Viral Diduga Intimidasi Jurnalis, Ajudan Gubernur Kaltim: Saya Guru Militer

Ajudan Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, yang diketahui bernama Senja, akhirnya angkat bicara menanggapi viralnya video yang memperlihatkan dirinya diduga mengintimidasi seorang jurnalis saat sesi doorstop.
Dalam konferensi pers yang diunggah oleh akun TikTok Jurnal Borneo, Senja menyampaikan permohonan maaf dan memberikan klarifikasi atas peristiwa tersebut.
"Mungkin kemarin ada kesalahpahaman antara saya dan teman-teman semua, mohon maaf jika memang kesalahpahaman itu membuat berita-berita di luar sana menjadi cukup viral," kata ajudan Gubernur Kaltim itu, dikutip Kompas.com dari TikTok Jurnal Borneo, Selasa (29/7/2025).
Klarifikasi Ajudan Gubernur Kaltim
Adapun insiden ini bermula ketika seorang jurnalis di Kalimantan Timur bernama Fatih mencoba melakukan wawancara cegat atau doorstop dengan Gubernur Kaltim Rudy Mas'ud pada Senin (21/7/2025).
“Ketika saya masuk pertanyaan kedua, suasana makin tegang. Seorang wanita bernama Senja, yang disebut sebagai asisten pribadi (Aspri) Gubernur, menghampiri saya dan meminta agar saya berhenti menanyakan isu di luar agenda,” kata Fatih.
Video yang merekam aksi ajudan Gubernur Kaltim bernama Senja itu kemudian viral di media sosial.
Senja pun memberikan klarifikasi bahwa sikapnya yang diduga mengintimidasi wartawan saat sesi doorstop dengan Gubernur Kaltim itu, tidak terlepas dari latar belakang militer sehingga membuat dirinya terbiasa bersikap tegas.
https://www.tiktok.com/@jurnalborneocom/video/7531450296325672200?is_from_webapp=1&sender_device=pc
"Karena background saya ada di militer, sehingga memang mungkin agak cukup tegas ya, jadi ya saya sesuai dengan pekerjaan saya, protap saya, melindungi gubernur saya. Sehingga memang kalau dilihat cukup agak tegas, mohon pahamlah," ujar dia lagi.
Saat ditanya apa posisinya di militer, Senja mengaku pernah menjadi guru di pendidikan militer.
"Saya itu guru militer, kurang lebih 10 tahun saya sebagai guru militer dan memang saya lebih sering menghadapi beberapa jenderal-jenderal dan lain-lain untuk memang ada beberapa kepentingan di militer, terutama untuk pendidikan," kata Senja lagi.
Gubernur Rudy Mas’ud Minta Maaf atas Sikap Ajudannya
Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, menyampaikan permintaan maaf atas insiden yang melibatkan asistennya.
Ia menegaskan bahwa peristiwa tersebut berlangsung di luar kendalinya dan terjadi secara spontan.
“Pertama-tama, saya ingin menyampaikan permohonan maaf. Apa yang terjadi di luar kendali saya karena sifatnya spontan. Namun yang jelas, tidak ada sedikit pun niatan untuk membuat hal itu terjadi,” kata Rudy saat memberikan keterangan pers pada Rabu (23/7/2025).
Ia juga menekankan bahwa hubungan antara Pemprov Kaltim dan media selama ini berjalan harmonis.
“Saya merasa tidak ada jarak antara saya dengan teman-teman media. Kita selalu bersama-sama, berkolaborasi membangun Kalimantan Timur dan menyampaikan informasi yang positif kepada khalayak ramai,” imbuhnya.
Gubernur Kaltim Rudy Mas'ud yang mendampingi rombongan Komisi V DPR RI melakukan peninjauan infrastruktur dan transportasi di di titik proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Bandara VVIP IKN.
Persoalan "Tandai-Tandai" dan Sorotan AJI serta PWI
Insiden ini menjadi sorotan publik setelah video ajudan perempuan yang menyebut “tandai-tandai” kepada wartawan Fatih viral di media sosial.
Kalimat tersebut dipandang sebagai bentuk intimidasi oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Samarinda dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim.
Ketua AJI Samarinda, Yudha Almerio, mengecam tindakan tersebut karena dinilai menghalangi kerja jurnalistik.
“Doorstop itu bagian dari kerja-kerja jurnalistik yang mendadak, tidak bisa dibatasi. Termasuk jenis pertanyaan yang diajukan wartawan,” tegas Yudha.
Sementara itu, Ketua Dewan Kehormatan PWI Kaltim, Intoniswan, menyoroti penggunaan diksi "tandai-tandai" yang dinilai bermakna negatif dan dapat dianggap sebagai ancaman.
“Senja harus menjelaskan maksud dan tujuannya mengucapkan ‘tandai-tandai’ dan kepada siapa kata-kata tersebut ditujukan. Karena ucapan itu punya konotasi negatif dan bisa ditafsirkan sebagai bentuk ancaman terhadap wartawan atau medianya,” ucap Intoniswan.
Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Rudy Mas'ud, angkat bicara soal insiden dugaan intimidasi yang dilakukan oleh asisten pribadi (aspri)-nya terhadap seorang jurnalis media daring saat sesi doorstop usai agenda resmi gubernur bersama Yayasan Lingkungan, Senin (21/7/2025) lalu.
Pemprov Kaltim: Situasi Saat Itu Sangat Padat
Syarifah Alawiyah, Kepala Biro Administrasi Pimpinan Pemprov Kaltim, turut memberikan penjelasan.
Ia mengatakan bahwa kejadian berlangsung usai agenda padat Gubernur sejak pagi hingga sore hari, termasuk kegiatan di Lempake yang membuat Gubernur belum sempat makan dan salat.
"Saya sih berharap teman-teman media itu lebih memahami karena pada saat kejadian itu Bapak Gubernur itu dari pagi sampai jam tiga itu berada di acara di Lempake," ujar Syarifah.
Ia menyebut ajudan yang mendampingi Gubernur hanya berusaha menjalankan tugasnya untuk menjaga situasi tetap kondusif, mengingat kondisi Gubernur yang sangat lelah dan terburu-buru.
"Mungkin di saat itulah, karena namanya Tim Sespri maupun tim gubernur itu kan tugasnya adalah menjaga pimpinan. Nah mungkin di saat itulah dia tidak sengaja agak tegas ya, agak emosional menyampaikannya," jelasnya.
Permintaan untuk Tidak Membesar-besarkan Masalah
Baik Syarifah maupun Gubernur Rudy Mas’ud berharap agar polemik ini tidak diperbesar dan menjadi pembelajaran bersama ke depan.
"Saya minta jangan diperbesarlah masalah ini," kata Syarifah.
Meski demikian, AJI Samarinda tetap menuntut evaluasi terhadap pemahaman aparat pendamping pejabat terhadap prinsip-prinsip kebebasan pers.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul dan "Jurnalis di Kaltim Diduga Diintimidasi Aspri Gubernur".