Bangun Data Center JK1, Equinix Bertekad Jadi Tulang Punggung Ekonomi Digital Indonesia

Perusahaan infrastruktur digital global, Equinix, menyatakan komitmennya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia melalui kehadiran pusat data (data center) berstandar global.
Hal itu disampaikan Presiden Direktur Equinix Indonesia, Haris Izmee, dalam sesi wawancara eksklusif bersama KompasTekno baru-baru ini.
"Kami ingin menjadi tulang punggung ekonomi digital di Indonesia, memberikan dampak positif bagi jutaan orang di Indonesia yang dapat memperoleh manfaat positif melalui teknologi,” tegas Haris yang baru saja didapuk menjadi orang nomor satu di Equinix Indonesia.
Haris, yang sebelumnya malang melintang di perusahaan multinasional, seperti General Electrics (GE), Microsoft, dan AWS, mengungkapkan bahwa keputusannya bergabung dengan Equinix dilandasi oleh potensi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang sangat besar.
“Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai 360 miliar dollar AS pada 2030. Permintaan terhadap cloud dan infrastruktur digital meningkat pesat. Equinix hadir untuk menjadi tulang punggung fisik di balik semua itu,” ujar Haris.
Haris Izmee, Direktur Utama Equinix Indonesia.
Pasar cloud di Indonesia sendiri pada tahun lalu nilainya sekitar 3,3 miliar dollar AS. Angka ini diperkirakan akan tumbuh menjadi sekitar 13,4 miliar dollar AS pada tahun 2032.
Sementara itu, pasar data center di Indonesia diproyeksikan mencapai sekitar 3,79 miliar dollar AS, dengan pertumbuhan tahunan (CAGR) sekitar 7,99 persen hingga tahun 2030.
Pusat data pertama di Jakarta
Untuk itu, pada Mei 2025 lalu, Equinix resmi meluncurkan pusat data pertamanya di Indonesia, JK1, yang berlokasi di kawasan Kuningan, Jakarta. Fasilitas ini dibangun dengan investasi awal sebesar 74 juta dollar AS dan diklaim telah mengantongi lebih dari 50 pelanggan dari sektor jaringan, cloud, dan enterprise.
JK1 juga disebut sebagai pusat data yang siap untuk beban kerja AI (AI-ready), dengan dukungan teknologi liquid cooling dan infrastruktur daya ganda.
JK1 merupakan gedung data center berlantai delapandi pusat Jakarta, yang dirancang dengan konsep bertahap.
Saat ini, fase pertama sudah beroperasi dengan kapasitas 550 kabinet. Pembangunan fase kedua sedang berlangsung, dan Equinix menargetkan penyelesaiannya pada tahun depan. Jika rampung, total kapasitas pusat data ini akan mencapai sekitar 1.600 kabinet.
Sebagai pusat data modern, JK1 dibangun untuk mendukung skenario komputasi intensif, baik dengan pendinginan udara maupun cair. Dengan begitu, pusat data ini mampu memenuhi kebutuhan pelanggan yang memerlukan performa AI tingkat lanjut kapan saja.
Menurut Haris, JK1 hanya merupakan tahap awal. Equinix menargetkan pembangunan pusat data tambahan seperti JK2 dan JK3, tergantung pada kebutuhan pelanggan.
Ia mencontohkan ekspansi serupa di pasar lain. “Di Jepang kami mulai dari Tokyo 1, sekarang ada 18. Di Australia dari satu, sekarang 18. Di India kami sudah di Mumbai, dan sedang mengembangkan yang ke-4 di Chennai,” katanya.
Equinix juga menggandeng Astra International sebagai mitra strategis di Indonesia. Kolaborasi ini dinilai sebagai bentuk komitmen jangka panjang perusahaan global terhadap pasar Indonesia.
Meski pasar data center di Indonesia terlihat padat, Equinix menilai persaingan masih terbuka lebar. Haris mengatakan bahwa saat ini ada sekitar 80 data center di Jakarta, dengan lebih dari 20 lainnya sedang dalam tahap pembangunan atau perluasan.
“Kalau melihat kapasitas listriknya, tahun lalu Jakarta menyumbang sekitar 300 megawatt. Secara nasional, totalnya sekitar 400 megawatt. Tapi kebutuhan pasarnya diperkirakan dua kali lipat dari itu, yaitu 600 megawatt pada 2026,” ujar Haris.
Artinya, meskipun banyak pemain lokal dan global yang telah masuk pasar, kebutuhan akan infrastruktur digital masih sangat besar.
Terlebih lagi, proyeksi pertumbuhan pasar cloud yang mencapai 13,4 miliar dollar AS pada 2032 dinilai akan semakin mendorong kebutuhan data center di Indonesia.
Interkoneksi jadi pembeda
Dalam menghadapi persaingan di Indonesia, Equinix mengandalkan kekuatan ekosistem interkoneksi globalnya. Haris menjelaskan bahwa Equinix memiliki lebih dari 270 data center di 35 negara dan 75 kota besar, semuanya saling terhubung dalam sistem yang disebut “Equinix Fabric”.
Ilustrasi ruang data center Equinix di Jakarta.
Equinix Fabric pada dasarnya adalah sistem interkoneksi berbasis perangkat lunak yang memungkinkan pelanggan menggunakan infrastruktur digital Equinix, untuk terhubung ke lokasi lain, termasuk lokasi Equinix di seluruh dunia, dalam hitungan menit.
Mereka dapat mengakses portal, mengaktifkan dan menonaktifkan beban kerja mereka dalam hitungan menit, bukan dengan cara tradisional yang memerlukan pemasangan peralatan di luar negeri dan proses penyediaan serta implementasi yang memakan waktu berbulan-bulan.
"Itulah keunggulan Equinix dan yang membedakan kami dari penyedia pusat data lainnya. Kami senang dapat menghadirkan hal ini ke JK1," terang Haris.
Dengan lebih dari 486.000 interkoneksi dan 10.000 pelanggan global, yang terdiri dari penyedia jaringan, cloud, IT, konten, dan perusahaan enterprise, Equinix mengeklaim menjadi salah satu ekosistem interkoneksi terbesar di dunia. Lantas apa untungnya bagi pelanggan Equinix?
Misalnya, jika sebuah bank ingin terkoneksi ke layanan Mastercard, Visa, atau telko, mereka tidak perlu menarik kabel ribuan kilometer. Semua bisa terkoneksi dalam hitungan menit, sebab banyak server customer Equinix berada di dalam satu gedung.
Jauh lebih mudah untuk menghubungkan satu server dengan yang lain di dalam satu gedung dibandingkan dengan harus menarik kabel berkilo-kilometer.
Semisal tidak ingin memasang kabel pun, tetapi ingin menggunakan internet, pelanggan juga harus mendaftar untuk layanan internet leased line yang cukup mahal.
Belum lagi jika koneksi internet tidak tersedia secara fisik, pelanggan perlu menghubungi penyedia telekomunikasi (Telco) untuk memasang kabel. Interkoneksi inilah yang menjadi solusi dari Equinix.
Selain cepat, sistem ini juga diklaim Haris lebih aman karena menggunakan jaringan privat, bukan internet publik. Hal ini membuat transmisi data antarnegara dan antarpelanggan menjadi lebih andal dan hemat biaya.
Target sektor dan kepatuhan regulasi
Equinix Indonesia menargetkan berbagai sektor strategis seperti perbankan, manufaktur, telekomunikasi, energi, dan layanan cloud. Perusahaan juga memastikan kepatuhan penuh terhadap PP No. 71/2019 tentang data lokal (data localization).
“Kami 100 persen patuh pada regulasi PP71. Kami juga aktif berdialog dengan Kementerian Komdigi, BKPM, dan kementerian lain untuk memastikan investasi kami mendukung kebijakan nasional,” kata Haris.
Equinix saat ini tengah membangun ekosistem mitra strategis di Indonesia. Beberapa yang sudah dijalin termasuk dengan Telkom International (Telin), HPE Enterprise, dan Agit (Astra Graphia IT) untuk menghadirkan solusi cloud AI dan layanan terkelola di atas infrastruktur JK1.
“Dengan jaringan dan teknologi kami, ditambah mitra lokal yang kuat, kami ingin membawa Indonesia ke dunia dan menghadirkan dunia ke Indonesia,” pungkas Haris.