Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

jumlah wisatawan meningkat, keluhan soal perilaku tidak sopan juga ikut bertambah. Terdengar sama di beberapa destinasi wisata top, tak terkecuali Pulau Jeju di Korea Selatan. Namun, Jeju punya cara terkini untuk menghadapi lonjakan perilaku wisatawan yang tidak tertib. Pulau ini meluncurkan pengumuman etika multibahasa pertama di Korea. Tujuannya sih mulia ya, menanamkan ketertiban di pulau resor tersebut.
Polisi Provinsi Jeju menyatakan telah mencetak 8.000 lembar pemberitahuan dalam bahasa Korea, Inggris, dan Mandarin dengan harapan dapat menjembatani kesenjangan budaya dan membantu wisatawan asing memahami hukum serta kebiasaan lokal.
Pemberitahuan itu memperingatkan wisatawan agar tidak melakukan pelanggaran ringan, mulai dari menyeberang sembarangan dan membuang sampah hingga merokok di area terlarang serta mabuk di tempat umum. Pemberitahuan tertulis itu sekaligus meminta kerja sama wisatawan untuk menjaga ketertiban.
“Petugas membawa lembar pemberitahuan itu saat berpatroli dan membagikannya ketika mendapati pelanggaran ringan di tempat,” kata seorang pejabat Badan Kepolisian Provinsi Jeju, dikutip The Korea Times, Senin (18/8).
Pihak kepolisian mengatakan pelanggaran serius akan ditindak langsung, tetapi pelanggaran kecil biasanya diganjar pemberitahuan alih-alih tindakan lebih tegas. Pejabat tersebut menambahkan bahwa memberi peringatan atas pelanggaran kecil, alih-alih langsung menjatuhkan denda, dapat meredakan ketegangan dengan wisatawan sekaligus meringankan beban petugas.
Setelah bertahun-tahun terdampak pandemi, Jeju, yang sejak lama menjadi tujuan wisata karena iklimnya yang sejuk, kini mengalami lonjakan tajam kunjungan, terutama dari wisatawan asing. Pemulihan penerbangan langsung, khususnya dari China, menjadi faktor penting. Wisatawan China kini menyumbang porsi terbesar turis mancanegara di pulau itu.
Sebaliknya, perjalanan domestik menurun karena semakin banyak warga Korea memilih liburan murah ke Jepang dan Asia Tenggara. Namun, kembalinya kapal pesiar dan meningkatnya profil global Jeju, sebagian berkat penyebaran budaya pop Korea, membantu mendorong jumlah pengunjung kembali mendekati level sebelum pandemi.
Menurut Asosiasi Pariwisata Jeju, pulau itu telah menyambut lebih dari 7 juta pengunjung sepanjang tahun ini. Dari jumlah tersebut, sekitar 5,86 juta ialah wisatawan domestik, turun 9,3 persen ketimbang tahun lalu. Sementara itu, kedatangan wisatawan asing naik 14,2 persen menjadi lebih dari 1,16 juta, dengan pertumbuhan yang melonjak pada Juli, ketika angka kedatangan naik lebih dari 40 persen ketimbang tahun sebelumnya.
Namun, seiring melonjaknya pariwisata, kekhawatiran atas perilaku wisatawan dan ketertiban umum juga meningkat. Antara Maret dan Juni, Badan Kepolisian Provinsi Jeju melakukan kampanye khusus untuk menindak pelanggaran wisatawan asing. Dalam periode itu, petugas mencatat lebih dari 4.800 kasus perilaku tidak tertib, termasuk menyeberang sembarangan, membuang sampah, dan buang air kecil di tempat umum.
Insiden viral semakin memperbesar keluhan tentang perilaku buruk wisatawan. Pada April, seorang perempuan yang ketahuan merokok di bus melemparkan puntung rokok ke jalan setelah ditegur penumpang lain. Bulan lalu, media Korea juga melaporkan seorang anak laki-laki buang air kecil di dekat halte bus di Pantai Hamdeok, Jeju City, sedangkan orang dewasa yang mendampinginya hanya melihat.
Pelanggaran-pelanggaran kecil itu menimbulkan rasa frustrasi warga lokal. Enam murid dari SD Pyoseon, pada bulan lalu, mengajukan usul ke situs resmi Provinsi Khusus Otonom Jeju tentang cara mendorong perilaku lebih baik di kalangan wisatawan. Dalam proposal itu, para siswa menunjukkan bahwa belum ada saluran yang jelas untuk melaporkan perilaku tidak pantas dari wisatawan.(dwi)