Cegah Anak Terjebak Konflik Loyalitas Usai Perceraian, Jangan Paksa Memilih Ayah atau Ibu

– Setelah orangtua bercerai, beberapa anak kerap kali dihadapkan dengan kondisi ketika dirinya harus memilih antara ibu atau ayahnya. Kondisi ini disebut dengan konflik loyalitas.
Konflik ini bisa membuat anak merasa bersalah jika terlalu dekat dengan salah satu orangtua, dan cemas jika dianggap mengkhianati yang lain.
Cara Cegah Anak Terjebak Konflik Loyalitas Usai Perceraian
Untuk mencegah hal ini, Psikolog Klinis Maria Fionna Callista membagikan langkah-langkah penting yang dapat dilakukan orangtua agar anak tak terjebak konflik loyalitas setelah orangtua bercerai. Berikut penjelasan lengkapnya.
1. Posisikan anak tetap netral
“Orangtua harus menghindari anak berada di tengah-tengah dan mereka harus memilih antara si ayah atau si ibu,” jelas Fionna kepada Kompas.com, Rabu (9/4/2025).
2. Jangan libatkan anak dalam konflik perceraian
Fionna menegaskan, peran anak bukan bertanggungjawab dalam menyelesaikan konflik orangtuanya, apalagi jika usia anak masih belia dan kondisi emosional anak belum matang.
“Jangan pernah memposisikan mereka sebagai penyampai pesan, misalnya ayah marah-marah sama ibu, tapi lewat anaknya atau sebaliknya,” kata dia.
3. Tekankan bahwa konflik hanya terjadi antara orangtua
Perceraian orangtua bukan berarti awal mula konflik antara orangtua dengan anak ataupun antar orangtua dalam mengasuh anak. Pola pengasuhan harus tetap dijalankan bersama secara seimbang.
“Sebisa mungkin mengusahakan kondisi anak netral dan menekankan bahwa ini hanya konflik antara orang tua saja, bukan antara anak dan orang tuanya,” ujar Fionna.
4. Berikan rasa sayang yang sama
“Anak yang orangtuanya bercerai juga punya hak untuk mendapatkan cinta dari kedua orang tuanya secara imbang dan utuh,” ungkapnya.
5. Hindari menyudutkan anak saat dekat dengan salah satu orangtua
Ketahuilah bahwa anak tentu ingin berada di dekat kedua orangtuanya. Hindari memojokkan atau menyalahkan anak yang lebih dekat oleh salah satu orangtua.
“Tindakan ini akan membuat nanti anak bingung dan menyalahkan antara keadaan dirinya sendiri, akhirnya akan ada konflik baru,” tambah Fionna.