Kunci Sukses Sleep Training pada Anak, Atur Rutinitas Harian secara Konsisten

Sleep training adalah metode untuk melatih anak, agar bisa tidur sendiri pada malam hari, termasuk ketika ia terbangun pada malam hari, anak bisa tidur kembali secara mandiri.
Metode ini juga dapat membantu orangtua tidur dengan tenang. Sebab, mereka tidak harus selalu terjaga pada malam hari, untuk mengantisipasi ketika si kecil terbangun dan sulit tidur kembali.
“Kalau mau sleep training atau tidurnya lebih baik, kita harus menerapkan day structure,” ujar kata Sleep Trainer Expert & Founder MimpiOfficial.id dr. Celestina Hardiman-Yap, M.Res di Jakarta beberapa waktu lalu.
“Kenapa diulang terus? Karena anak-anak merasa nyaman dengan hal-hal yang familiar. Ketika kita mengulang terus, anak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,” jelas dia.
Anak yang sudah tahu apa yang terjadi selanjutnya akan merasa nyaman dalam kesehariannya. Misalnya, setiap selesai makan, anak pasti bermain. Setelah bermain, mereka tidur.
“Karena, misalnya, anak mencari susunya terus. Atau misalnya anak menyusu, tapi sedikit-sedikit lalu tidur. Habis itu bangun, lalu cranky. Kita jadi bingung, sebenarnya anak cranky karena masih lapar atau mengantuk,” terang Tina.
Oleh karena itu, setiap kegiatan dalam day structure tidak boleh dicampur-campur agar orangtua bisa tahu apa yang belum terpenuhi dari kebutuhan sang buah hati.
Jangan lupakan bedtime routine
Bedtime routine adalah rutinitas sebelum tidur yang tidak kalah penting dalam day structure. Menurut Sleep Trainer Expert & Founder MimpiOfficia.id dr. Inda Tasha Bastaman, M.Res, rutinitas sebelum tidur bisa menentukan bagaimana tidurnya si kecil.
“Pengantar tidur itu meningkatkan bonding antara anak dengan orangtua atau pengasuhnya karena ini merupakan momen yang krusial, singkat, padat, menyenangkan, dan merupakan rutinitas yang ditunggu si kecil,” kata dia.
Misalnya adalah memijat anak dengan krim penghangat atau minyak telon. Pijatan dapat membantu meningkatkan hormon oksitosin, sehingga anak dapat merasa dicintai oleh orangtuanya.
“Mereka lebih siap tidur, dan produksi hormon pendukung tidurnya juga lebih meningkat. Ini membuat anak lebih mudah untuk proses terlelapnya,” ujar Inda.