Keluarga Korban Jeju Air Kritik Laporan yang Menyalahkan Pilot, Menyebut Investigasi Mengabaikan Faktor Tembok Pembatas

Keluarga Korban Jeju Air Kritik Laporan yang Menyalahkan Pilot, Menyebut Investigasi Mengabaikan Faktor Tembok Pembatas

investigasi terhadap kecelakaan udara paling mematikan di Korea Selatan menemukan bahwa seorang pilot secara keliru mematikan mesin yang salah. Demikian dilaporkan media lokal.

Hampir seluruh penumpang dari 181 orang di dalam pesawat Jeju Air Penerbangan 2216 tewas ketika pesawat menabrak pembatas beton pada Desember 2024, saat mencoba mendarat di Bandara Internasional Muan. Salah satu mesin pesawat disebut terkena serangan burung.

Rilis hasil investigasi yang seharusnya dilakukan akhir pekan lalu ditunda setelah keluarga korban memprotes isi temuan itu. Mereka menuduh para penyelidik menyalahkan pilot sambil mengabaikan faktor-faktor penyebab lainnya.

Pada 29 Desember 2024 pagi, pilot penerbangan 2216 melaporkan adanya serangan burung dan mengirim panggilan darurat (mayday) saat pesawat mendekati landasan pacu. Para pilot kemudian mencoba mendarat dari arah berlawanan. Rekaman video menunjukkan pesawat melakukan pendaratan perut, tanpa roda pendarat, dan meluncur di sepanjang landasan sebelum menabrak pembatas beton.

Dua mesin pesawat tersebut dikirim ke Prancis pada Maret untuk dianalisis. Temuan terbaru dari Dewan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Korea Selatan menunjukkan pilot telah mematikan mesin kiri, yang tidak mengalami kerusakan, alih-alih mesin kanan yang rusak parah akibat serangan burung.

Namun, keluarga korban menyatakan laporan tersebut tidak menyebutkan keberadaan pembatas beton di ujung landasan pacu. Menurut mereka itu merupakan faktor utama yang membuat kecelakaan itu begitu fatal.

“Para keluarga korban menginginkan investigasi yang adil dan transparan terhadap kecelakaan ini,” kata mereka dalam sebuah pernyataan, sambil mendesak agar jumpa pers hanya dilakukan setelah pemeriksaan yang menyeluruh dan hati-hati selesai dilakukan.

Dalam pernyataan pada Minggu (20/7), serikat pilot Jeju Air juga mengkritik temuan investigasi terbaru karena dinilai terlalu menekankan kesalahan penilaian pilot dan mengabaikan faktor penyebab lainnya. Namun, seorang sumber yang mengetahui isi penyelidikan mengatakan kepada Reuters bahwa para penyelidik tidak akan mengubah temuannya karena mereka memiliki bukti dan data pendukung yang jelas.

Setelah kecelakaan tersebut, Kementerian Transportasi Korea Selatan pada Januari menyatakan akan menghapus pembatas beton di tujuh bandara.

Pada Mei, keluarga korban mengajukan gugatan pidana terhadap CEO Jeju Air, Kim E-bae, dengan tuduhan kelalaian profesional. E-bae ialah satu dari 24 orang yang sedang diselidiki terkait dengan kecelakaan tersebut.(dwi)