Sempat Diganggu Ormas, BYD Pastikan Proyek Pabrik Tetap Sesuai Jadwal

ormas, BYD Indonesia, otomotif, Ormas, pabrik BYD, pabrik byd di indonesia, pabrik byd diganggu ormas, Sempat Diganggu Ormas, BYD Pastikan Proyek Pabrik Tetap Sesuai Jadwal

Proyek pembangunan pabrik mobil listrik asal China, Build Your Dream (BYD)di Subang, Jawa Barat, dikabarkan sempat mengalami gangguan dari aktivitas premanisme berkedok organisasi masyarakat (ormas).

Informasi ini terungkap setelah Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno mendapat aduan dari markas besar BYD di Shenzen, China, saat kunjungan beberapa waktu lalu.

Menanggapi laporan tersebut, Head of Marketing, PR & Government Relations BYD Indonesia, Luther Panjaitan mengakui bahwa memang sempat terjadi dinamika di lokasi pabrik dimaksud. Namun, ia tidak secara gamblang menyebut keterlibatan ormas.

"Tapi ya dinamika di lapangan dan sebetulnya sampai saat ini, kita sudah bisa selesaikan dengan tarif dan kesesuaian dengan standar pengembangan pabrik yang kita sudah lakukan," lanjutnya.

Sebelumnya, Eddy meminta pemerintah untuk turun tangan menindak tegas preman ormas yang ganggu investasi seperti dialami BYD saat melakukan pembangunan pabriknya di Subang, Jawa Barat.

"Saya mendengar bahwa sempat ada permasalahan terkait premanisme, ormas, yang mengganggu pembangunan sarana produksi BYD. Saya kira itu harus tegas. Pemerintah perlu tegas untuk kemudian menangani permasalahan ini," ujar Eddy dalam unggahan di akun Instagram resminya.

Dalam artikelnya ditulis bahwa impian Indonesia menjadi pusat kekuatan kendaraan listrik (EV) di Asia Tenggara sedang berbenturan dengan musuh lama yaitu kelompok kriminal terorganisir atau preman.

"Kelompok penegak hukum bayangan ini, yang sudah lama menjadi momok bagi pedagang kaki lima dan usaha kecil, kini dituduh mengganggu proyek pabrik senilai US$1 miliar milik produsen kendaraan listrik asal Tiongkok, BYD — sebuah proyek yang dianggap sebagai tonggak penting masa depan ekonomi nasional," tulis artikel itu.

Mirisnya, disebutkan juga bahwa Ian Wilson, dosen senior di Murdoch University Australia dan penulis buku The Politics of Protection Rackets in Post New-Order Indonesia menyampaikan bahwa keterlibatan preman dalam investasi besar tidak mengejutkan.

Ketika sebuah perusahaan besar akan masuk ke suatu daerah (di Indonesia), biasanya mereka akan bertemu dengan tokoh-tokoh lokal dan berurusan dengan mereka,” katanya. 

Sepertinya ini adalah kelalaian atau mereka tidak diberi saran yang tepat, karena (premanisme) adalah hal biasa di Indonesia,” tulis artikel.

Pada kesempatan terpisah, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan mengakui bahwa aksi premanisme yang dikeluhkan investor sangat mengganggu.

Oleh karenanya, ia akan berkomunikasi dengan BYD untuk mencari tahu situasi sebenarnya. Sebab, harus ada penelusuran agar gangguan dari ormas bisa diselesaikan.

"Saya juga baru baca tadi, saya kurang tahu fakta di lapangannya seperti apa. Tapi kalau misalnya seperti itu saya Insya Allah hari ini akan coba kontak kawan-kawan dari BYD bagaimana situasinya, karena kita harus tanya pada BYD-nya langsung," ujar Ichwan.

"Ini bisa saja di-pick-up oleh siapapun tentang Indonesia itu tidak aman, Indonesia itu premanisme, dan segala macam ini butuh pengertian dari banyak pihak bahwa sebenarnya ketika kita berada dalam situasi sekarang, menarik investasi tidak mudah, semua negara makin protektif," ungkap Ichwan.

"Bahkan Amerika yang negara sekaya itu dan semakmur itu, dan juga punya teknologi yang bagus, masih punya proteksionisme yang luar biasa hanya dalam rangka menarik investasi masuk ke dalam negaranya," tambahnya.