Wanita Ini Gugat Cerai Suaminya Gara-gara Percaya Ramalan ChatGPT

Seorang wanita asal Yunani memutuskan menggugat cerai suaminya setelah membaca "ramalan" dari ChatGPT yang menyebut bahwa suaminya diam-diam berselingkuh dengan wanita lain.
Ya, ramalan ini datang bukan dari seseorang yang berprofesi sebagai "peramal" atau menggeluti bidang tersebut, melainkan hasil jawaban chatbot AI ChatGPT.
Platform berbasis kecerdasan buatan milik OpenAI itu bahkan "meramal" hanya dari foto yang menunjukkan pola ampas kopi di dasar cangkir yang dikirimkan oleh pasangan tersebut.
Adapun tasseografi merupakan seni kuno yang diyakini bisa meramal nasib atau masa depan seseorang berdasarkan pola dari ampas kopi atau daun teh yang tertinggal di dasar cangkir mereka.
Memang tampak seperti lelucon, meminta "AI" untuk meramal nasib seseorang hanya lewat foto ampas kopi. Sang suami bahkan menganggap apa yang mereka lakukan ini hanya sebuah "keisengan" belaka.
Wanita ini juga disebut percaya dengan jawaban yang diberikan oleh ChatGPT dan menganggap bahwa isi ramalan tersebut benar-benar menggambarkan kondisi nyata rumah tangga mereka.

Ilustrasi Tasseografi, seni membaca nasib atau masa depan seseorang dari pola pada ampas kopi atau bubuk teh di dalam cangkir.
Adapun dalam sesi "pembacaan" itu, ChatGPT mengaku melihat tanda-tanda bahwa sang suami secara diam-diam memiliki "fantasi" untuk bisa menjalin hubungan dengan perempuan lain.
Menurut laporan tersebut, jawaban dari ramalan ChatGPT bahkan memberikan prediksi lain yang cukup spesifik, yakni inisial perempuan yang diduga menjadi selingkuhan suaminya.
Melalui pola ampas kopi di cangkir mereka, ChatGPT menyebut bahwa inisial nama perempuan tersebut diawali dengan huruf "E" dan memang sudah ditakdirkan untuk berselingkuh dengan sang suami.
ChatGPT turut membaca pola ampas yang ada di cangkir si wanita dan memberikan respon lanjutan yang seakan-akan memperkuat hasil ramalan yang dia buat.
Sulit dibuktikan di pengadilan
Dikutip KompasTekno dari laman Tech Radar, Minggu (18/5/2025), jika dilihat secara hukum, kasus ini disebut sulit untuk dijadikan preseden atau acuan saat dipersidangkan di pengadilan.
Pasalnya, belum ada aturan resmi yang menetapkan bahwa "hasil ramalan" dari chatbot AI bisa dijadikan sebagai bukti sah di meja hijau nantinya.
Selain itu, teknik tasseografi yang meramal dari susunan pola, simbol, dan pusaran dari ampas kopi di dalam cangkir juga tidak bisa disamakan dengan model pelatihan yang diberikan ke platform chatbot AI.
Terlebih, tasseografi sendiri merupakan seni yang memang sudah ada dan telah dipraktikkan sejak ribuan tahun silam di berbagai wilayah termasuk Turki, Cina, dan sekitarnya.

Ilustrasi Tasseografi, seni membaca nasib atau masa depan seseorang dari pola pada ampas kopi atau bubuk teh di dalam cangkir.
Disebutkan Tech Radar, ChatGPT sendiri bahkan tidak pernah dilatih untuk membaca ampas kopi atau meramal nasib seperti yang dilakukan di seni tasseografi.
Chatbot ini hanya bisa menebak dan menganalisis pola atau simbol yang dilihatnya dari gambar lalu mengaitkan dengan sumber-sumber lain dan disampaikan dalam narasi yang meyakinkan.
Dengan kata lain, ChatGPT disebut "pandai" dalam mengarang cerita atau "halu" karena sering memberikan jawaban tidak berdasar namun seolah-olah apa yang disampaikan AI tersebut adalah benar dan sesuai dengan fakta.
OpenAI sendiri sudah melakukan riset dan mengungkap bahwa model-model kecerdasan buatannya, seperti o3 dan o4-mini memiliki potensi untuk menghasilkan informasi palsu tang tidak akurat alias halusinasi.