Bukan Hanya Tugas Ibu, Ini Pentingnya Peran Ayah Ikut Mengantar Anak Sekolah

Rutinitas mengantar anak ke sekolah kerap dianggap sebagai bagian dari tugas ibu.
Mulai dari mempersiapkan kebutuhan anak, menenangkannya di pagi hari, hingga mengantarkan ke gerbang sekolah, semua seolah menjadi domain ibu.
Padahal, menurut psikolog keluarga Sukmadiarti Perangin-angin, M.Psi, keterlibatan ayah dalam rutinitas ini memiliki dampak psikologis yang sangat besar bagi anak.
“Kalau ayah bisa terlibat dalam hal-hal penting, termasuk rutinitas seperti antar anak ke sekolah, itu sangat positif. Anak akan merasa diutamakan, lebih aman secara emosional, dan ini memperkuat rasa percaya dirinya,” ujar Sukmadiarti kepada Kompas.com, Selasa (15/7/2025).
Pentingnya ayah mengantar anak sekolah
Bagi banyak orangtua, momen antar sekolah mungkin tampak sepele. Namun di mata anak, keterlibatan ayah dalam kegiatan harian ini menyampaikan pesan penting.
“Anak akan merasa bahwa aku penting buat ayahku," jelas Sukmadiarti.
“Anak yang merasa diprioritaskan ayahnya akan tumbuh dengan harga diri yang lebih sehat. Ia merasa dirinya berharga, disayangi, dan itu berdampak langsung pada kepercayaan diri serta kestabilan emosinya,” sambungnya.
Kehadiran ayah juga menjadi sarana pembentukan karakter, terutama karena ayah merupakan figur otoritas dan kepemimpinan dalam keluarga.
“Ayah adalah figur kepemimpinan. Ketika ia hadir dalam rutinitas sederhana seperti mengantar sekolah, anak belajar tentang keberanian, tanggung jawab, hingga cara menghadapi lingkungan sosial,” kata psikolog keluarga yang memiliki rumah konseling di Kota Semarang ini.
Bukan Tugas Ibu Saja, Ini Pentingnya Ayah Ikut Antar Anak Sekolah
Kehadiran ayah membuat anak percaya diri
Menurut Sukmadiarti, keterlibatan ayah yang konsisten, termasuk dalam rutinitas kecil seperti antar sekolah, akan berkontribusi pada perkembangan tiga aspek utama anak: kognitif, emosi, dan perilaku.
- Secara kognitif, anak jadi lebih siap dan fokus belajar.
- Secara emosional, anak lebih stabil dan mudah mengelola perasaan.
- Secara perilaku, anak cenderung lebih adaptif dalam bersosialisasi.
“Anak yang dekat dengan ayah lebih cepat berkembang dalam kemampuan sosialnya. Ia tidak mudah takut, tidak gampang merasa minder, dan punya keberanian mengambil keputusan,” jelasnya.
Peran ayah tak sekadar mencari nafkah
Sukmadiarti menekankan, masih banyak ayah yang merasa perannya cukup sebatas pencari nafkah. Padahal, pola pikir ini perlu diubah agar generasi selanjutnya tumbuh lebih utuh.
“Banyak pria tidak terbiasa terlibat karena mereka tak punya role model. Saat kecil mungkin ayah mereka juga tidak pernah hadir dalam hal-hal kecil seperti ini,” ujarnya.
Sehingga menurutnya, pola lama ini perlu diubah, salah satunya dengan berdamai dan memaafkan pola asuh masa lalu.
“Dengan berdamai pada pola pengasuhan masa lalu, ayah masa kini bisa hadir lebih mindful. Momen antar anak sekolah bisa jadi awal membangun koneksi emosional yang kuat,” tambahnya.
Peran kecil yang berdampak besar
Lebih jauh, Sukmadiarti menyebutkan bahwa momen-momen kecil seperti mengantar anak, mengajarkan cara memakai sepatu, atau menyemangati anak setiap pagi, bukan sekadar rutinitas.
momen ini akan diingat anak sepanjang hidupnya. Ia tahu ayahnya hadir, peduli, dan mau meluangkan waktu,” tegasnya.