Cegah Konflik, Ini Pentingnya Skrining Psikologis Sebelum Menikah

Menikah bukan hanya tentang cinta atau pesta pernikahan yang megah. Jauh lebih penting dari itu, kesiapan mental dan emosional calon pasangan perlu dipersiapkan agar tak ada penyesalan di kemudian hari.
Psikolog Klinis Maharani Galuh Safitri, S.Psi., M.Psi., mengungkap, salah satu persiapan yang sering dilupakan calon pengantin adalah psikologis sebelum menikah.
“Pernikahan itu bukan cuma soal cinta ya, tapi soal kepribadian, mental, emosi, dan komitmen jangka panjang,” ujar Co-Founder platform kesehatan mental Pulih Bersama LARA yang menyediakan layanan pra nikah bertajuk Before We Say Yes ini kepada Kompas.com, Kamis (31/7/2025).
Ia membagikan beberapa alasan pentingnya melakukan skrining psikologis sebelum menikah. Simak selengkapnya.
5 Alasan skrining psikologis penting sebelum menikah
Ilustrasi konseling.
1. Mengenali perbedaan nilai dan pola pikir
Setiap individu membawa nilai hidup yang berbeda, termasuk soal peran gender, pengasuhan anak, hingga pengambilan keputusan dalam rumah tangga.
“Layanan skrining pra nikah, seperti Before We Say Yes, membantu pasangan untuk mengenali perbedaan nilai, pola pikir yang bisa memicu konflik,” kata Maharani.
Dengan memahami perbedaan ini sejak awal, pasangan bisa berdiskusi dan menyepakati hal-hal prinsip sebelum resmi menikah.
2. Mengungkap luka masa lalu yang belum selesai
Pengalaman buruk di masa lalu seperti pengasuhan yang traumatis atau hubungan yang menyakitkan bisa membentuk cara seseorang berinteraksi dalam hubungan baru.
“Skrining ini juga membantu pasangan menyadari, apakah ada luka masa lalu yang masih mempengaruhi hubungan,” ujar Maharani.
Layanan skrining psikolog sebelum menikah bisa membantu kamu untuk mengelola dan berdamai dengan trauma masa lalu.
Dengan menyadari luka tersebut, pasangan bisa saling memahami reaksi dan kebutuhan emosional satu sama lain.
3. Mendorong komunikasi yang lebih terbuka dan sehat
Tak sedikit pasangan yang menghindari diskusi dengan topik-topik penting sebelum menikah, misalnya soal finansial atau pola asuh yang ingin diterapkan untuk anak. Padahal, komunikasi terbuka adalah pondasi dari hubungan yang sehat, khususnya untuk hubungan jangka panjang.
“Layanan ini mendorong pasangan untuk membangun komunikasi yang lebih terbuka dan sehat,” ujar dia.
Dalam layanan Before We Say Yes, setiap individu mengisi formulir refleksi secara terpisah, lalu akan mendapatkan hasil berdasarkan analisis psikolog.
Harapannya hasil tersebut dapat dibahas bersama dengan pasangan agar tercipta ruang diskusi yang aman.
4. Mencegah konflik berkepanjangan
Skrining juga menjadi media untuk melihat titik-titik rawan konflik. Mulai dari perbedaan gaya komunikasi, pengelolaan keuangan, hingga cara mengelola emosi.
“Misalnya, ada individu yang ingin keuangan rumah tangga dikelola bersama, tapi pasangannya ingin dikelola sendiri. Perbedaan seperti ini yang memicu konflik,” jelas Maharani.
Dengan mengetahui potensi konflik sejak awal, pasangan bisa mencegahnya dengan mencari titik tengah, bukan menunggu hingga masalah menjadi lebih besar.
5. Membantu pasangan masuk ke pernikahan dengan lebih siap
Menikah dalam kondisi siap secara mental dan emosional akan membuat kedua individu di dalam hubungan saling bahu membahu dalam menghadapi tantangan rumah tangga.
“Harapannya, pasangan bisa masuk ke pernikahan dengan lebih mindful dan enggak terburu-buru,” katanya.
Skrining pra nikah bukan untuk mencari siapa yang “lebih baik”, tapi sebagai refleksi bersama agar dua individu bisa tumbuh dalam satu tujuan yang sama.