Waspada, Bahaya Aquaplaning Mengintai di Jalan Tergenang

Imbas curah hujan yang masih tinggi, banyak jalan di beberapa daerah tergenang air, termasuk di jalan tol. Kondisi ini membuat pengendara wajib ekstra hati-hati.
Seperti diketahui, ada bahaya yang mengintai para pengendara mobil ketika permukaan jalan tergenang air, yakni aquaplaning.
Aquaplaning sendiri merupakan kejadian ketika ban mobil kehilangan cengkeraman saat melewati genangan air dalam kecepatan tinggi.
Ketika pengendara mengalami aquaplaning, mobil akan sulit dikendalikan karena ban tidak menapak ke permukaan aspal. Hal ini bisa berujung pada kecelakaan.
Menurut Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, aquaplaning menjadi bahaya tersembunyi saat berkendara di musim hujan, khususnya ketika mobil melaju kencang di jalan tol.
Ilustrasi aquaplaning
"Sebenarnya ini sudah seperti hukum fisika. Saat hujan dan lintasan basah, maka kondisinya berbeda dengan aspal kering. Selain potensi aquaplaning, jarak pengereman juga akan lebih panjang akibat lintasan yang licin," ujar Jusri, beberapa waktu lalu kepada Kompas.com.
Jusri menjelaskan, ketinggian roda yang melayang saat mengalami aquaplaning sangat bervariasi, tergantung dari kecepatan mobil. Artinya, semakin cepat laju kendaraan, makin besar kemungkinan mengalami aquaplaning.
Secara dampak, mobil yang mengalami aquaplaning bisa mengalami oversteer dan terpelanting karena sulit dikendalikan.

Kendaraan memaksa melintas genangan banjir di Jalan Daeng Muhammad Ardiwinata, Kota Cimahi, Jawa Barat, Rabu (27/12/2023).
Untuk menghindari kondisi tersebut, pengendara disarankan mengurangi kecepatan saat melewati genangan air atau berkendara di tengah hujan.
Tak kalah penting, pemilik mobil juga wajib mengecek kondisi ban karena faktor ini sangat krusial.
Menurut On Vehicle Test Manager PT Gajah Tunggal Tbk, Zulpata Zainal, tekanan udara ban yang kurang serta penempatan ban yang tidak tepat sangat berpengaruh terhadap risiko aquaplaning.
Ilustrasi berkendara saat hujan
"Kalau faktor ban, misalnya sisa tinggi alur ban yang sudah di bawah Tread Wear Indicator (TWI), tekanan udara ban terlalu rendah, telapak ban terlalu lebar, serta penempatan ban yang kurang tepat," ujar Zulpata.