Psikolog Forensik Ungkap Penyebab Kematian Diplomat Kemlu ADP

Kematian diplomat ADP, diplomat adp, penyebab kematian ADP, diplomat adp meninggal, Psikolog Forensik Ungkap Penyebab Kematian Diplomat Kemlu ADP

Misteri di balik kematian seorang diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP (39) akhirnya mulai terkuak. ADP ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, dengan kondisi kepala terlilit lakban kuning dan tubuh tertutup selimut biru.

Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) melakukan pendalaman terhadap kasus ini dengan menelusuri keterangan dari keluarga, atasan, dan rekan kerja ADP, serta menelaah sejumlah dokumen miliknya.

Ketua Umum Apsifor, Nathanael E. J. Sumampouw, menyebut bahwa ADP dikenal sebagai sosok yang positif, bertanggung jawab, dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya.

"Pertama almarhum individu dikenal di lingkungan sebagai pribadi karakter positif, bertanggung jawab, pekerja keras, sangat diandalkan dan individu yang peduli pada lingkungannya," ujar Nathanael dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025).

Namun di balik sosok positif tersebut, ADP diketahui mengalami kesulitan dalam mengekspresikan tekanan emosi, terutama saat berada dalam situasi penuh tekanan.

"Meskipun demikian ditemukan ada riwayat almarhum berupaya mengakses kesehatan mental secara daring terakhir kali data dihimpun pada tahun 2021," ungkap Nathanael.

Ia menjelaskan bahwa beban emosional ADP meningkat dalam tugas terakhirnya yang berkaitan dengan perlindungan warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri. Tugas tersebut memerlukan tingkat empati yang tinggi serta ketahanan mental yang kuat.

"Penderitaan dinamika psikologis tersebut kami temukan di masa akhir kehidupan. Meski menghadapi dinamika psikologis yang kompleks, karakteristik kepribadian almarhum yang berusaha menekan apa yang dirasakan membuat almarhum cenderung sulit atau mengalami hambatan mengelola kondisi psikologis negatif yang dialami secara adaptif dan cenderung menutupinya," jelasnya.

Kondisi tersebut, lanjut Nathanael, membuat ADP tidak mampu menjangkau bantuan profesional meskipun tekanan psikologisnya sudah berat.

"Setelah terakumulasi mengenai dirinya di masalah tekanan hidup, episode terakhir kehidupannya ini kemudian memengaruhi proses pengambilan keputusan almarhum terkait cara kematiannya, atau upaya untuk mengakhiri kehidupannya," tambahnya.

Nathanael mengingatkan bahwa kondisi kesehatan mental seseorang tak bisa disederhanakan menjadi satu penyebab saja.

"Tidak ada faktor tunggal yang dapat menjelaskan kondisi psikologis atau kesehatan mental almarhum yang negatif ini. Oleh sebab itu kami mengajak berkomentar bijak dalam menanggapi kasus ini," katanya.

Hasil Otopsi: Mati Lemas, Tak Ada Tanda Kekerasan

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, menegaskan bahwa tidak ada keterlibatan pihak lain dalam kematian ADP.

"Disimpulkan bahwa indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain," ucap Wira dalam konferensi pers di lokasi yang sama.

Sementara itu, dokter forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.FM, mengonfirmasi bahwa ADP meninggal karena mati lemas.

"Maka, sebab mati akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran atas napas yang sebabkan mati lemas," jelas Yoga.

Ia juga mengungkapkan adanya beberapa luka memar di tubuh ADP, antara lain di kelopak mata kiri atas, bagian dalam bibir bawah, serta lengan kanan bagian atas dan bawah. Pemeriksaan dilakukan pada 8 Juli 2025 pukul 13.55 WIB.

Namun, Yoga menegaskan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dari memar tersebut.

"Terkait luka memar, saya jelaskan perbedaan lebam dan memar. Lebam terjadi saat seseorang telah meninggal. Sedangkan, yang saya sebutkan adanya memar," kata dia.

Berdasarkan penyelidikan, ADP sempat mengikuti kegiatan fisik berupa memanjat tembok di rooftop gedung Kemlu, yang diduga menjadi penyebab memar di lengan atas.

"Berdasarkan gelar perkara kemarin, dinyatakan oleh penyidik bahwa saat di Kemlu, di rooftop-nya, ada kegiatan untuk memanjat tembok. Itu yang dapat menyebabkan memar lengan atas kanan," ungkap Yoga.

Barang Bukti dan Temuan di Lokasi

Polisi mengamankan sejumlah barang bukti dari kamar ADP, termasuk gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, pakaian, sarung celana, serta obat sakit kepala dan lambung. Namun, keterkaitan obat-obatan tersebut dengan penyebab kematian masih belum dapat dipastikan.

Dari hasil olah TKP, sidik jari ADP ditemukan pada lakban yang melilit kepalanya. Selain itu, hingga saat ini polisi telah memeriksa total 24 saksi, termasuk enam orang dari lingkungan rumah indekos dan satu orang dari pihak keluarga, yaitu istri korban.

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.

Anda tidak sendiri. Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:

https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/layanan-konseling-psikolog-psikiater/.