Kemlu Sebut Nazwa yang Meninggal di Kamboja Bukan Korban TPPO: Pergi karena Masalah Keluarga

Kamboja, Deli Serdang, Kemlu, Nazwa Aliya, Nazwa tewas di kamboja, Kemlu Sebut Nazwa yang Meninggal di Kamboja Bukan Korban TPPO: Pergi karena Masalah Keluarga

Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Judha Nugraha, menjelaskan bahwa Nazwa Aliya, warga Deli Serdang, Sumatera Utara yang meninggal di Kamboja, bukan korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

Sebelumnya diberitakan, Nazwa pergi dengan berpamitan kepada ibunya untuk menjalani interview lowongan pekerjaan di bank.

Namun, ia diam-diam pergi ke Kamboja dan kemudian berakhir meninggal dunia di negara tersebut.

Terkait kasus ini, Judha menegaskan bahwa Nazwa berangkat ke Kamboja atas kemauannya sendiri karena memiliki masalah keluarga.

Kemlu menyebut bahwa pihaknya sempat melakukan komunikasi dengan Nazwa setelah keluarganya melaporkan keberadaan Nazwa di Kamboja pada Mei 2025 lalu.

Dalam proses itu, Kemlu sempat menawarkan untuk membantu memediasi persoalan keluarga tersebut, namun Nazwa menolak.

"NA pada saat itu pergi bersama seorang warga negara Inggris yang merupakan kenalan keluarga sejak di Indonesia. Selama di Kamboja, NA tidak bekerja," ujar Judha dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas TV, Rabu (20/8/2025). 

Judha menambahkan, berdasarkan asesmen yang dilakukan, Nazwa dalam kondisi baik, memiliki kebebasan bergerak, dan tidak menerima ancaman maupun kekerasan yang mengarah pada dugaan tindak kriminal atau TPPO.

Kemlu Ungkap Penyebab Meninggalnya Nazwa Aliya

Kemlu kemudian menerima kabar bahwa Nazwa jatuh sakit di Kamboja dan sempat dirawat di RS Sieam Reap pada 8 Agustus 2025.

Namun, kondisi kesehatan Nazwa ternyata terus memburuk hingga akhirnya jatuh koma pada 11 Agustus 2025.

Pada 12 Agustus 2025 sekitar pukul 10.20 waktu setempat, Nazwa dinyatakan meninggal dunia.

Berdasarkan keterangan pihak rumah sakit dan kepolisian Kamboja, penyebab kematian adalah overdosis obat yang memicu komplikasi serta hepatitis akut.

"Kemlu telah berkunjung ke rumah orang tua NA di Deli Serdang untuk menyampaikan dukacita dan menjelaskan langkah-langkah penanganan yang sedang dan akan dilakukan, termasuk menyampaikan nota diplomatik kepada otoritas Kamboja untuk melakukan investigasi terhadap peristiwa overdosis yang dialami NA," jelas Judha.

Jenazah Nazwa diketahui sempat dibawa ke rumah duka di ibu kota Kamboja, Phnom Penh.

Kemlu bersama KBRI Phnom Penh menyatakan akan terus berkoordinasi dengan otoritas setempat terkait penanganan jenazah.

Ibunda Beberkan Kronologi Kepergian Nazwa Aliya

Ibunda Nazwa, Lanniari Hasibuan (53), menyampaikan bahwa putrinya sudah sejak lama ingin bekerja di luar negeri, salah satunya ke Kamboja.

Namun, Lanniari mengaku menolak permintaan tersebut karena menilai Kamboja cukup berisiko.

“Awalnya anak saya minta izin untuk ikut study tour, tapi saya tolak. Lalu, ia minta izin untuk interview di salah satu bank, dan itu saya izinkan,” ujar Lanniari di rumahnya, Jumat (15/8/2025), dikutip dari Kompas.com.

Dia bahkan sempat ingin mendampingi putrinya saat menjalani interview di salah satu cabang bank di Medan.

Namun, pada 28 Mei 2025 sekitar pukul 05.00 WIB, Nazwa sudah berangkat dari rumah tanpa sepengetahuan penuh dari ibunya.

Keesokan harinya, Lanniari menerima pesan WhatsApp dari Nazwa yang memberi tahu bahwa kunci rumah ditinggalkan di jendela.

Nazwa meminta agar komunikasi dilakukan lewat SMS. Tak lama kemudian, Lanniari mendapati putrinya sudah berada di Bangkok, Thailand.

“Saya sempat pingsan saat mendengar itu. Waktu saya tanya dengan siapa ke Bangkok, Nazwa bilang bersama teman PKL-nya. Tapi setelah saya desak, ia mengaku pergi sendiri,” tutur Lanniari.

Pada 7 Agustus 2025, Lanniari menerima kabar dari KBRI Phnom Penh bahwa Nazwa tengah sakit dan dirawat intensif di State Hospital, Provinsi Siem Reap, Kamboja.

Meski begitu, Lanniari mengaku tidak diperbolehkan pihak KBRI untuk berangkat ke Kamboja.

"KBRI melarang saya datang ke Kamboja karena katanya anak saya benci melihat saya. Mereka sarankan adik saya atau keluarga lain yang berangkat," ucap Lanniari.

Beberapa hari kemudian, tepatnya 12 Agustus 2025, keluarga mendapat kabar duka bahwa Nazwa telah meninggal dunia.

“Saya dapat kabar tanggal 7 Agustus anak saya dirawat di RS, dan kemarin, 12 Agustus, saya kembali dikabarkan kalau anak saya sudah meninggal dunia,” ungkap Lanniari dengan suara bergetar.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!