan yang lambat atau keliru bisa membuat kondisi korban memburuk bahkan kehilangan kesadaran. Lalu, apa yang harus dilakukan saat rekan pendaki menunjukkan tanda-tanda hipotermia?
Dihubungi oleh Kompas.com pada Rabu (20/08/2025), Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), Rahman Mukhlis, menjelaskan secara rinci langkah cepat pertolongan hipotermia.
Artikel ini akan menguraikan langkah-langkah praktis yang bisa menyelamatkan nyawa di tengah kondisi alam yang tak bersahabat.
1. Pindahkan ke Lokasi Aman dan Hangat
Langkah pertama adalah memastikan korban berada di tempat yang aman, nyaman, dan hangat. Jangan biarkan ia terus terpapar suhu dingin, angin, atau hujan.
“Kita harus amankan dulu posisinya, di lokasi yang aman, nyaman, dan juga hangat. Misalnya di pos pendakian, shelter, atau tenda,” ujar Rahman Mukhlis.
Jika berada di luar ruangan, bangun perlindungan sementara dari terpal, flysheet, atau sleeping bag untuk melindungi dari paparan langsung.
2. Ganti Pakaian Basah dan Bungkus Tubuh
Pakaian basah bisa memperparah hilangnya panas tubuh. Segera lepas semua pakaian yang lembap atau basah, lalu ganti dengan pakaian kering, lalu bungkus korban dengan lapisan hangat.
“Pastikan pakaian yang kering. Selimuti pakai jaket, sleeping bag, atau aluminium foil buat mempercepat hangat,” jelas Rahman.
Selain jaket dan sleeping bag, bahan reflektif seperti aluminium thermal blanket juga bisa digunakan untuk mempertahankan panas.
Mengenal Hipotermia
3. Berikan Minuman Hangat dan Makanan Ringan
Asupan energi sangat penting untuk membantu tubuh menghasilkan panas. Tapi proses ini harus dilakukan secara perlahan, mengingat kondisi tubuh korban sedang rapuh.
“Berikan minuman hangat, lalu makan yang bergizi. Tapi bertahap ya, jangan langsung berat. Mulai dari biskuit, roti, teh hangat,” kata Rahman.
Hindari makanan atau minuman terlalu panas, dan jangan memberikan alkohol atau kafein yang bisa memperburuk dehidrasi.
4. Bangun Respons dan Jaga Kesadaran Korban
Selama proses pertolongan, penting untuk terus membangun interaksi. Ajak korban berbicara, gerakkan tubuhnya perlahan, dan amati responsnya.
“Berikan stimulus, ajak ngobrol, ajak gerak ringan. Jaga kesadaran itu penting banget,” tegas Rahman.
Respons lambat, bicara mulai kacau, atau mengantuk berlebihan bisa menjadi tanda bahwa hipotermia sudah memasuki tahap serius.
5. Gunakan Metode Skin-to-Skin Bila Darurat
Dalam kondisi darurat, terutama jika tidak ada perlengkapan yang memadai, metode skin-to-skin bisa menjadi opsi penyelamatan. Tubuh penolong bisa mentransfer panas langsung ke tubuh korban.
“Kalau darurat banget, bisa skin to skin, tubuh saling bersentuhan untuk transfer panas. Tapi ya, sesuai prosedur dan jangan disalahgunakan,” ujar Rahman.
Beberapa teknik termasuk memeluk korban sambil dibungkus sleeping bag, atau tangan saling menggenggam untuk mempercepat perpindahan panas.
6. Pertolongan Lanjutan Jika Kondisi Memburuk
Jika korban mulai kehilangan kesadaran, menunjukkan napas melambat, atau tidak merespons rangsangan, pertolongan medis lanjutan sangat dibutuhkan. Bila memungkinkan, terapkan prosedur seperti napas bantuan atau CPR sesuai standar.
“Kalau sudah parah banget, bantuan napas juga bisa dilakukan sesuai prosedur,” kata Rahman.
Menghubungi tim penyelamat atau turun ke pos bantuan secepat mungkin juga sangat disarankan, terutama jika kondisi terus memburuk.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!