Sepakbola Dunia Gempar, FIFA Harus Bayar Rp1,2 Mantan Gelandang Real Madrid Usai Kalah di Persidangan

Karier Lassana Diarra berubah drastis gara-gara konflik kontrak dengan Lokomotiv Moscow pada 2014. Masalah gaji yang tak kunjung selesai membuatnya berseteru dengan pelatih Leonid Kuchuk.
Diarra menolak pemotongan gaji, enggan berlatih, hingga kontraknya diputus sepihak. Namun bukannya bebas, Mahkamah Arbitrase Olahraga (CAS) justru menjatuhkan hukuman mengejutkan: Diarra wajib membayar €10 juta kepada klub Rusia tersebut.
Hukuman itu makin berat karena aturan FIFA dalam Regulasi Status dan Transfer Pemain (RSTP) melarang pesepakbola bergabung ke klub baru jika kontraknya diputus lebih awal tanpa alasan sah.
Akibatnya, Diarra tak bisa melanjutkan karier profesional. Rencana pindah ke Sporting Charleroi di Belgia batal total. Ia terhenti di pinggir lapangan selama lebih dari setahun.
Didukung FIFPRO, serikat pesepakbola dunia, Diarra akhirnya menggugat aturan FIFA ke Pengadilan Uni Eropa (CJEU). Argumennya jelas: kebijakan tersebut melanggar hak dasar pekerja, yakni kebebasan bergerak.
Pada Oktober 2024, CJEU memutuskan berpihak kepada Diarra. Regulasi FIFA dinyatakan menimbulkan “risiko finansial yang tak terprediksi dan sangat tinggi”. Putusan ini pun langsung disebut bersejarah, bahkan disejajarkan dengan Bosman Ruling 1995 yang membuka jalan transfer bebas bagi pemain habis kontrak.
Kemenangan hukum itu membuka babak baru. Kini Diarra menggugat balik FIFA dan federasi sepakbola Belgia. Nilai gugatannya fantastis: €65 juta atau sekitar Rp1,2 triliun.
Diarra menegaskan perjuangannya bukan sekadar urusan pribadi. "Ini juga demi melindungi pemain menjanjikan dan kurang dikenal yang tak punya sarana finansial maupun mental untuk melawan FIFA di pengadilan," katanya.
Dari sini lahirlah gerakan Justice for Players, sebuah gugatan kelompok yang mewakili lebih dari 100 ribu pesepakbola yang merasa dirugikan oleh aturan FIFA sejak 2002.
Karena FIFA menolak jalur damai, kasus ini kini masuk meja hijau di pengadilan Belgia.
Kuasa hukum Diarra, Martin Hissel, memprediksi keputusan akan keluar dalam 12-15 bulan mendatang.
Target jangka pendek sang pemain adalah kompensasi yang layak, namun dampak jangka panjangnya sudah terbaca.
Seperti Jean-Marc Bosman dulu, kini nama Lassana Diarra tercatat sebagai simbol perlawanan dan revolusi hak-hak pemain sepakbola dunia.