Di Mall Cileungsi, Film Merah Putih: One for All Garapan Endiarto Sepi Penonton di Hari Perdana

Film animasi Indonesia Merah Putih: One for All garapan sutradara Endiarto resmi tayang perdana di seluruh bioskop Tanah Air pada Kamis (14/8/2025).
Meski diharapkan menarik minat penonton keluarga, pemutaran perdananya justru terpantau sepi dan didominasi penonton dewasa. Di Cinema XXI Metropolitan Mall Cileungsi, Kabupaten Bogor, suasana penayangan perdana terpantau lengang
Sementara di Cinema XXI Kemang Village, Jakarta Selatan, Rindra (40) mengaku sengaja meluangkan waktu untuk menonton pada hari pertama penayangan. Alasannya, ia ingin menikmati resolusi grafis film di layar lebar.
“Saya takut ini menjadi lost media saya. Di YouTube itu kan kelihatan bagaimana resolusinya kecil banget, dimentokin juga enggak bisa di YouTube,” kata Rindra kepada Kompas.com.
Rindra menambahkan, menonton di bioskop memberinya sensasi audio yang berbeda.
“Saya pengin lihat itu di layar lebar saja. Saya pengin mendapat sensasi orang nyanyi dari Betawi sampai Papua itu dengan audio bioskop. Itu utamanya,” ujarnya.
Ia tidak menonton sendirian. Dua rekannya, Fikri (24) dan Virdi (28), ikut hadir.
Alasan Penonton Lain
Berbeda dengan Rindra, Fikri menonton Merah Putih: One for All karena tak ingin melewatkan momentum kebangkitan film animasi Indonesia setelah suksesnya Jumbo karya Ryan Adriandhy.
“Karena kita sudah melihat Jumbo di era keemasannya. Nah, kita harus melihat palung Marianas-nya, yang paling bawahnya dulu. Jadi, kita punya perbandingan,” kata Fikri.
“Saya tidak ingin melewatkan kesempatan besar ini untuk menyaksikan titik nadir industri kebangkitan animasi Indonesia,” tambahnya.
Suasana Sepi di Cileungsi
Sementara itu, di Cinema XXI Metropolitan Mall Cileungsi, Kabupaten Bogor, suasana penayangan perdana terpantau lengang. Berdasarkan pengamatan Kompas.com, hanya sekitar 12 orang yang memasuki Studio 7 untuk menonton film berdurasi 70 menit itu.
Menariknya, sebagian besar penonton adalah orang dewasa, bukan anak-anak.
Dari luar studio, dialog karakter berpadu musik latar petualangan terdengar jelas, sesekali diselingi efek suara aksi yang memecah kesunyian lorong bioskop.
Tidak tampak antrean panjang di pintu masuk, baik sebelum maupun saat film dimulai.
Nita (42), warga Cileungsi, datang bersama anak-anaknya untuk mengenalkan pengalaman menonton di layar lebar.
"Filmnya ya untuk anak-anak oke aja lah. Karena kan rame diomongin sama orang dewasa, cuma kalau untuk anak-anak sih saya pikir untuk pengenalan aja. Biar mereka tahu rasanya nonton bioskop tuh seperti apa, duduk di kursi, lihat layar gede, denger suara yang kenceng,” ujar Nita.
Menurutnya, sepinya penonton justru membuat suasana nyaman.
“Mungkin juga karena bukan hari libur ya. Mungkin ramenya nanti malam, karena kan baru tayang juga. Tapi saya malah senang kalau agak sepi,” imbuhnya.
Cerita Film “Merah Putih: One for All”
Film Merah Putih. Siapa pembuat Merah Putih: One for All?
Film ini berkisah tentang sekelompok anak yang tergabung dalam “Tim Merah Putih” dengan misi menjaga bendera pusaka—bendera yang selalu dikibarkan dalam upacara 17 Agustus. Tiga hari sebelum peringatan kemerdekaan, bendera tersebut hilang.Perjalanan mencari bendera membawa mereka menembus hutan, menyusuri tepian sungai, berhadapan dengan pemburu, hingga menghadapi konflik batin. Semua itu dilakukan demi mengembalikan bendera merah putih ke tempat semula sebelum hari perayaan.
Komentar Usai Menonton
Empat penonton asal Jakarta Selatan, yakni Rindradanantara (40), Andre (31), Fikri (24), dan Billy (31), mengaku sulit memberikan penilaian usai menonton.
“Enggak, susah. Enggak bisa nilai,” kata mereka kompak sambil menggerakkan tangan ke kiri dan kanan.
Billy menyebut tidak ada aspek yang layak dinilai dari film ini. Sementara Rindradanantara menilai Merah Putih: One for All bukanlah animasi, melainkan “animisme”.
“Kami kan menilai keimanan enggak bisa,” ujarnya sambil tertawa.
Dalam konteks kepercayaan, animisme adalah pandangan bahwa setiap benda, makhluk hidup, dan fenomena alam, seperti pohon, batu, sungai, gunung, hewan, angin, hingga hujan, memiliki jiwa atau roh.
Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!