Kemlu Ungkap Penyebab Kematian Nazwa Aliya, Warga Deli Serdang yang Meninggal di Kamboja

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mengungkap penyebab kematian Nazwa Aliya, warga Deli Serdang, Sumatera Utara yang dilaporkan meninggal di Kamboja.
Berdasarkan keterangan resmi pihak rumah sakit dan kepolisian setempat, Nazwa meninggal akibat overdosis obat. Kondisi tersebut menimbulkan komplikasi serius hingga berujung pada hepatitis akut.
Nazwa dilaporkan sempat dirawat di RS Siem Reap sejak 8 Agustus 2025. Namun, kondisinya terus memburuk hingga mengalami koma pada 11 Agustus 2025 dan meninggal dunia sehari kemudian pada pukul 10.20 waktu setempat.
Kematian Nazwa Tidak Terkait Kasus TPPO
Terkait kasus ini, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Judha Nugraha, menegaskan bahwa kasus kematian Nazwa bukanlah tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Judha menjelaskan, Nazwa pergi ke Kamboja atas keinginan sendiri karena memiliki masalah keluarga.
Judha mengungkap bahwa pihaknya sempat berkomunikasi dengan Nazwa setelah keluarganya melapor pada Mei 2025 lalu.
Bahkan, kementerian menawarkan untuk memediasi masalah keluarga, tetapi tawaran tersebut ditolak oleh Nazwa.
"NA pada saat itu pergi bersama seorang warga negara Inggris yang merupakan kenalan keluarga sejak di Indonesia. Selama di Kamboja, NA tidak bekerja," ujar Judha dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas TV, Rabu (20/8/2025).
"Berdasarkan asesmen yang dilakukan, saat itu NA dalam kondisi baik, memiliki kebebasan bergerak, serta tidak menerima ancaman maupun kekerasan yang mengarah pada dugaan tindak kriminal atau TPPO," tambahnya.
Penanganan dari Kemlu dan KBRI Phnom Penh
Judha mengungkapkan, setelah menerima kabar Nazwa meninggal dunia, Kemlu telah berkunjung ke rumah orang tua Nazwa di Deli Serdang untuk menyampaikan dukacita.
Selain itu, Kemlu juga menjelaskan langkah-langkah penanganan yang dilakukan, termasuk menyampaikan nota diplomatik kepada otoritas Kamboja untuk meminta investigasi lebih lanjut terkait peristiwa overdosis tersebut.
"Kemlu telah berkunjung ke rumah orang tua NA di Deli Serdang untuk menyampaikan dukacita dan menjelaskan langkah-langkah penanganan yang sedang dan akan dilakukan, termasuk menyampaikan nota diplomatik kepada otoritas Kamboja untuk melakukan investigasi terhadap peristiwa overdosis yang dialami NA," kata Judha.
Jenazah Nazwa kini telah dibawa ke rumah duka di ibu kota Kamboja, Phnom Penh.
Kemlu dan KBRI Phnom Penh terus berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk memastikan penanganan jenazah berjalan sesuai prosedur.
Penuturan Ibunda Nazwa Aliya
Ibunda Nazwa, Lanniari Hasibuan (53), menuturkan bahwa putrinya sudah lama ingin bekerja di luar negeri, termasuk ke Kamboja.
Namun, Lanniari sempat menolak permintaan tersebut karena menilai Kamboja berbahaya.
“Awalnya anak saya minta izin untuk ikut study tour, tapi saya tolak. Lalu, ia minta izin untuk interview di salah satu bank, dan itu saya izinkan,” kata Lanniari di rumahnya, Jumat (15/8/2025), dikutip dari Kompas.com.
Pada 28 Mei 2025, Nazwa diam-diam meninggalkan rumah menuju Medan. Keesokan harinya, Lanniari menerima pesan WhatsApp dari Nazwa yang mengatakan telah meninggalkan kunci rumah di jendela.
Saat dihubungi, Nazwa meminta komunikasi dilakukan lewat SMS. Beberapa hari kemudian, ia mengabarkan sudah berada di Bangkok, Thailand.
“Saya sempat pingsan saat mendengar itu. Waktu saya tanya dengan siapa ke Bangkok, Nazwa bilang bersama teman PKL-nya. Tapi setelah saya desak, ia mengaku pergi sendiri,” ungkap Lanniari.
Pada 7 Agustus 2025, Lanniari mendapat kabar dari KBRI Phnom Penh bahwa Nazwa sedang sakit dan dirawat intensif di State Hospital, Provinsi Siem Reap.
Namun, pihak KBRI melarang Lanniari datang ke Kamboja dan menyarankan anggota keluarga lain untuk berangkat.
"KBRI melarang saya datang ke Kamboja karena katanya anak saya benci melihat saya. Mereka sarankan adik saya atau keluarga lain yang berangkat," ucapnya.
Pada 12 Agustus, keluarga akhirnya mendapatkan kabar duka bahwa Nazwa meninggal dunia.
“Saya dapat kabar tanggal 7 Agustus anak saya dirawat di RS, dan kemarin, 12 Agustus, saya kembali dikabarkan kalau anak saya sudah meninggal dunia,” ujar Lanniari dengan suara bergetar.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!