Digitalisasi Pasar Tidak Bisa Dihindarkan, Gubernur Pramono: Kurangi Copet

Dorong penerapan transaksi non-tunai di sejumlah pasar tradisional di Jakarta, Bank Jakarta raih penghargaan Mitra Perbankan dan Mitra Bank Literasi Keuangan pada ajang Lomba Digitalisasi Pasar yang turut diikuti BCA, Bank Mandiri, BRI, dan BNI.
Lomba Digitalisasi Pasar dilakukan secara kolaboratif antara Pemprov DKI Jakarta, Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Jaya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Bank Indonesia (BI) yang bertujuan untuk mendorong pasar tradisional beralih ke sistem pembayaran digital demi menciptakan transaksi yang lebih cepat, aman, dan transparan.
Sebagai informasi, dari 153 pasar yang dikelola Perumda Pasar Jaya, sebanyak 20 pasar tradisional dijadikan lokasi percontohan. Pasar-pasar tersebut dipilih secara acak dengan mempertimbangkan klasifikasi (kelas A, B, dan C) serta jumlah tempat usaha yang aktif. Mereka bersaing dalam beberapa kategori, yakni Program Literasi Teraktif, Digitalisasi Keuangan Terbaik, dan Akses Keuangan Termasif.
Bank Jakarta memperoleh tiga kategori penghargaan sekaligus, di antaranya sebagai Mitra Perbankan Terbaik Kategori Pasar B (Pasar Koja) dan Pasar A (Pasar Mayestik), serta sebagai Mitra Bank Literasi Keuangan Terbaik Kedua.
Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Gubernur Jakarta, Pramono Anung kepada Direktur Utama Bank Jakarta, Agus H. Widodo yang disaksikan oleh Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jakarta, Yosamartha; Kepala Otoritas Jasa Keuangan Jabodebek, Edwin Nurhadi di Main Hall Pasar Tanah Abang Blok B, Jakarta Pusat, Kamis (21/8/2025).
Gubernur Jakarta Pramono Anung dalam pidatonya usai memberikan penghargaan mengatakan. Menurut dia, digitalisasi tidak bisa dihindarkan. Tetapi, kalau proses literasinya tidak dilombakan, para perbankannya tidak diadu, pasarnya tidak diamati dan pasti tidak akan terjadi lonjakan pengunjung.
"Maka ketika pada pembukaan Lomba Digitalisasi Pasar, saya tidak membayangkan bahwa kenaikannya bisa sangat signifikan. Pemakaian QRIS, termasuk transaksinya, ini menunjukkan apa yang kita lakukan bersama ini, menunjukkan kemajuan yang luar biasa," ucap Pramono, Kamis (21/8).
Ia menambahkan Jakarta memberikan kontribusi 16,61 persen terhadap gross domestic product (GDP) nasional dengan pertumbuhan 5,18 persen, lebih tinggi dari rata-rata nasional 5,12 persen. Artinya Jakarta tumbuh lebih baik. Salah satu faktor pendorongnya adalah digitalisasi.
"Dengan digitalisasi, copet berkurang, premanisme menyusut, dan pasar Tanah Abang sebagai sentra pasar ASEAN bisa kembali hidup. Karena itu saya mengapresiasi perbankan, BI, OJK, serta Pasar Jaya yang sudah berkolaborasi. Hasilnya luar biasa, penggunaan QRIS di 20 pasar meningkat hampir 47%, NPWP pedagang juga naik signifikan, dan transaksi e-commerce melonjak lebih dari 40%," paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Jakarta, Agus H. Widodo menyampaikan terima kasih atas penghargaan yang diberikan kepada Bank Jakarta. Ia juga menyampaikan bahwa Bank Jakarta menjadikan Lomba Digitalisasi Pasar ini sebagai ajang untuk mendorong literasi dan inklusi keuangan.
Ia juga memandang digitalisasi pasar tradisional sebagai bagian dari transformasi ekosistem keuangan Jakarta.
"Upaya ini tidak hanya menghadirkan kemudahan transaksi melalui QRIS dan EDC, tetapi juga membuka akses yang lebih luas bagi para pelaku UMKM untuk masuk dalam sistem keuangan formal. Bank Jakarta berkomitmen menjadikan digitalisasi sebagai fondasi pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang," ujar Agus.
Sekretaris Perusahaan Bank Jakarta, Arie Rinaldi, menyampaikan bahwa Bank Jakarta akan terus meningkatkan kolaborasi dengan Pasar Jaya serta mendorong digitalisasi pasar ke depannya. Ia bahkan menyebut ajang ini menjadi momentum ke depan bagi Bank Jakarta untuk mendorong digitalisasi pasar-pasar di seluruh Jakarta.
"Kami meyakini digitalisasi pasar akan berdampak positif terhadap pemberdayaan UMKM dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah," tutupnya. (Asp)