AWS Tunda Ekspansi Data Center, Ikuti Langkah Micrososft

Amazon, data center, Microsoft, microsoft, Amazon Web Service, AWS Tunda Ekspansi Data Center, Ikuti Langkah Micrososft

Perusahaan penyedia layanan cloud asal Amerika Serikat (AS), Amazon Web Services (AWS), dikabarkan menunda sementara ekspansi pusat data (data center) mereka untuk pasar internasional.

Berdasarkan laporan dari perusahaan keuangan Wellls Fargo & Company, AWS menghentikan sementara negosiasi dengan penyedia data center untuk menyewa kapasitas tambahan untuk server-server mereka, terutama dengan mitra di luar negeri.

Laporan yang sama menyebut bahwa AWS tidak sepenuhnya membatalkan perjanjian yang telah ditandatangani sebelumnya. Perusahaan mengeklaim hanya sedang "menarik diri" dari negosiasi terkait rencana penambahan kapasitas baru data center mereka.

Vice President AWS untuk Global Datacenters, Kevin Miller, merespons kabar penundaan ekspansi ini melalui sebuah unggahan di LinkedIn. Ia menyampaikan bahwa tidak ada perubahan mendasar dalam rencana ekspansi data center mereka.

"Masih ada minat dan spekulasi yang signifikan tentang rencana perluasan pusat data AWS dan penyedia cloud lainnya. Ini adalah manajemen kapasitas rutin, dan belum ada perubahan mendasar baru-baru ini dalam rencana perluasan kami," jelas Kevin.

Ikuti langkah Microsoft

Penundaan ekspansi data yang dilakukan AWS mencerminkan langkah serupa yang belum lama ini dilakukan Microsoft. Raksasa teknologi tersebut diketahui telah menghentikan sejumlah proyek data center-nya untuk wilayah Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Dalam proyek tersebut, Microsoft awalnya merencanakan pembangunan pusat data dengan memberikan kebutuhan daya total mencapai 2 gigawatt. Namun, proyek ini akhirnya batal dilakukan.

Menurut laporan dari analis TD Cowen, alasan Microsoft membatalkan proyek ini adalah karena perusahaan menilai kapasitas yang tersedia sudah melebihi proyeksi permintaan yang ada. Dengan kata lain, terjadi oversupply kapasitas pada data center yang disediakan.

Kendati demikian, para analis menilai bahwa kondisi oversupply yang terjadi di data center Microsoft bukan berarti menunjukkan adanya penurunan terhadap kebutuhan jangka panjang pusat data.

Menurutnya, meski ada penundaan, permintaan terhadap kapasitas pusat data akan terus meningkat. Terutama pada pertumbuhan teknologi dan kebutuhan komputasi untuk kecerdasan buatan (AI).

"Menurut saya, investor berusaha keras untuk menemukan kesalahan dalam industri pusat data. Faktanya, kita membutuhkan dan akan terus membutuhkan lebih banyak komputasi," ujar Vlad.

"AI adalah salah satu pendorong permintaan yang tak terpuaskan ini, tetapi transisi berkelanjutan menuju ekonomi global yang semakin digital, dan lambatnya peningkatan komputasi khusus, semuanya membutuhkan lebih banyak daya komputasi," imbuhnya.

Ketidakpastian ekonomi dan masa depan AI

Ditundanya ekspansi data center yang dilakukan AWS dan Microsoft terjadi di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi, yang sebagian besar dipicu oleh kebijakan perdagangan dan tarif baru Presiden AS Donald Trump.

Kebijakan tersebut dinilai memicu skeptisisme di kalangan investor. Khususnya mengenai besarnya biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan teknologi AS terkait dengan pengembangan kecerdasan buatan (AI).

Ketidakpastian ini semakin diperparah dengan munculnya perusahaan rintisan AI di China, seperti DeepSeek, yang diketahui mampu menawarkan teknologi serupa namun dengan biaya yang jauh lebih murah dibanding AI buatan negara barat.

Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar terkait bagaimana investasi infrastuktur AI ke depannya. Sebab, setelah chatbot AI ChatGPT diluncurkan, banyak data center di China yang dilaporkan kesulitan bertahan akibat situasi ekonomi yang tidak pasti.

Selain itu, pusat data yang saat itu banyak dibangun dengan "tergesa-gesa", dinilai memiliki fasilitas yang tidak memenuhi standar industri, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari laman The Outpost, Senin (28/4/2025).

Bahkan, walaupun AWS dan Microsoft sedang menunda ekspansi data center mereka, keduanya disebut telah berkomitmen untuk tetap melakukan investasi jangka panjang dalam pengembangan AI ke depannya.

Jassy juga mengatakan bahwa investasi tersebut sangat penting dilakukan agar ke depannya, AWS bisa tetap bertahan di tengah persaingan pasar global.