Penjualan Mobil Bensin Mulai Tergerus Mobil Listrik, Segini Penurunannya

Mobil listrik mulai mendapatkan tempat di masyarakat Indonesia. Penjualan mobil internal combustion engine atau bensin masih mendominasi, namun mulai tergerus pasarnya.
Mobil listrik sekarang harganya yang kompetitif meskipun statusnya impor utuh alias Completely Built Up (CBU). Hal ini berkat insentif yang diberikan pemerintah Indonesia.
"Populasi kendaraan listrik saat ini kenaikan, peningkatan ini terjadi seiring dengan pemberlakuan insentif atau kebijakan terkait program percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik," kata Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (ILMATAP) Kemenperin, Mahardi Tunggul Wicaksono di Jakarta, Senin (25/8/2025).
Tunggul menyampaikan hal itu berkat insentif dan kebijakan pemerintah melalui Perpres 79 Tahun 2023 tentang perubahan atas Perpres 55/2019 tentang percepatan program KBLBB (Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai).
"Total populasi dari tahun lalu mencapai 207.478 unit menjadi 274.802 unit," kata Tunggul.
Dia menjelaskan populasi meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan tahun 2023 yang tercatat hanya mencapai 116.439 unit.
Lebih rinci, kendaraan roda empat berpenumpang merupakan kontributor terbanyak yaitu mencapai 77.277 unit. Kemudian diikuti kendaraan roda dua sebanyak 15.064 unit, kendaraan roda tiga 617 unit, sisanya komersial dan lain-lain. Data ini diambil dari SRUT Kementerian Perhubungan per 24 Juni 2025.
Berdasarkan data Gaikindo, penjualan dari merek peserta program insentif CBU menunjukkan bahwa BYD mencatat penjualan terbanyak dengan total 16 ribu unit, diikuti oleh Denza sebanyak 6 ribu unit, AION sebanyak 3 ribu unit, Geely sebanyak 1.500 unit, Citroën sebanyak 839 unit, Xpeng sebanyak 75 unit, dan Maxus sebanyak 66 unit.
"Market share BEV pada tahun 2024, kita bisa melihat hampir mencapai 5 persen, meningkat sebesar hampir 10 persen," kata Tunggul.
"Tahun 2024 itu ke 2025 Juli itu sudah hampir 2 kali lipat, peningkatan market share. ICE terdapat penurunan, dari 88 persen jadi 82 persen di bulan Juli 2025 ini," kata dia.
Bila dirinci, pada tahun 2021, penjualan mobil ICE itu mencapai 884.009 unit atau menguasai pasar 99,64 persen, sedangkan mobil listrik murni baru 0,08 persen.. Sebagai pembanding, sepanjang Januari-Juli 2025, mobil ICE ini menyusut jadi 82,2 persen, sementara pasar mobil listrik naik jadi 9,7 persen.
Namun perlu ditekankan supaya pabrikan yang melakukan impor mobil listrik itu segera produksi lokal sesuai jadwal.
"Kalau kita impor, itu tujuannya kan di satu sisi ingin memperbesar market, tapi kalau impor produksi dalam negerinya turun," kata Peneliti Senior LPEM UI, Riyanto.
"Tujuan utama sebenarnya mendorong investasi agar Indonesia itu tidak hanya sebagai pasar, tapi sebagai pusat produksi kendaraan listrik," kata dia.
"Kenapa BEV impor itu diberikan, ketika insentif diberikan harga relatif lebih murah, penjualan melonjak. Sejak September-Oktober 2022, kalau kita perhatikan penjualan mobil listrik itu luar biasa penjualannya," jelasnya lagi.