BEM SI Jabar Tolak Hadiri Dialog di Gedung Sate, Kritik Forum yang Dinilai Eksklusif

Gubernur Jawa Barat, DPRD Jabar, BEM SI, demo Bandung, demo bandung ricuh, demo bandung hari ini, BEM SI jabar, BEM SI Jabar Tolak Hadiri Dialog di Gedung Sate, Kritik Forum yang Dinilai Eksklusif

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia wilayah Jawa Barat menegaskan tidak hadir dalam forum dialog yang digelar Pemerintah Daerah Jawa Barat bersama DPRD Jabar di Gedung Sate, Rabu (3/9/2025). Sikap ini diumumkan melalui unggahan di akun Instagram resmi @BEMSI_Jabar.

Dalam pernyataan tersebut, mereka mengapresiasi adanya undangan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) melalui Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah IV. Namun, BEM SI Jabar menilai forum aspirasi tersebut memiliki keterbatasan mendasar.

“Terlepas dari itu, kami menilai forum yang dirancang Kemendiktisaintek melalui LLDikti Wilayah IV memiliki keterbatasan fundamental,” tulis unggahan itu.

Mengapa BEM SI Menolak Forum Dialog?

BEM SI Jabar menilai forum tersebut terlalu eksklusif karena hanya melibatkan perwakilan mahasiswa, tanpa melibatkan elemen masyarakat sipil lain. Padahal, kebijakan pemerintah berdampak luas terhadap masyarakat.

“Demi terwujudnya demokrasi yang sehat, kami memandang dialog ini seharusnya bersifat inklusif dan melibatkan organisasi masyarakat sipil, komunitas, serikat pekerja, hingga kelompok-kelompok masyarakat lainnya,” tegas BEM SI Jabar.

Mereka juga menilai forum yang abai terhadap prinsip inklusivitas hanya akan menjadi simbolisme politik, bukan ruang aspirasi yang substantif.

“Atas dasar itu, kami BEM Seluruh Indonesia Kerakyatan Wilayah Jawa Barat beserta seluruh kampus yang menjadi anggota kami secara tegas menolak menghadiri forum tersebut,” lanjutnya.

Bagaimana Posisi Mahasiswa dalam Perjuangan Demokrasi?

BEM SI Jabar menekankan bahwa perjuangan mahasiswa tidak pernah berdiri sendiri. Mahasiswa, kata mereka, berpijak pada nilai kerakyatan dan keberpihakan terhadap masyarakat.

Oleh karena itu, mereka menolak segala bentuk forum yang hanya menjadikan mahasiswa sebagai simbol legitimasi tanpa representasi masyarakat yang lebih luas.

“Maka, kami menolak segala bentuk forum yang menjadikan mahasiswa sekadar simbol legitimasi tanpa menghadirkan representasi masyarakat secara luas,” tulis mereka.

Apa yang Terjadi di Gedung Sate?

Meskipun BEM SI Jabar menolak hadir, forum dialog di Gedung Sate tetap berlangsung. Sejumlah mahasiswa dari berbagai kampus swasta di Jawa Barat menyampaikan aspirasinya, antara lain dari STIKES Budiluhur, Universitas Cipasung Tasikmalaya, Unisba, Universitas Teknologi Bandung, dan Universitas Wanita Internasional.

Dialog yang awalnya digelar di halaman Gedung Sate bahkan sempat dipindahkan ke dalam ruangan karena peserta mengeluhkan panas terik matahari.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, hadir langsung dalam forum tersebut. Ia menegaskan komitmennya untuk memperhatikan aspirasi mahasiswa, termasuk membela mereka yang ditangkap saat unjuk rasa.

Dalam forum, Dedi meminta Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Rudi Setiawan, untuk membebaskan mahasiswa yang ditahan saat demonstrasi. Menurutnya, sebagian besar tindakan mahasiswa hanya sebatas kenakalan remaja, bukan tindak kriminal.

“Saya juga sampaikan kepada Kapolda Jabar sebagai orang tua dari anak-anak di Jawa Barat yang setiap hari berinteraksi, pasti di antara mereka yang ikut demonstrasi itu ada yang nakal. Yang nakalnya ada dua, nakal tanpa kriminal dan nakal kriminal,” ujarnya.

Dedi menjelaskan bahwa kenakalan tanpa kriminal mencakup aksi teriak-teriak, dorong-dorongan massa, atau menyebabkan kemacetan.

Sementara itu, tindakan kriminal mencakup membawa senjata atau narkoba saat aksi. Ia menegaskan agar mahasiswa yang tidak terbukti melakukan tindak pidana segera dibebaskan.

“Mudah-mudahan harapan saya, termasuk ada anak-anak yang masih ditahan, mudah-mudahan Pak Kapolda bisa membebaskan mereka,” kata Dedi. Ia bahkan menyatakan siap mendatangi Polda Jabar secara langsung untuk menyampaikan permintaan tersebut.

Sebagai mantan Ketua Cabang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Dedi Mulyadi mengaku memahami aksi mahasiswa dari sudut pandang berbeda. Ia menilai, demonstrasi adalah bagian dari dinamika pergerakan anak muda.

“Karena jadi pejabat-pejabat ini dulunya gini (turun ke jalan unjuk rasa), mudah-mudahan teman-teman, kalau 10 tahun, jadi pejabat,” ujarnya sambil bercanda.

Menurutnya, kenakalan masa muda justru bisa menjadi bekal pengalaman yang membentuk karakter. “Karena kalau remaja hari ini tidak nakal, biasanya tidak jadi pejabat di kemudian hari,” tambahnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di dan TribunJabar.id dengan judul Menolak Hadir, BEM SI Sentil Acara Dialog dengan Pemerintah dan DPRD Jabar di Gedung Sate.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.