Zuckerberg Memburu Jenius AI, Habiskan Triliunan Rupiah demi Tim Elit Superintelligence

Meta makin agresif memperkuat barisan tim elit kecerdasan buatannya.
Perusahaan yang dipimpin Mark Zuckerberg baru-baru ini "membajak" dua tokoh besar dari OpenAI dan Apple dengan iming-iming kompensasi bernilai triliunan rupiah.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya memperkuat Meta Superintelligence Labs (MSL), divisi riset AI yang dibentuk awal tahun ini.
Salah satu rekrutan terbarunya adalah Shengjia Zhao, tokoh penting di balik pengembangan model penalaran AI OpenAI seperti ChatGPT, GPT-4, dan model pertama o1.
Zhao kini ditunjuk sebagai Chief Scientist di MSL dan akan bertanggung jawab langsung atas agenda riset Meta di bidang superintelligence.
Zhao sebelumnya bekerja di OpenAI dan disebut sebagai sosok kunci yang membentuk arah pengembangan AI generatif modern.
Kabar perekrutannya diumumkan langsung oleh CEO Meta, Mark Zuckerberg, melalui platform Threads, pada Jumat (25/7/2025).
"Saya senang mengumumkan bahwa Shengjia Zhao akan menjadi Chief Scientist Meta Superintelligence Labs. Shengjia ikut mendirikan lab ini dan memimpin riset sejak hari pertama," tulis Zuckerberg dalam unggahannya, menandakan bahwa Zhao sudah terlibat sejak cikal bakal MSL dibentuk.
Zhao tidak datang sendiri. Beberapa nama lain yang juga pernah menjadi bagian dari tim AI OpenAI turut hijrah ke Meta.
Di antaranya Jahui Yu, Shuchao Bi, Hongyu Ren, dan Trapit Bansal. Tiga peneliti dari kantor OpenAI di Zurich juga dilaporkan pindah ke MSL untuk memperkuat riset dan menggarap proyek multimodality perusahaan.
Meta juga merekrut ilmuwan dari perusahaan besar lainnya seperti Google DeepMind, Safe Superintelligence, Anthropic, hingga Apple.
Membajak jagoan AI Apple
Ruoming Pang, petinggi AI Apple yang dibajak Meta dengan mahar Rp 3,2 triliun.
Salah satu pembajakan paling mencolok adalah Ruoming Pang, eks Head of Foundation Models di Apple. Pang merupakan otak di balik pengembangan Apple Intelligence dan Siri generasi baru yang diumumkan dalam WWDC 2025 lalu.
Menurut laporan Bloomberg, Pang menerima kompensasi lebih dari 200 juta dollar AS atau sekitar Rp 3,2 triliun untuk bergabung ke Meta.
Nilai tersebut menjadikannya salah satu talenta teknologi dengan bayaran tertinggi di dunia, hanya disaingi oleh CEO Apple Tim Cook sendiri.
Sebelum bekerja di Apple, Pang menghabiskan lebih dari 15 tahun di Google, menjabat sebagai Principal Engineer dan menangani sistem machine learning skala global.
Dengan latar belakang kuat di bidang AI dan rekam jejak pengembangan model dasar (foundation models), Pang bergabung ke tim Meta yang akan menangani proyek-proyek AI generasi baru seperti Llama serta ekspansi teknologi AI ke perangkat konsumen.
Meta menolak memberikan komentar resmi soal nilai akuisisi Pang. Namun, sumber internal menyebut kompensasi tersebut mencakup gaji, bonus, dan saham yang dibayarkan secara bertahap selama beberapa tahun.
Zuckerberg juga disebut turun langsung membujuk para kandidat dengan pendekatan personal. Ia mengirim e-mail pribadi dan bahkan mengundang calon-calon ilmuwan AI ke kediamannya di Lake Tahoe.
Selain itu, Meta juga menawarkan exploding offer, yaitu paket kompensasi yang bernilai tinggi namun hanya berlaku dalam waktu sangat singkat. Tawaran ini dirancang untuk menarik talenta terbaik sebelum sempat dilirik kompetitor.
Paket kompensasi Meta disebut bernilai delapan hingga sembilan digit dalam satuan dollar AS, menandai keseriusan perusahaan dalam mengamankan sumber daya manusia kelas dunia.
Bangun Infrastruktur Komputasi Raksasa
Tak hanya mengandalkan SDM, Meta juga berinvestasi besar dalam infrastruktur fisik untuk pelatihan AI. Perusahaan kini tengah membangun Promotheus, sebuah klaster komputasi cloud berkekuatan 1 gigawatt yang berlokasi di Ohio, Amerika Serikat.
Proyek ini diproyeksikan selesai pada 2026 dan disebut-sebut bakal menjadi salah satu fasilitas pelatihan AI terbesar di dunia. Energi sebesar 1 gigawatt diklaim cukup untuk memberi daya pada lebih dari 750.000 rumah.
Infrastruktur ini akan digunakan untuk melatih model-model frontier berukuran besar yang dibutuhkan oleh Meta Superintelligence Labs.
Kini, Meta memiliki dua kepala ilmuwan AI. Selain Zhao yang memimpin MSL, ada juga Yann LeCun yaitu peraih Turing Award yang kini mengepalai FAIR (Fundamental AI Research), unit yang fokus pada riset jangka panjang AI untuk 5-10 tahun mendatang.
Kehadiran dua figur ini memperlihatkan betapa seriusnya Meta dalam membangun kekuatan AI jangka pendek dan panjang sekaligus.
Dalam memo internalnya, Zuckerberg mengatakan: “Saya berkomitmen penuh untuk melakukan apa pun agar Meta memimpin di era superintelligence.”