Top 5+ Temuan Penting yang Ungkap Penyebab Tewasnya Diplomat Kemlu ADP

Kemlu, Polda Metro Jaya, Bareskrim Polri, RSCM, Arya Daru Pangayunan, kemlu, diplomat kemlu, kasus kematian diplomat kemlu, diplomat Kemlu ADP, hasil autopsi diplomat kemlu, 5 Temuan Penting yang Ungkap Penyebab Tewasnya Diplomat Kemlu ADP, 1. Dokter RSCM: ADP Tewas karena Mati Lemas, 2. Dokter RSCM: Memar di Tubuh ADP Bukan Akibat Kekerasan, 3. Tim Toksikologi Forensik: Tidak Ada Racun di Tubuh ADP, 4. Tim Pusident: Sidik Jari di Lakban Cocok dengan Milik ADP, 5. Tim Psikologi Forensik: Ada Riwayat ADP Akses Layanan Kesehatan Mental secara Daring

Kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP (39) menyita perhatian publik karena berbagai kejanggalan yang mengiringi kasus tersebut.

Ditemukan meninggal di kamar indekos kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada awal Juli 2025, kasus ini memicu spekulasi karena disebut-sebut menyimpan misteri.

Polda Metro Jaya akhirnya menggelar konferensi pers pada Selasa (29/7/2025), untuk mengungkap sejumlah fakta terkait kematian ADP.

Dalam konferensi pers ini, Polda Metro Jaya menghadirkan tim forensik dan ahli psikologi untuk mengungkap sederet fakta hasil penyelidikan. Berikut adalah rangkumannya.

1. Dokter RSCM: ADP Tewas karena Mati Lemas

Dokter forensik dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.FM, menjelaskan bahwa berdasarkan hasil autopsi, ADP meninggal karena terganggunya proses pertukaran oksigen di saluran napas bagian atas.

“Maka, sebab mati akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran atas napas yang sebabkan mati lemas,” kata Yoga.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra, menyatakan bahwa tidak ditemukan indikasi keterlibatan pihak lain dalam kematian tersebut.

“Disimpulkan bahwa indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” ujarnya.

2. Dokter RSCM: Memar di Tubuh ADP Bukan Akibat Kekerasan

Masih dari hasil pemeriksaan forensik, dr. Yoga menyebutkan adanya memar di tubuh korban, namun hal itu bukan akibat kekerasan.

“Terkait luka memar, saya jelaskan perbedaan lebam dan memar. Lebam terjadi saat seseorang telah meninggal. Sedangkan, yang saya sebutkan adanya memar,” jelasnya.

Pemeriksaan luar jenazah dilakukan pada 8 Juli 2025 pukul 13.55 WIB. Memar ditemukan di beberapa bagian tubuh, antara lain kelopak mata kiri atas, bagian dalam bibir bawah, lengan atas kanan, dan lengan bawah kanan.

Yoga menduga memar di lengan atas kanan kemungkinan besar disebabkan aktivitas fisik sebelum korban meninggal.

“Berdasarkan gelar perkara kemarin, dinyatakan oleh penyidik bahwa saat di Kemenlu, di rooftopnya, ada kegiatan untuk memanjat tembok. Itu yg dapat menyebabkan memar lengan atas kanan,” ungkapnya.

3. Tim Toksikologi Forensik: Tidak Ada Racun di Tubuh ADP

AKP Adi Laksono dari Subdit Toksikologi Forensik Bareskrim Polri menjelaskan bahwa tidak ditemukan senyawa beracun dalam tubuh korban, termasuk pestisida, sianida, alkohol, arsenik, atau narkoba.

“Setelah melakukan rangkaian sampel, didapat hasil sebagai berikut, seluruh korban dan cairan tubuh milik ADP tidak terdeteksi senyawa toksin seperti pestisida, sianida, arsenik, alkohol, maupun narkoba,” kata Adi.

Namun, ditemukan kandungan obat-obatan seperti parasetamol dan chlorpheniramine dalam beberapa organ tubuh dan cairan korban. Parasetamol terdeteksi di jaringan otak, sedangkan chlorpheniramine ditemukan di empedu, limpa, hati, lambung, darah, ginjal, dan urine.

“Kesimpulannya, pemeriksaan menunjukkan seluruh sampel organ dan cairan tubuh tidak terdeteksi senyawa toksin umum seperti pestisida, sianida, arsenik, alkohol maupun narkoba,” tegasnya.

“Namun ditemukan kandungan parasetamol dan chlorpheniramine pada berbagai jaringan dan cairan tubuh ADP,” tambahnya.

Adi menjelaskan bahwa chlorpheniramine merupakan antihistamin untuk meredakan gejala alergi, sedangkan parasetamol digunakan untuk menurunkan demam atau mengurangi nyeri. Keduanya umum ditemukan dalam obat flu.

4. Tim Pusident: Sidik Jari di Lakban Cocok dengan Milik ADP

Salah satu pertanyaan publik adalah soal lakban kuning yang ditemukan di kepala korban. Dalam konferensi pers, Aipda Sigit Kusdiyanto dari Pusat Identifikasi Bareskrim Polri menyatakan bahwa sidik jari yang ada di lakban tersebut adalah milik korban sendiri.

"Hasil tim identifikasi, pencarian sidik jari di lakban yang diperoleh (adalah) sidik jari ADP," ujar Sigit.

Identifikasi dilakukan dengan teknik kimia basa menggunakan pewarna kristal violet. Dari beberapa sidik jari yang ditemukan, hanya satu yang memenuhi kriteria untuk diperiksa lebih lanjut.

"Kami periksa lebih lanjut, diperoleh dan dibandingkan dengan sidik jari yang dimiliki ADP. Sesuai dengan kaidah keilmuan, minimal 12 karakteristik yang harus ada, harus sama. Sidik jari tersebut memenuhi kriteria persyaratan 12 titik yang sama," imbuhnya.

5. Tim Psikologi Forensik: Ada Riwayat ADP Akses Layanan Kesehatan Mental secara Daring

Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) turut dilibatkan untuk menilai kondisi psikologis korban berdasarkan keterangan dari keluarga, rekan kerja, dan atasannya, serta dokumen pribadi.

Ketua Umum Apsifor, Nathanael E. J. Sumampouw, menyebut bahwa ADP dikenal sebagai pribadi positif dan bertanggung jawab.

"Pertama almarhum individu dikenal di lingkungan sebagai pribadi karakter positif, bertanggung jawab, pekerja keras, sangat diandalkan dan individu yang peduli pada lingkungannya," kata Nathanael.

Namun, Nathanael menyebut bahwa ADP mengalami kesulitan dalam mengekspresikan tekanan emosionalnya di hadapan orang lain.

"Meskipun demikian ditemukan ada riwayat almarhum berupaya mengakses kesehatan mental secara daring terakhir kali data dihimpun pada tahun 2021," ucapnya.

ADP diketahui memiliki tugas berat terakhir, yaitu melakukan perlindungan WNI di luar negeri. Peran tersebut membutuhkan empati tinggi dan beban emosional besar.

"Penderitaan dinamika psikologis tersebut kami temukan di masa akhir kehidupan. Meski menghadapi dinamika psikologis yang kompleks, karakteristik kepribadian almarhum yang berusaha menekan apa yang dirasakan membuat almarhum cenderung sulit atau mengalami hambatan mengelola kondisi psikologis negatif yang dialami secara adaptif dan cenderung menutupinya," kata dia.

Hal tersebut membuat ADP tidak mudah mengakses bantuan psikologis profesional.

"Setelah terakumulasi mengenai dirinya di masalah tekanan hidup, episode terakhir kehidupannya ini kemudian memengaruhi proses pengambilan keputusan almarhum terkait cara kematiannya, atau upaya untuk mengakhiri kehidupannya," ujarnya.

Nathanael juga mengingatkan bahwa kondisi psikologis tidak bisa dilihat dari satu faktor saja.

"Tidak ada faktor tunggal yang dapat menjelaskan kondisi psikologis atau kesehatan mental almarhum yang negatif ini. Oleh sebab itu kami mengajak berkomentar bijak dalam menanggapi kasus ini," tutupnya.

Informasi Kontak Bantuan Jika Mengalami Tekanan Psikologis

Kasus ini bisa menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kesehatan mental. Bunuh diri dapat terjadi saat seseorang berada dalam tekanan besar tanpa dukungan atau akses bantuan.

Bagi siapa pun yang tengah mengalami krisis, tidak perlu ragu untuk mencari pertolongan dari profesional. Informasi dan layanan konseling bisa diakses melalui situs Into the Light Indonesia pada link berikut:

https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/layanan-konseling-psikolog-psikiater/

(Kompas.com: Muhammad Isa Bustomi, Baharudin Al Farisi, Mohamad Bintang Pamungkas, Fitria Chusna Farisa, Abdul Haris Maulana, Faieq Hidayat)