Bukti Bos Meta Mark Zuckerberg Ketar-ketir Lawan TikTok

CEO Meta, Mark Zuckerberg, ketar-ketir menghadapi TikTok. Ia secara terbuka mengakui bahwa kehadiran TikTok merupakan ancaman besar bagi bisnis Facebook, Instagram, dkk.
Pengakuan ini ia sampaikan saat memberikan kesaksian dalam sidang antimonopoli yang digelar Komisi Perdagangan Federal (FTC) Amerika Serikat terhadap Meta, pada Rabu (16/4/2025) lalu.
Menurut laporan Reuters, TikTok menarik perhatian pengguna dan menjadi ancaman besar bagi perusahaan pesaing karena aplikasi tersebut mampu mengubah cara pengguna dalam mengonsumsi konten di media sosial.
Format video pendek yang diusung oleh TikTok, memungkinkan algoritma aplikasi mampu melacak perubahan dalam preferensi dan minat pengguna, sampai detail tertentu yang disukai pengguna selama kurun waktu tertentu dalam sehari.
Format inilah yang dinilai menjadi salah satu keunggulan TikTok dan membedakan aplikasi tersebut dengan model linimasa (timeline) atau interaksi teman (messenger chat) seperti yang selama ini diterapkan oleh Facebook dan Instagram.
Karena itulah pada 2020, Meta menghadirkan fitur serupa dengan meluncurkan fitur video Reels di Instagram, sebagai bentuk pertahanan sekaligus perlawanan dalam menghadapi dominasi TikTok saat itu.
Meski begitu, Zuckerberg tetap mengakui bahwa fitur video Reels belum sepenuhnya mampu menyaingi kepopuleran aplikasi TikTok. Dalam persidangan tersebut, ia turut menyoroti pergeseran perilaku pengguna media sosial.
Menurutnya, media sosial saat ini telah berubah fungsi di mana aplikasi tersebut lebih banyak digunakan sebagai "mesin penemuan" konten, bukan lagi menjadi wadah berinteraksi dengan teman maupun keluarga seperti dulu.
"Aplikasi-aplikasi tersebut kini berfungsi terutama sebagai mesin pencari. Orang-orang dapat mengambil konten tersebut ke mesin perpesanan," jelas Zuckerberg sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Techcrunch, Kamis (24/4/2025).
Cara Zuckerberg "sembunyikan" pelambatan bisnis
TikTok sendiri mulai menguat di pasar global setelah ByteDance mengakuisisi aplikasi Musical.ly pada 2017 dan menggabungkannya ke dalam TikTok setahun kemudian.
Langkah tersebut dipandang sebagai strategi untuk menyamarkan perlambatan pertumbuhan Facebook di tengah melonjaknya popularitas TikTok. Hal ini menjadi salah satu bukti aplikasi andalan Meta tersebut sedang mengalami perlambatan pertumbuhan.
Zuckerberg juga menyampaikan bahwa Meta tengah berupaya kembali pada fungsi awal Facebook (OG roots) sebagai jejaring sosial berbasis pertemanan. Salah satu langkahnya adalah dengan merilis peluncuran tab Teman terbaru.
Zuckerberg sendiri menyampaikan kepada para investor terkait target “kembali ke Facebook yang asli” ini sebagai tujuan utama perusahaan pada 2025.
Untuk diketahui, jika nantinya tuntutan Komisi Perdagangan Federal (FTC) dalam persidangan Antimonopoli tersebut dikabulkan, Meta kemungkinan besar harus melepas WhatsApp atau Instagram menjadi dua perusahaan terpisah.