Penyebab dan Penanganan Kuning pada Bayi Baru Lahir, Waspada Bahaya Dehidrasi ASI

Penyebab dan Penanganan Kuning pada Bayi Baru Lahir, Waspada Bahaya Dehidrasi ASI

Penyakit kuning atau hiperbilirubinemia sering menyerang bayi baru lahir usia 0-28 hari. Kondisi ini ditandai dengan tingginya kadar pigmen kuning (bilirubin) dalam darah.

Menurut dr. Rosalina Dewi Roeslani, Sp.A(K), dokter anak subspesialis neonatologi dari Ikatan Dokter Indonesia, salah satu pemicu utama adalah dehidrasi, terutama pada bayi yang hanya mengonsumsi ASI.

"Penyebabnya adalah keluar ASI rata-rata pada saat anaknya berusia 3-5 hari sehingga terjadi dehidrasi dari anak tersebut dan itu salah satu penyebab kuning," ujar Rosalina.

Akibatnya, bayi mengalami dehidrasi ringan, yang menghambat pembuangan bilirubin melalui feses dan urine. Bilirubin yang seharusnya keluar justru diserap kembali oleh tubuh.

Penting untuk digarisbawahi, penanganan breastfeeding jaundice bukanlah dengan menghentikan pemberian ASI.

Sebaliknya, bayi harus tetap diberikan ASI sesering mungkin. Asupan ASI yang cukup akan membantu tubuh bayi memproses dan mengeluarkan bilirubin secara efektif melalui kotoran dan urine.

Selain breastfeeding jaundice, penyakit kuning juga bisa muncul setelah bayi berusia tujuh hari.

Mekanisme pasti penyebabnya belum sepenuhnya diketahui, namun diduga terkait dengan penularan dari ibu melalui ASI serta ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron yang mengganggu fungsi hati bayi dalam memproses pigmen kuning.

Dr. Rosalina menekankan pentingnya segera berkonsultasi dengan dokter jika kadar bilirubin bayi melampaui batas normal untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Ia juga menyarankan para ibu menyusui untuk menjaga asupan nutrisi lengkap demi memastikan bayi mendapatkan gizi optimal melalui ASI.

Perlu diingat, bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi ini. Jika kadar bilirubin sangat tinggi dan telah melewati sawar otak, dapat terjadi kerusakan otak permanen yang mengganggu perkembangan bayi.