Rombongan Pendaki Berjubah Putih di Gunung Lawu Diduga Lakukan Ritual Bulan Suro

Sebuah video yang menampilkan rombongan pendaki berpakaian putih di Gunung Lawu, Jawa Tengah, viral di media sosial.
Video yang diunggah akun TikTok @adtyaaidrt pada Minggu (13/7/2025) itu telah ditonton lebih dari 2,8 juta kali.
"Kejadian di puncak Lawu hari Jumat kemarin, dari jam 10.00 sampai sekitar jam 12.30 sepertinya sedang melakukan ritual karena masih dalam bulan Suro," tulis keterangan unggahan tersebut.
Dari klip berdurasi 16 detik tersebut, tampak rombongan yang terdiri dari perempuan dan laki-laki mengenakan kemeja, gamis, dan penutup kepala serba putih.
Mereka bergantian naik ke tugu Puncak Lawu lalu mengitari Tugu Hargo Dumilah tersebut.
Kompas.com menghubungi relawan Gunung Lawu, Budi Santoso, untuk mengonfirmasi hal ini pada Senin (14/7/2025).
Sebuah video yang menampilkan rombongan pendaki berpakaian putih di Gunung Lawu, Jawa Tengah, viral di media sosial. Video yang diunggah akun TikTok @adtyaaidrt pada Minggu (13/7/2025) itu telah ditonton lebih dari 2,8 juta kali.
Budi mengatakan, rombongan berpakaian serba putih ini biasa terlihat di puncak Gunung Lawu, khususnya saat menginjak bulan Muharam atau Suro."Mungkin (kegiatan itu) terkait dengan bulan Suro atau Muharam. Banyak sih yang melakukan kegiatan seperti itu. Saya rasa biasa," kata Budi.
Bulan Suro atau bulan Muharam merupakan sebutan untuk bulan pertama dalam tahun baru Islam. Hanya saja, istilah Suro dikenal dalam kalender Jawa, sementara Muharam dalam kalender Hijriah.
"Setiap bulan Suro kan banyak kegiatan dari berbagai kalangan. Misalnya, dari kejawen dan pondok pesantren," sambung dia.
Budi tidak tahu pasti kegiatan yang dilakukan rombongan pendaki ini saat tiba di puncak Gunung Lawu. Namun ia menduga, mereka melakukan kegiatan doa yang ditujukan kepada para leluhur.
Aktivitas yang umum ditemukan di Gunung Lawu setiap tahun ini, kata Budi, biasanya melakukan pendakian selama dua hari satu malam.
Selama waktu tersebut, rombongan ini biasanya berdiam diri di suatu tempat untuk beristirahat dan memanjatkan doa.
Bahkan, lanjut Budi, ada beberapa orang yang juga pernah menghabiskan satu bulan penuh berdiam di Gunung Lawu selama bulan Suro atau Muharam.
Selain bawa kebutuhan pribadi, mereka juga membawa peralatan lain berupa tombak maupun keris.
"Mereka punya kepentingan masing-masing. Mungkin membawa sesajen dan senjata tradisional," ungkapnya.
Lebih lanjut, Budi mengatakan, tidak ada larangan bagi siapa saja yang melakukan aktivitas demikian di Gunung Lawu.
"Di Gunung Lawu sendiri, orang-orang masih mempercayai tentang hal-hal mistis, supranaturalnya. Enggak ada larangan karena Gunung Lawu bukan milik personal," kata Budi.
Diduga mendaki dengan pakaian lengkap
Mendaki Gunung Lawu tidak sembarangan. Ada sejumlah persyaratan yang wajib dipatuhi oleh calon pendaki.
Dilaporkan pada Senin (7/8/2023), calon pendaki Gunung Lawu via Candi Cetho wajib melapor kepada petugas pos jaga sebelum naik dan setelah turun, mengisi formulir pendaftaran dengan lengkap, dan menyerahkan kartu identitas (KTP atau SIM) kepada petugas pendaftaran.
Jika pendaki dalam rombongan kurang dari 10 orang, kartu identitas yang diserahkan hanya milik ketua rombongan.
Bila jumlah rombongan lebih dari 10 orang, wajib membentuk sub-rombongan atau regu dengan jumlah 10 orang masing-masing.
Selanjutnya, pendaki wajib membawa perlengkapan yang sesuai dan mematuhi kebutuhan pendakian serta perbekalan, serta membaca, memahami, dan mematuhi ketentuan pendakian.
Puncak Gunung Lawu, Hargo Dumilah.
Jika melihat baju yang digunakan rombongan berjubah putih, mereka tampak tidak memakai pakaian yang aman sesuai peraturan pendakian.
Budi menduga, rombongan tersebut mendaftarkan diri dengan berpakaian lengkap ala pendaki pada umumnya, sebelum berganti baju serba putih.
"Kami mendata semua registrasi, tetapi yang jelas kan untuk rombongan itu belum tentu naik dari jalur Cemoro Sewu, lewat Cemoro Kandang juga bisa. Semisal naik dari Candi Cetho atau mungkin jalur lain, bisa saja," ujarnya.
"Kan mereka naik juga tidak pakai pakaian putih-putih seperti itu. Mungkin mereka pakai pakaian ala-ala pendaki, terus di puncak mereka berkegiatan dan mengganti baju, bisa juga," tambah dia.