Rupiah Melemah Usai Pemangkasan BI Rate dan Penantian Langkah The Fed

Tumpukan uang rupiah dengan berbagai nominal
Tumpukan uang rupiah dengan berbagai nominal

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih akan bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini.

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor BI, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di level Rp 16.291 per Rabu, 20 Agustus 2025. Posisi rupiah itu tercatat melemah 50 poin dari kurs sebelumnya di level Rp 16.241 pada perdagangan Selasa, 19 Agustus 2025

Sementara perdagangan di pasar spot pada Kamis, 21 Agustus 2025 hingga pukul 09.05 WIB, rupiah ditransaksikan di level Rp 16.274 per dolar AS. Posisi tersebut melemah 3 poin atau 0,02 persen dari posisi sebelumnya di level Rp 16.271 per dollar AS.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

Rupiah ditutup melemah 0,16 persen ke level Rp 16.271 per dolar AS, pada perdagangan di pasar spot hari Rabu, 20 Agustus 2025 kemarin. Hal itu terjadi usai Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 bps menjadi 5,00 persen pada Agustus 2025.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, keputusan pemangkasan kembali BI Rate itu telah didasarkan pada asesmen proyeksi dan berbagai arah ke depan.

"Keputusan penurunan suku bunga ini konsisten dengan rendahnya perkiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1 persen, terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dengan kapasitas perekonomian," kata Perry dalam konferensi pers RDG BI period Agustus 2025, Rabu, 20 Agustus 2025 kemarin.

Ke depannya, Perry memastikan bahwa Bank Sentral akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

"BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025 akan berada di atas titik tengah 4,6-5,4 persen secara year-on-year (yoy)," ujarnya.

Sebelumnya, Pengamat Pasar Uang, Ibrahim mengatakan, sejumlah sentimen dalam negeri yang mempengaruhi pergerakan mata uang rupiah terhadap dolar AS, adalah adanya rencana pemerintah menarik utang baru senilai Rp 781,87 triliun pada tahun 2026 melalui penerbitan SBN dan penarikan pinjaman.

Sementara sentimen global yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah perkembangan konflik antara Rusia-Ukraina. Dimana, Presiden AS, Donald Trump, telah berjanji bahwa AS akan membantu menjamin keamanan Ukraina sebagai bagian dari upaya penyelesaian damai.

Trump mengaku telah mulai mengatur pertemuan antara Volodymyr Zelenskiy dari Ukraina dan Vladimir Putin dari Rusia, dan mengusulkan diskusi tiga arah berikutnya guna menjaga harapan terbukanya jalur negosiasi.

Selain itu, sentimen global lainnya adalah fokus pasar yang sedang tertuju pada rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), yang akan dirilis pada Rabu pekan ini. Serta, pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, yang juga tengah dinanti pasar pada pada hari Jumat besok. Sehingga, keduanya dinilai dapat memberikan petunjuk baru tentang prospek kebijakan moneter The Fed ke depannya.

"Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.240 - Rp 16.300," ujarnya.