Mengejutkan! Begini Cara Iran Upgrade Rudal Canggihnya untuk Balas Israel

Cara Iran Upgrade Rudal Canggihnya
Cara Iran Upgrade Rudal Canggihnya

Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian dunia tertuju pada upaya Iran meningkatkan kemampuan militernya, khususnya di bidang teknologi rudal. Langkah ini bukan tanpa alasan. Ketegangan dengan Israel yang semakin memanas membuat Teheran merasa perlu memperkuat persenjataannya. Modernisasi rudal yang dilakukan Iran mencerminkan strategi jangka panjang untuk menunjukkan kekuatan sekaligus memberikan pesan tegas kepada lawannya.

Dari Desain Dasar ke Sistem Kendali Canggih

rudal Iran hanya mengandalkan desain aerodinamis sederhana. Namun, situasi geopolitik yang terus menekan memaksa negara itu berinovasi. Dengan menambahkan sirip kemudi dan sistem pemandu berbasis GNSS yang mencakup GPS dan GLONASS, Iran berhasil meningkatkan presisi rudalnya. Ditambah lagi dengan navigasi inersial, rudal-rudal ini mampu bermanuver di fase akhir penerbangan, sehingga dapat mengenai sasaran dengan akurasi tinggi. Perkembangan ini membuat tingkat presisi meningkat hingga ke kisaran 10 hingga 50 meter—sebuah lompatan besar dari teknologi rudal sebelumnya.

Transformasi Roket Konvensional

Tidak berhenti di situ, Iran juga melakukan transformasi besar pada roket konvensional. Roket Zelzal, yang sebelumnya dikenal sebagai senjata jarak pendek tanpa kendali presisi, kini berevolusi menjadi seri Fateh-110. Seri baru ini mampu menjangkau target lebih jauh dengan kendali presisi yang jauh lebih baik. Menariknya, teknologi serupa juga diterapkan Iran pada proyektil jarak pendek yang digunakan kelompok sekutunya, Hezbollah. Hal ini memperlihatkan bagaimana Iran bukan hanya memperkuat diri, tetapi juga memperluas pengaruh militernya melalui aliansi.

Strategi Konversi untuk Proxy

Antara tahun 2016 hingga 2019, laporan internasional menyebutkan bahwa Iran menyelundupkan perangkat yang disebut “kit konversi.” Dengan perangkat ini, roket Zelzal-2 bisa ditingkatkan menjadi rudal presisi berbasis GPS. Proses konversi relatif sederhana dan hanya membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga jam per unit. Biayanya pun tergolong murah, sekitar lima ribu hingga sepuluh ribu dolar Amerika. Dengan strategi ini, kelompok-kelompok proksi Iran seperti Hezbollah memiliki kesempatan untuk mengoperasikan senjata dengan tingkat akurasi tinggi tanpa harus bergantung pada suplai rudal baru dari Teheran.

Qassem Bassir, Rudal Baru yang Mengguncang

Pada Mei 2025, Iran memperkenalkan rudal balistik jarak menengah terbaru bernama Qassem Bassir. Rudal dua tahap berbahan bakar padat ini memiliki jangkauan sekitar 1.200 kilometer, menjadikannya ancaman serius di kawasan Timur Tengah. Yang membuatnya menonjol adalah sistem panduan gabungan. Rudal ini dilengkapi navigasi inersia sekaligus sensor elektro-optik dan infra-merah pada fase terminal. Artinya, Qassem Bassir mampu mengunci sasaran dengan citra visual termal tanpa perlu bergantung pada sinyal satelit. Teknologi ini membuat rudal lebih sulit diganggu melalui perang elektronik.

Fattah-1, Rudal Hypersonik Kontroversial

Dua tahun sebelumnya, tepatnya pada 2023, Iran juga memperkenalkan rudal Fattah-1. Senjata ini digadang-gadang sebagai rudal hypersonik dengan kecepatan mencapai Mach 13 hingga 15. Selain kecepatan tinggi, rudal ini diklaim memiliki kemampuan manuver di fase terminal untuk menghindari sistem pertahanan lawan. Meski terdengar mengesankan, sejumlah analis meragukan klaim hypersonik tersebut. Mereka menilai bukti teknis yang ada belum cukup untuk memastikan kemampuan Fattah-1 benar-benar setara dengan rudal hypersonik yang dikembangkan negara lain.

Balasan Iran terhadap Israel

Semua peningkatan persenjataan ini pada akhirnya diuji dalam konflik nyata. Pada 13 Juni 2025, setelah Israel melancarkan operasi militer terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran—dikenal dengan nama Operation Rising Lion—Teheran merespons dengan serangan balasan besar-besaran. Lebih dari 150 rudal balistik dan 100 drone dilepaskan menuju berbagai target di Israel. Aksi ini menjadi sinyal tegas bahwa Iran tidak akan tinggal diam menghadapi serangan lawannya.

Meski demikian, Israel berhasil mencegat sebagian besar rudal menggunakan sistem pertahanan canggih yang didukung oleh Amerika Serikat. Hanya beberapa rudal yang berhasil menembus dan mencapai target. Akibatnya, korban jiwa dan kerusakan fisik tergolong minim. Beberapa laporan menyebutkan adanya luka ringan serta kepanikan warga sipil, tetapi tidak terjadi kerusakan besar yang diantisipasi sebelumnya.

Klaim Kapabilitas Baru

Pasca serangan itu, Iran tidak berhenti di situ. Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Aziz Nassirzadeh, menyatakan bahwa negaranya kini memiliki rudal dengan kapabilitas yang jauh lebih kuat dibanding yang digunakan dalam konflik tersebut. Pernyataan ini jelas merupakan pesan politik sekaligus peringatan bagi Israel dan sekutunya. Dengan kata lain, Iran ingin menunjukkan bahwa serangan Juni 2025 hanyalah sebagian kecil dari kekuatan yang sesungguhnya.

Analisis Efektivitas Strategi

Namun, para pengamat militer menilai serangan Iran lebih bersifat simbolis ketimbang strategis. Walaupun jumlah rudal yang dilepaskan cukup besar, efektivitasnya terbatas karena kemampuan pertahanan udara Israel terbukti sangat tangguh. Selain itu, keterlibatan Amerika Serikat sebagai sekutu utama Israel membuat posisi Iran di medan konflik tetap kurang menguntungkan. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah investasi besar Iran dalam pengembangan rudal benar-benar memberikan dampak signifikan di ranah geopolitik, atau hanya sebatas unjuk kekuatan untuk menjaga citra di dalam negeri dan kawasan.

Ringkasan Perkembangan

Jika ditarik kesimpulan, ada tiga hal utama dari strategi Iran. Pertama, modernisasi teknologi rudal dilakukan melalui peningkatan presisi, sistem kendali, serta pengembangan model baru seperti Fateh-110, Fattah-1, dan Qassem Bassir. Kedua, Iran membekali sekutu proksinya dengan teknologi konversi sehingga mereka bisa mengoperasikan rudal presisi secara mandiri. Ketiga, penggunaan rudal secara langsung terhadap Israel pada Juni 2025 memperlihatkan keberanian Iran, meskipun efektivitas strategisnya masih diperdebatkan.

Dengan langkah-langkah ini, Iran tampak berusaha menyeimbangkan kekuatan dengan Israel. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa sistem pertahanan modern masih menjadi tembok besar yang sulit ditembus. Meski begitu, upaya berkelanjutan Iran dalam meningkatkan kualitas rudalnya akan terus menjadi perhatian dunia internasional, karena berpotensi mengubah peta keamanan di kawasan Timur Tengah.