Kirab Waisak 2025, Kebahagiaan yang Bukan Hanya Milik Umat Buddha

Perayaan Waisak Nasional pada Senin (12/5/2025), salah satunya adalah Kirab Waisak dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur.
Kirab ini diikuti oleh Umat Buddha, termasuk para bhiksu thudong. Kirab juga membawa serta api dharma dan air berkah yang sudah disemayamkan di Candi Mendut.
Peserta kemudian menempuh jarak sekitar 4,5 kilometer dari Candi Mendut menuju Pelataran Candi Borobudur melalui Gate 7.
Rombongan kirab mulai melaju sekitar pukul 14.00 WIB. Kirab dimeriahkan oleh marching band, pembawa Bendera Merah Putih, pawai hasil bumi, dan Mobil Hias. Ada pula perwakilan dari Thailand.
Tak hanya peserta, masyarakat dan wisatawan antusias menyambut peserta kirab. Mereka memenuhi sisi kanan-kiri jalan yang dilalui peserta kirab.
Acara Kirab Waisak 2025 di Magelang, Jawa Tengah, Senin (12/5/2025)
Tak hanya Umat Buddha yang berbahagia
Kompas.com yang mengikuti jalannya kirab, menyaksikan sendiri betapa ceria dan meriahnya suasana kirab.
Tak hanya Umat Buddha yang antusias menyambut para bhiksu dan menerima cipratan air berkah dari para bhante.
Para bhante di mobil relic Buddha juga mencipratkan air berkah ke masyarakat dan wisatawan yang menonton.
Penonton lain, termasuk yang bukan beragama Buddha pun tampak antusias menerima cipratan air dari para bhante.
Ibu-ibu berhijab dan anak-anak tampak tertawa ceria setelah terkena cipratan air berkah dari para bhante.
Saat mobil melintas, anak-anak antusias melambaikan tangan agar menjadi target para bhante untuk diciprati air berkah.
Kirab Waisak 2025 di Magelang, Jawa Tengah, Senin (12/5/2025)
Saat para bhiksu thudong melintas, masyarakat dan wisatawan juga melambaikan tangan kepada mereka.
"Halo bhiksu," ujar seorang anak perempuan berhijab yang berada di pinggir jalan.
Wisatawan bernama Sutini dari Sleman yang datang bersama suami dan anaknya, sengaja datang untuk menyaksikan kirab. Ia mengakui kirab ini meriah, unik, dan menyenangkan.
"Meski saya Islam, para bhiksu itu tetap seperti tamu bagi saya, jadi harus disambut dengan baik," kata dia kepada Kompas.com.
Setibanya di Pelataran Candi Borobudur saat sore, peserta kirab Umat Buddha lalu berdoa bersama. Acara selanjutnya adalah penerbangan lampion pada malam hari.
Adapun selama kirab, Kompas.com mengamati langit memang cukup mendung. Bahkan, sesekali terdengar suara guntur.
Namun, awan hujan pada siang hingga sore itu seolah tidak ingin mendekat ke arah Candi Borobudur, sehingga kirab bisa berjalan dengan lancar.