Test Drive Chery Tiggo 8 CSH, Alternatif Mobil Bensin Rasa EV
PT CSI (Chery Sales Indonesia) mendapatkan respons positif pasca peluncuran SUV (Sport Utility Vehicle) terbaru mereka yakni Chery Tiggo 8 CSH.
Model yang digadang sebagai PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) termurah di Indonesia itu kemudian dicoba oleh sejumlah awak media termasuk KatadataOTO.
Rutenya adalah PIK 2-Bandung-PIK 2. Kesempatan tersebut sekaligus jadi ajang pembuktian daya jelajah Chery Tiggo 8 CSH yang memadukan kinerja motor elektrik dan mesin bakar.
“Kami ingin menunjukkan secara langsung bahwa SUV 7-seater ini bukan sekadar alternatif kendaraan hemat energi, melainkan juga sebuah solusi mobilitas, mampu melampaui batasan kendaraan listrik murni,” kata Rifkie Setiawan, Head of Brand Department PT CSI di PIK 2 beberapa waktu lalu.

Perjalanan dimulai dari Land’s End PIK 2. Tangki bensin dan soket pengisian daya alias charging telah disegel oleh pihak Chery untuk membuktikan efisiensi konsumsi listrik dan bahan bakar Tiggo 8 CSH.
Posisi Berkendara
Jok elektrik pada Chery Tiggo 8 CSH memudahkan kami mendapatkan posisi ergonomis. Pandangan ke depan bisa terlihat jelas.
Hanya saja pengaturan spion yang dilakukan lewat headunit cukup merepotkan bagi kami. Namun ini sudah merupakan hal lazim di kebanyakan kendaraan keluaran terkini, terkhusus mobil Cina.
Buat pengemudi dengan tinggi badan sekitar 150 cm ke atas terasa cukup lapang.
Tetapi keberadaan konsol tengah berukuran besar tampaknya bisa mempersempit leg room apabila pengemudi memiliki tinggi badan 160 cm ke atas.
Pedal gasnya menggunakan model organ. Posisi kaki terasa lebih nyaman ketika digunakan berkendara jarak jauh.
Impresi Berkendara
Dari rest area KM 92 A menuju hotel Grand Mercure Bandung, KatadataOTO mendapatkan giliran mengemudi.
Dengan posisi berkendara nyaman, Chery Tiggo 8 CSH terasa mudah dikendalikan dan tidak mengintimidasi.
Sebagian besar waktu perjalanan kami habis di jalan tol. Mesin 1.500 cc turbo milik Chery Tiggo 8 CSH membuat SUV yang berukuran cukup besar ini mudah ‘ngacir’ dan responsif.
Tetapi jadi catatan adalah salah satu fitur ADAS (Advanced Driver Assistance System) Tiggo 8 CSH.

Koreksi setir ketika kami berkendara melewati garis putus-putus di tol terasa agak kasar dan mengagetkan. Kendali lingkar kemudi terasa enteng mengakibatkan kami semakin kagok ketika LKA (Lane Keep Assist) aktif.
Ketika mendapat giliran duduk di bangku penumpang baris kedua untuk perjalanan dari Land’s End PIK 2 sampai ke rest area KM 92 A. Duduk di belakang, kabin terasa sangat lega.
Ada armrest di bagian tengah dengan cup holder. Kemudian tersedia dua soket pengisian daya gawai pintar tipe USB dan tipe C.
Suspensi agak keras jadi satu karakter SUV. Tetapi pada Chery Tiggo 8 CSH tidak sampai mengganggu kenyamanan.

Kekedapan kabin adalah keunggulan Chery Tiggo 8 CSH yang kami tangkap pertama kali. Kami membandingkannya dengan Honda HR-V Hybrid.
Saat mencoba SUV anyar dari Honda itu, terasa suara dari sekitar mobil sampai noise dari ban terdengar jelas ke kabin.
Pada Tiggo 8 CSH, suara-suara dari luar bisa diredam sangat baik. Ketika motor elektrik mengambil alih menggerakkan mobil di kecepatan rendah, kabin terasa sangat sunyi.
Untuk perbandingan, pada SUV hybrid serupa seperti Honda CR-V e:HEV koreksi setir lebih halus, diawali getaran agak kencang guna mengingatkan pengemudi ketika keluar lajur atau melewati marka jalan.
Sementara itu, dari tiga mode hybrid tersedia pada Tiggo 8 CSH (Smart, Initial, Force) kami diwajibkan untuk mengaktifkan opsi mode Smart.
Sehingga mobil secara adaptif bergantian menggunakan baterai ataupun bensin sebagai penyuplai tenaga, sesuai kondisi yang tengah dilalui.
Dalam kecepatan rendah, baterai jadi sumber daya utama. Sementara di tol ketika mobil dipacu di kecepatan tinggi konstan, bensin mengambil alih.

Keluar dari tol, fitur kamera 360 sebagai salah satu standar di mobil Chery membantu pengemudi semakin awas terhadap kondisi lalu lintas sekitar kendaraan.
Saat perjalanan pulang kembali menuju PIK 2 kondisi jalan tol lebih macet dibandingkan ketika berangkat. Di sini, baterai banyak mengambil alih dan jadi sumber daya utama mobil.
Sehingga suasana kabin semakin senyap tanpa adanya suara mesin. Kemudian konsumsi bahan bakar bisa lebih dihemat di kondisi stop and go.
Perjalanan ditempuh melewati rute lebih dari 384 km itu diakhiri dengan perolehan konsumsi bahan bakar di atas 25 km/liter, tanpa mengisi bensin ataupun melakukan pengisian daya baterai.
Buat gambaran, mobil diisi empat orang dewasa serta tambahan muatan empat tas yang ditempatkan di bagasi.
Kesimpulan
Secara singkat, Chery Tiggo 8 CSH menawarkan sensasi berkendara ala EV tetapi mempertahankan fleksibilitas mobil bensin.

Kesenyapan kabin jadi salah satu nilai tambah yang membantu menambah kenyamanan selama melakukan perjalanan jarak jauh.
Tetapi pengaturan fitur mode hybrid dan lainnya seperti spion bisa dibilang cukup rumit, karena hanya dapat diatur melalui headunit.
Kemudian koreksi setir Chery Tiggo 8 CSH ketika mobil melaju keluar dari lajur dengan marka jalan cukup mengagetkan dan terbilang kasar.