Top 7+ Fakta Kontroversi Film Animasi "Merah Putih: One For All" yang Ramai Dikritik Publik

Perfiki Kreasindo, film animasi merah putih one for all, Film Animasi Merah Putih, Film Animasi Merah Putih buatan siapa, Film Animasi Merah Putih anggaran, 7 Fakta Kontroversi Film Animasi, 1. Diproduksi dengan Biaya Rp 6,7 Miliar, 2. Kritik Pedas dari Hanung Bramantyo, 3. Bantahan Kemenparekraf soal Dana Pemerintah, 4. Tanggapan Nyeleneh Produser, 5. Penilaian Ahli: Kualitas Mirip Previsualisasi, 6. Dugaan Penyimpangan Hanya Bisa Dibuktikan Audit, 7. Harapan dari Menteri Fadli Zon

Menjelang perayaan HUT ke-80 RI, film animasi Merah Putih: One For All besutan Perfiki Kreasindo justru menuai sorotan tajam.

Trailer yang dirilis untuk promosi malah memicu kritik karena kualitas animasinya dianggap kaku dan tertinggal dari standar film animasi Indonesia saat ini.

Dibintangi oleh delapan karakter anak dari berbagai latar budaya Indonesia, film ini mengusung misi heroik menyelamatkan bendera pusaka yang hilang tiga hari sebelum upacara kemerdekaan.

Meski mengangkat tema nasionalisme, biaya produksi yang besar dan waktu pengerjaan yang singkat membuat publik bertanya-tanya soal proses pembuatannya.

Berikut 7 fakta kontroversi film ini:

1. Diproduksi dengan Biaya Rp 6,7 Miliar

Film ini disebut menghabiskan anggaran hingga Rp 6,7 miliar, jumlah yang tergolong besar untuk produksi animasi di Indonesia. Namun, pengerjaannya dikabarkan hanya memakan waktu sekitar dua bulan, sehingga memunculkan dugaan proyek dikebut demi tayang pada 17 Agustus.

2. Kritik Pedas dari Hanung Bramantyo

Sutradara Hanung Bramantyo menilai anggaran di bawah Rp 7 miliar sangat sulit menghasilkan animasi berkualitas.

“Rata-rata biaya produksi animasi minimal Rp 30-40 miliar dengan durasi pengerjaan 4-5 tahun,” ujarnya.

Hanung menyindir, dengan Rp 6 miliar hasilnya hanya sebatas storyboard berwarna yang digerakkan.

3. Bantahan Kemenparekraf soal Dana Pemerintah

Wamenparekraf Irene Umar membantah pemerintah ikut mendanai atau memfasilitasi promosi film ini. Ia menjelaskan, pihaknya hanya menerima audiensi dari tim produksi dan memberikan masukan, tanpa bantuan finansial.

4. Tanggapan Nyeleneh Produser

Produser Toto Soegriwo memilih merespons kritik publik dengan sindiran.

“Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain. Banyak yang mengambil manfaat juga kan? Postingan kalian jadi viral kan?” tulisnya di Instagram.

5. Penilaian Ahli: Kualitas Mirip Previsualisasi

Sutradara film sekaligus dosen animasi UGM, Yusron Fuadi, menilai kualitas film ini masih jauh dari standar layar lebar. Ia menyebut trailer yang dirilis menyerupai previsualisasi atau storyboard animasi sederhana.

“Kalau Rp 6,7 miliar tapi hasil akhirnya kayak di trailer, ya berarti ada kebocoran dana,” ujarnya.

6. Dugaan Penyimpangan Hanya Bisa Dibuktikan Audit

Yusron menegaskan, dugaan penyimpangan anggaran hanya bisa dibuktikan melalui audit eksternal yang memeriksa pos-pos keuangan produksi. Ia juga menyoroti minimnya jumlah animator yang tertera di poster film.

7. Harapan dari Menteri Fadli Zon

Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengaku belum menonton film ini, namun berharap karya tersebut mampu membangkitkan nasionalisme.

“Mudah-mudahan bisa menjadi film yang membangkitkan nasionalisme, patriotisme,” ujarnya.

Film Merah Putih: One For All dijadwalkan tayang di bioskop seluruh Indonesia pada 14 Agustus 2025.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!